Setelah kami berbincang bincang cukup lama. Aku bersama Kakek, Beni, dan Ayahku melakukan ritual bersama sama untuk memperkuat kekuatan kami masing masing. Terlebih aku yang sempat melemah ketika berada di Alas Areng.
Kami lakukan ritual dengan saling bergandengan tangan. Untuk memastikan kami akan baik baik saja. Dan untuk mengingatkan kami, bahwa kami harus selalu memegang erat kesetiaan yang tertanam dalam diri kami.
Ketika memulai ritual, kami bersama sama membaca sebuah mantra yang terukir di sebuah batu besar yang ada di hadapan kami.
"Rep Serep Manjing Ning Rogo Ingsun. Sakabehing Leluhur, Podo Teko Teko. Yo Ingsun Si Pagering Jagad. Ojo Ngalih Yen Durung Wayaeh Mulih. Rep Serep Saking Kersaning Pangeran."
Setelah kami berempat membaca mantra, lantai gua ini terasa bergoyah seakan terjadi gempa.
"Tetap tutup mata kalian!!! Jangan buka sedikit pun!!! Dan tetap saling erat bergandengan." (Jogo Rogo)
Kami semakin erat berpegangan tangan agar tubuh kami tidak terjatuh dari tempat kami duduk. Karena jika sampai ritual ini gagal, maka kami tidak akan mendapatkan apa apa selain rasa sakit.
Jika gagal, ritual ini tak bisa diulangi. Jika tetap melakukan, maka nyawa kami yang akan menjadi taruhannya. Untuk itu kami tetap saling berpegang erat, walaupun tanganku sudah sangat sakit karena tangan Kakek memegang dengan sangat kencang.
Aku hampir saja tidak mampu melewati ujian ini, karena ini berlangsung sangat lama. Bahkan aku sampai merasakan bahwa darah di otakku mengalir melalui lubang hidungku. Aku merasa tubuh ku semakin berat aku rasakan, terutama pundak dan kepalaku.
Dan....
BrRRRuaaaalllLLLLLL!!!!!!!!
Batu dihadapan kami terdengar mengeluarkan suara ledakan yang luar biasa. Dan aku kembali mengeluarkan darah ku. Tapi kali ini darah ku keluar lewat lubang telinga. Aku benar benar sudah tak tahan dengan semua ini.
Namun tak berapa lama, keadaan mulai membaik. Gempa di lantai gua kini tak aku rasakan lagi. Dan tidak terdengar suara apapun selain keheningan. Lalu setelah itu Kakek menyuruh kami membuka mata.
"Sekarang bukalah pelan pelan mata kalian. Ritual ini telah selesai, dan kita semua telah berhasil menerima kekuatan Maha Dahsyat dari Para Leluhur kita." (Jogo Rogo)
"Ya Tuhan.... Kepala saya pusing Kek. Saya sudah tidak kuat lagi." (Dinda)
"Ayo baringkan tubuhnya disana." (Jogo Rogo)
Saat itu aku benar benar sudah merasa tidak karuan. Bahkan pandangan ku mulai kabur. Entah siapa yang waktu itu mengangkat tubuh ku. Bahkan aku telinga ku tidak bisa mendengar dengan jelas.
Yang aku ingat saat itu adalah seseorang memegang kepala ku dan menyandarkannya. Lalu aku diberi minum yang rasanya pun sangat aneh. Tapi minuman ini baunya sangatlah wangi, seperti bunga kantil.
Semua yang mereka masukkan ke dalam mulut ku terasa aneh dan bahkan rasanya hambar. Entah itu makanan atau apa, yang pasti aku tak merasakan enak sedikit pun. Justru aku merasakan kalau lidah ku seperti ditaburi abu panas.
Waktu itu aku bahkan tak bisa merasakan urat urat dalam tubuh ku. Seakan akan tubuh ku mati, mungkin mayat hidup jauh lebih baik dari pada aku saat ini.
Mungkin ini karena pengaruh ritual tadi. Tapi sepertinya hal ini hanya terjadi padaku, karena aku mulai bisa mengenali postur tubuh Beni, Ayahku, dan Kakek ku walaupun masih belum terlalu jelas, bahwa mereka terlihat baik baik saja.
Kekuatan itu benar benar sangat dahsyat. Pantas saja Kakek ku tidak mengizinkan kami untuk membuka mata apalagi sampai tubuh kami jatuh sebelum ritual ini selesai. Bisa jadi akibatnya lebih parah dari apa yang aku rasakan sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Novelia Elsazahra Alaksinita Huudya♀️
next
2020-06-23
2