Orang itu semakin dekat ke arahku. Aku paksa Beni untuk membungkam mulutnya rapat rapat. Karena bahaya kalau sampai ketahuan. Aku juga tidak tahu apa maksud mereka mengejar aku waktu di desa tadi.
Kulihat mereka berjalan sembari berbincang bincang. Mungkin mereka sedang merencanakan sesuatu. Itu semakin membuatku penasaran. Aku pun mencoba lebih dekat dengan mereka.
Dengan merayap rayap di tanah, aku pun mendekati mereka. Aku dengar beberapa ucapan mereka yang ternyata mereka adalah murid dari para sesepuh desa. Dari pembicaraan itu aku mendengar kalau mereka akan menyelamatkan orang kota.
Entah siapa, atau kah aku dan Beni. Lalu diselamatkan dari siapa? Raihan?. Aku mulai berfikir bagaimana caranya agar aku bisa berbicara dengan salah satu dari mereka.
Tapi aku khawatir kalau ternyata mereka sama jahatnya dengan Raihan. Meskipun aku belum melihat sendiri apa yang dikatakan Beni, tapi perasaanku mengatakan "Iya".
Dan kemudian.....
"Hey!! Tetua, sepertinya itu dia!"
"Cepetan Lari Din! Lari!" (Beni)
"Tunggu! Saudariku! Tunggu dulu!"
Saudari?
Aku terhenti dengan panggilan itu, memang sangat aneh mereka memanggil aku "saudari".
"Tunggu! Kami mohon!"
"Tenanglah saudariku, kami tidak berniat jahat."
"Din!" (Beni)
"Ssstttt...!!!" (Dinda)
Aku kemudian mendekati mereka, aku berikan diri untuk bertanya sesuatu. Kenapa semua ini terjadi.
"Sebenarnya kalian ini siapa? Saya bingung, kenapa memanggil saya saudari?" (Dinda)
"Saudariku, aku akan jelaskan semuanya nanti. Sekarang ikutlah bersama kami, dan bawa juga teman mu itu untuk kami obati."
"Maaf, kalau saya menolak?" (Dinda)
"Saudariku, ini untuk keselamatan kalian. Juga keselamatan desa kami. Mohon tolonglah kami."
Suara orang itu sedikit serak, matanya berkaca kaca. Seakan dia menahan kesedihan yang mendalam. Aku sedikit ragu dan curiga, tapi semua itu terkalahkan dengan raut wajah mereka.
Dan juga melihat keadaan Beni yang terluka, membuatku meng-iyakannya. Lalu aku dan Beni ikut kemana mereka pergi. Mereka membawa kami ke sebuah rumah di hutan, perjalanannya pun sangatlah jauh.
Beni yang terluka terpaksa harus di gendong oleh salah satu orang dari mereka. Karena lukanya yang lumayan parah dan berjalan sangat jauh membuat Beni pingsan.
Lalu aku diantar kesebuah ruangan yang luas. Dengan berbagai benda benda kuno disekitarnya. Aku melihat beberapa lukisan yang menurutku sangat aneh.
"Saudariku, aku akan panggilkan seseorang yang ingin bertemu dengan mu. Kamu tunggulah sebentar disini. Aku segera kembali."
"Iya." (Dinda)
Aku hanya mengangguk dengan jawaban yang singkat.
Ketika aku sedang melihat lihat sekeliling rumah, ternyata dibelangku sudah berdiri seorang kakek. Aku kaget menyadari ada yang memperhatikan aku dari belakang.
Mungkin sudah lama kakek itu memperhatikan aku.
"Kula nuwun."
"Hah!" (Dinda)
"Sudah datang ya nduk, ayo duduk dengan kakek."
Aku masih bingung siapa orang orang aneh ini. Karena aku merasa seperti tidak asing dengan mereka. Seakan akan aku dekat dengan mereka.
Aku merasakan rasa nyaman ketika melihat wajah orang tua itu. Tapi siapa dia? Seingatku aku tidak pernah bertemu dengan orang tua ini. Aku pun terus memandangi wajah tua itu, wajah yang keriput ditambah dengan warna kulitnya yang pucat.
Kakek itu sudah sangat tua. Seperti orang yang sudah berumur ratusan tahun. Namun masih terlihat gagah dan bertenaga. Sangat berwibawa dan juga sangat santun kepada ku.
Dia pun memandangku dengan senyum yang terlukis diwajahnya. Namun air mata mengalir dari mata sipitnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 274 Episodes
Comments
Rhu
msh bingung ceritanya,msh bnyk teka teki kyknya
2022-09-03
1
Helni mutiara
kayaknya seru...👍
2020-11-25
0
ARSY ALFAZZA
next
2020-10-22
2