Hari pun sudah mulai gelap, Para Pendekar itu sudah mulai kembali satu persatu. Mereka membawa persediaan makanan yang aku minta. Mereka membawa daging, buah, sayur dan nasi. Tapi anehnya semuanya sudah matang, dan masih sangat hangat.
"Dari mana kalian semua mendapat makanan sebanyak ini? dan makanannya pun masih hangat." (Dinda)
"Maaf Nyai, kami mendapatnya dari warga desa sebelah. Nyai tenang saja, mereka tidak tahu kalau kami ini Para Pendekar yang tinggal disini. Kami semua menyamar Nyi, agar mereka tidak curiga." (Para Pendekar)
"Bagus kalau begitu. Terimakasih banyak sudah mau menjalankan tugas dengan baik." (Dinda)
"Nyai tenang saja, semua perintah Nyai pasti akan kami patuhi." (Para Pendekar)
"Iya. Sekali lagi terimakasih banyak. Sekarang ayo kita makan bersama sama." (Dinda)
"Hmmmm... maaf Nyi, sebaiknya Nyai saja yang makan." (Para Pendekar)
"Kalian?" (Dinda)
"Mohon maaf Nyai. Setelah kami bangkit kembali, kami tidak diizinkan untuk makan apapun kecuali minum Nyi." (Para Pendekar)
"Kenapa begitu?" (Dinda)
"Iya Nyi. Itu karena tubuh kami sudah puluhan tahun tidak dimasuki makanan. Jadi kami harus bertirakat dahulu, supaya tubuh kami bisa menerima makanan dengan baik." (Para Pendekar)
"Baiklah kalau begitu, saya makin dulu." (Dinda)
"Silahkan Nyai, kami permisi." (Para Pendekar)
"Iya Silahkan." (Dinda)
Hmmm.....
Aku menjadi merasa diriku ini seperti seorang Ratu. Aku semakin penasaran, sebenarnya siapa Nyi Sarmi ini. Kalau aku memang keturunannya, dan pewaris semua ilmunya. Kenapa Nyi Sarmi juga tidak muncul?
Padahal aku sangat berharap dia bisa hadir disini. Supaya aku bisa lebih paham tentang semua yang terjadi disini. Tapi ya sudahlah, mungkin belum waktunya aku memikirkan masalah itu.
Yang terpenting bagiku sekarang adalah aku sudah tahu siapa keluargaku. Aku tahu bahwa aku tidak akan sendiri lagi, dan aku bahagia bersama mereka. Aku merasa bertanggung jawab untuk melindungi mereka.
Walaupun diantara Para Pendekar ini tak ada yang aku kenal satu pun. Tapi mereka sudah seperti keluarga ku. Mereka benar benar sangat ingin melindungi ku. Bahkan seharian ini sepertinya tak ada satu pun nyamuk yang berani menggigitku.
Meskipun tempat ini hanyalah sebuah gua, tapi tak aku lihat ada satu pun hewan yang berbahaya seperti kelelawar dan yang lainnya. Tempat ini memang benar benar tempat yang aman, dan bahkan sangat nyaman. Walaupun tempat ini terbentuk dari bebatuan.
Setelah selesai makan aku beristirahat sejenak, untuk menghilangkan rasa lelah ku. Para Pendekar itu masih tetap berjaga di luar. Mereka seakan akan tidak merasa lelah dan kantuk sedikitpun. Mungkin tertidur selama puluhan tahun sudah cukup bagi mereka.
Tubuh ku yang kelelahan membuat mataku merasakan kantuk yang teramat sangat. Malam hari ini mungkin akan aku gunakan untuk beristirahat sepuasnya.
Tapi.....
Ada satu hal yang mengganjal fikiran ku.
Kenapa Beni sekarang selalu ada dalam otak ku. Pandangan ku ke langit langit gua, membuat aku teringat bagaimana Beni sudah menemani ku beberapa hari ini. Dia yang melihat bagaimana kejadian yang seharusnya tak ada dalam rencana liburan kami.
Aku juga masih tidak terima dengan perbuatan Raihan yang tega menghabisi sahabatnya sendiri. Bahkan dia dengan tega memanfaatkan aku, demi keberhasilan rencana busuknya itu.
Aku menjadi geram. Badan ku panas, hati ku benar benar hancur mendengar apa yang Beni dan Kakek ku ceritakan. Aku sudah tidak sabar ingin sekali menghabisinya. Mungkin dengan rasa sakit bisa membuatnya sadar apa arti sebuah kesetiaan dalam persahabatan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
I Putut Febriansyah
semangat thor
2020-12-02
0