Seluruh badan ku terasa bergetar, aku mulai merasakan takut ketika Kakek ku mengeluarkan pedang dari sarungnya. Pedang itu serasa menakutkan untuk ku. Entah ada apa dengan pedang itu, tapi aku mencium bau darah bercampur wewangian dari pedang itu.
"Kenapa nduk?" (Jogo Rogo)
"Tidak kek." (Dinda)
"Dulu, pedang ini adalah pedang yang sanggat disucikan. Tak sembarangan orang boleh menggunakannya. Yang berhak memegangnya hanyalah orang orang tertentu saja. Mereka yang memiliki sifat yang jujur, bijak, dan rendah hati." (Jogo Rogo)
"Tapi sekarang, siapapun bisa memegangnya." (Jogo Rogo)
"Tapi Saya mencium bau darah dan bau wewangian Kek." (Dinda)
"Iya nduk, dulu pedang ini pernah digunakan pada saat perang. Aturan sebenarnya, pedang ini hanya digunakan ketika ada pengangkatan pendekar baru. Itupun hanya disucikan dan diberi wewangian. Namun karena peperangan itu, para sesepuh terpaksa menggunakannya. Sebagai jaminan agar kita bisa bertahan sampai sekarang ini. Karena dari itulah, pedang ini berbau darah, dan berbau wewangian." (Jogo Rogo)
Aku dan Beni tak berkomentar apapun, selain mendengarkan cerita Kakek ku dengan seksama. Dari cerita itu aku mulai paham, bahwa mungkin perang saudara itu begitu sengit dan mempertaruhkan banyak nyawa. Sampai sampai pedang pun bisa berbau darah seperti itu.
"Nduk?" (Ayah Dinda)
"Iya Ayah?" (Dinda)
"Ayah merasa senang kalau kamu sudah mulai menerima ayah nduk. Tapi kamu harus tahu, mulai hari ini kamu harus berlatih dengan Kakek mu, Jogo Rogo." (Ayah Dinda)
"Dan saat berlatih itulah, ayah tidak boleh menemui mu. Bahkan kamu tidak boleh bersama sahabat mu ini." (Ayah Dinda)
"Tapi kenapa Ayah?" (Dinda)
"Karena saat berlatih, pikiran mu tidak boleh tercampur dengan urusan dunia luar. Kamu diharuskan menetap di sebuah tempat tersembunyi bersama Kakek mu, dan berlatih disana." (Ayah Dinda)
"Lebih tepatnya bersemedi nduk." (Jogo Rogo)
"Ayah, Kakek. Nenek juga pernah mengajari saya dulu, dan saya sudah pernah menjalankan semedi selama berhari hari. Saya merasa kalau saya tidak akan mampu melakukannya lagi Kek, Ayah." (Dinda)
Aku berusaha membujuk Kakek dan Ayahku agar aku tidak melakukan semedi. Karena resiko dan ujiannya sangatlah berat. Bahkan dulu aku hampir saja tewas karena ilmu yang nenek ajarkan kepada ku.
Tapi sepertinya usaha ku sia sia saja. Bahkan ucapan Kakek semakin tegas dan mata Ayah semakin tajam melihat aku. Aku jadi mempertimbangkan lagi tentang ketidak mau'an ku itu. Karena aku juga tidak ingin membuat Ayah dan Kakek ku.
Karena sekarang ini merekalah keluarga satu satunya yang aku miliki. Tidak ada yang lain selain mereka. Dan juga demi mengembalikan kenyamanan desa ini, karena aku tidak mungkin mampu melihat bagaimana kehancuran akan terjadi jika aku tidak menuruti permintaan Kakek dan Ayahku.
"Ingat nduk, apa yang diajarkan oleh nenekku itu baru setetes dari ilmu yang lainnya. Mau tidak mau, kamu harus tetap berlatih. Karena ini menyangkut nyawa banyak orang." (Jogo Rogo)
"Apa kamu mau melihat atau pun mendengar Kami semua disini mati dibantai habis oleh musuh kami?" (Jogo Rogo)
"Iya Kek, saya minta maaf Kek, Ayah. Saya akan berlatih bersama Kakek. Demi kalian, keluarga yang saya miliki satu satunya. Saya tidak akan membiarkan sesuatu mengancam keluarga saya Kek." (Dinda)
"Baguslah nduk kalau begitu. Karena itulah yang kami harapkan, kamu juga mengetahuinya kan? kalau jumlah kami semakin sedikit disini." (Ayah Dinda)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Uchiha Izzah ajja
ini ..cerita syaa suka...mirip teman saya...titisan Dewi bulan jihad
2022-06-28
1