"Ayo silahkan duduk dulu, jangan malu malu."
"Iya terimakasih Pak de." (Raihan)
"Oh ya Pak de, ini semua teman teman Raihan dari Bandung. Mereka semua teman kuliah Raihan Pak de." (Raihan)
"Oh.. Begitu."
"Iya Pak de. Yang ini Jefri, Ini Rahma, Ini Dinda, dan yang ini Sella Pak de." (Raihan)
"Iya iya... Dik, saya Pak de nya Raihan. Nama saya Pak Suryo. Panggil saja Pak de Suryo." (Pak De Suryo)
"Iya Pak De." (Kami semua menjawab)
Setelah memperkenalkan dirinya, Pak De Suryo masuk kedalam dan tak lama kemudian ia keluar dengan seorang gadis yang sangat cantik. Menurutku umurnya pun baru 20 atau 18 tahun.
Sambil menyuguhi kami minuman. Ternyata baru aku ketahui dari Raihan yang memperkenalkan, kalau namanya Irma. Dia adalah anak Pak De Suryo. Umurnya ternyata 20 tahun, sama seperti perkiraan ku.
Setelah cerita ngalor ngidul dengan penuh canda dan tawa. Kemudian aku mulai membuka pertanyaan untuk Pak De Suryo.
"Oh ya Pak De, Saya boleh menanyakan sesuatu?" (Dinda)
"Silahkan Dik silahkan." (Pak De Suryo)
"Ehhmmm.... Kenapa ya saya lihat tadi di setiap rumah warga disini, di pintunya mempunyai ukuran dan bentuk yang sama. Hanya Pak De saja yang berbeda?" (Dinda)
"Iya Pak De, aku juga lihat tadi. Ko' bisa gitu ya?" (Sella)
Sella pun menyambung pertanyaanku. Secara otomatis aku langsung menginjak kakinya, karena menurutku itu sama sekali tidak sopan.
Pak De Suryo diam beberapa saat, kemudian dia mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. Lalu membenarkan posisi duduknya. Setelah menghela nafas panjang, Pak De Suryo mulai bercerita.
"Dulu, ketika saya masih kecil. Ya umur saya kisaran 10 tahunan lah. Desa ini sangat kental dengan adatnya. Bahkan orang luar desa, dan bahkan luar negeri pun dulu ada yang sempat berdiam di desa ini." (Pak De Suryo)
Pak De Suryo berusaha mengingatnya lagi, terlihat tatapan matanya yang melihat keatas.
"Desa ini sangat ramai, siang ataupun malam. Ada yang berdagang, ada yang menampilkan kesenian di malam Minggu. Ada yang mengobrol sampai pagi di warung. Dan masih banyak kegiatan lainnya." (Pak De Suryo)
"Dan suatu hari, ada pendatang dari kota. Anak anak muda seperti kalian. Mereka diterima dengan baik disini. Karena itulah budaya yang harus kami jaga. Menghormati sesama." (Pak De Suryo)
Kami semua terdiam mendengarkan cerita Pak De Suryo. Kami meresapi setiap kata yang ia sampaikan.
"Lalu bagaimana Pak De?" (Jefri)
Pak De Suryo kemudian menatap Jefri, dan melihat kami semua. Lalu melanjutkan ceritanya.
"Lalu... Semakin lama, mereka semakin dikenal di desa ini. Karena mereka sangat pintar membangun desa ini, dan bahkan desa ini menjadi semakin maju. Dan semakin banyak orang yang datang kemari." (Pak De Suryo)
"Ya... Tapi, namanya juga manusia. Tentu bisa khilaf. Karena mereka sangat dikagumi di desa ini, yang laki laki menjadi incaran gadis gadis." (Pak De Suryo)
Setelah mengatakan hal itu, Pak De Suryo mulai diam sesaat. Dilihat dari matanya berkaca kaca, seakan mengingat masa masa yang menyakitkan.
"Hmmm... ya sudahlah, kalian istirahat saja. Ini sudah malam, saya sudah siapkan kamar untuk kalian. Satu pesan saya kepada kalian, jagalah sopan santun di desa ini." (Pak De Suryo)
Kami semua terdiam. Termasuk Raihan yang keponakannya pun tak berucap sepatah katapun. Kemudian kami diantar oleh Irma menuju kamar kami yang sudah disiapkan oleh Pak De Suryo.
Aku, Rahma, dan Sella, kami tidur bertiga. Jefri tidur dengan Beni. Sedangkan Raihan memilih tidur diluar dengan dialasi tikar. Dia bilang lebih enak tidur di ruang tamu, dari pada didalam kamar yang membuatnya sumpek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
ᴍ֟፝ᴀʜ ᴇ •
jadi penasaran masalalu desa itu😁
2023-05-25
0
Taufiq Yulianto
Yo, salam kenal juga. Terimakasih sudah mampir dinovelku Back From The Dead (zombie).
2022-07-20
1
yosh
menyimak..
2022-04-01
1