Aku terbangun dari istirahat ku, setelah tidur panjang dan hari yang sangat melelahkan. Kulihat Kakek ku tertidur di samping ku, dikursinya. Berarti semalaman dia menjagaku agar tetap aman.
Kulihat hari mulai pagi. Aku bangunkan Kakekku. Setelah itu aku izin untuk menemui Beni, karena dari kemarin aku belum melihat bagaimana keadaannya. Ketika aku keluar kamar, aku lihat Beni sedang makan dengan Ayahku.
"Din! Syukur kamu udah bangun. Nih Din, aku udah sembuh. Malahan lukanya hilang Din, aneh banget." (Beni)
"Ya Alhamdulillah kalau kamu udah sembuh Ben." (Dinda)
"Ayo nduk, sini makan." (Ayah Dinda)
"Iya Ayah." (Dinda)
"Ayah?" (Beni)
"Iya dek, nanti saya ceritakan. Sekarang makanlah dulu. Nanti setelah itu kalian mandi bersihkan diri kalian di sungai." (Ayah Dinda)
"Iya Pak." (Beni)
Setalah itu, aku, ayahku, dan Beni mulai makan. Kami tak bicara sedikitpun, begitu juga dengan ayah, karena mungkin inilah salah satu adab di tempat ini. Ayahku terlihat sangat sopan.
Andaikan aku bisa mengenal ayahku lebih dekat, aku akan merasa sangat bahagia. Setelah bertahun tahun terpisah, dan aku hanya diurus oleh seorang nenek. Kini aku mengharapkan sosok orang tua yang sesungguhnya.
Selepas kami makan, aku dan Beni diantar ayahku menuju sungai. Sungai itu sangat jernih airnya, dan yang aneh adalah airnya berbau sangat wangi.
"Ayah, airnya wangi ya?" (Dinda)
"Wangi?." (Beni)
Beni lalu mencium bau air itu, dan dia tersenyum.
"Iya ya Din, wangi banget." (Beni)
"Hmmm.... memang hanya orang tertentu saja yang bisa mencium bau wangi itu. Hanya beberapa orang saja yang memiliki kesempatan baik. Dan kalianlah termasuk orang orang yang baik. Sekarang kalian mandi. Tapi ingat, jangan sekali kali kalian lepas pakaian kalian." (Ayah Dinda)
"Iya Ayah." (Dinda)
"Ayah pulang dulu ke rumah, setelah selesai mandi kalian cepatlah pulang." (Ayah Dinda)
"Iya pak." (Beni)
Aku mandi di bagian bawah sungai, sedangkan Beni di atasku. Sebenarnya aku merasa sangat risih karena baru pertama kalinya aku mandi bersama seorang laki laki.
Walaupun kami tidak melepas pakaian kami. Tapi tetap saja aku merasa risih. Aku dan Beni tak banyak bicara waktu itu, kami hanya fokus pada diri kami masing masing.
Beni pun sangat menjaga pandangannya. Tak berperilaku macam macam. Bahkan dia tak melirik aku sedikit pun, malah sebaliknya. Justru aku yang kini memperhatikan Beni.
Tapi karena Beni anak yang culun. Dia tidak merasa peka ketika diperhatikan oleh siapapun. Bahkan ketika dia tahu diperhatikan orang pun, Beni tidak berani menatap balik.
Ternyata aku baru menyadari, tidak semua orang seperti Beni itu aneh. Justru Beni memiliki sifat dan sikap yang baik. Tak begitu aneh seperti pendapat ku selama ini.
Aku malah merasa sedih dan sakit hati, ketika aku mengetahui siapa Raihan sebenarnya. Memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Raihan yang aku kenal baik, ternyata lebih membela ayahnya yang kejam.
Walaupun aku belum melihatnya sendiri dengan mataku. Tapi aku percaya dengan semua cerita itu, luka di tubuh Beni sangat menguatkan keyakinan ku. Bahwa Raihan tidaklah sebaik yang aku kenal.
Setelah aku dan Beni selesai mandi, kami langsung pulang menuju rumah Kakek ku. Disana Kakek ku sudah menunggu ku bersama ayahku. Kulihat mereka memegang sebilah pedang, mungkinkah hari ini juga aku harus berlatih?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Helni mutiara
tor...kalu ceritanya lebih dibikin menditail lebih menarik tor..
seperti pemandangan desanya..
suara airnya,,udara dan hawa kampungnya kan cantik banget pemandangan di kampung..pasti lebih keren tor..
semangat tor..👍
2020-11-25
7