"Kekasih?
Fazila terdiam sembari menatap sosok anggun Nyonya Asa yang bertanya padanya. Ia berpikir jawaban singkat apa yang akan ia berikan agar wanita yang seusia dengan Umminya itu tidak akan menganggapnya ketinggalan zaman.
"Memiliki kekasih di saat sekarang ini bukan lagi hal yang langka. Yang langka itu adalah orang yang memutuskan tidak memiliki kekasih atau tidak menjalin hubungan cinta dengan lawan jenisnya sebelum ada ikatan pernikahan.
Dan aku, Meyda Noviana Fazila memutuskan menjadi salah satu orang yang langka itu. Maksud ku memutuskan untuk tidak menjalin hubungan cinta atau hubungan pacaran dengan pria mana pun sebelum adanya ikatan pernikahan." Sambung Fazila lagi. Ia bicara dengan nada tegas, tak ada sedikit pun perasaan ragu dalam dirinya saat mengatakan isi hatinya.
Bahkan tak jarang rekan-rekan dosen Fazila meledeknya karena memutuskan tetap menjadi jomblo di usianya yang sudah menginjak angka dua puluh tujuh tahun.
Bagi Fazila yang menganggap Al-Qur'an sebagai jalan hidupnya tidak akan pernah menghiraukan ucapan buruk orang lain tentang dirinya, ia percaya setiap daun tidak akan jatuh ke bumi tanpa seizin dari Rabb-nya. Lalu apa salahnya menjadi Jojoba, jomblo-jomblo bahagia jika hal itu bisa membuatnya semakin mendekatkan diri dengan Tuhannya?
"Fazila percaya, jodoh terbaik akan datang di saat terbaik." Sambung Fazila tanpa melepas senyuman dari bibir tipisnya.
"Ternyata yang di ucapkan Tuan Alan memang benar." Sahut Tuan Anton dengan suara lemah lembut, dia tidak bisa membendung perasaan bahagianya. Bahagia karena akhirnya bisa menemukan permata untuk putra nakalnya, Refal Mahendra Sekar.
"Memang apa yang di katakan Abi tentang Fazila, Om? Biasanya setiap orang tua selalu melebih-lebihkan tentang keadaan anak-anak mereka di depan orang lain.
Sejujurnya Fazila tidak bisa mencegah Ummi dan Abi melakukan hal itu, karena itu hak mereka. Hak untuk bisa bahagia. Fazila hanya bisa memohon, semoga ucapan baik Ummi dan Abi di kabulkan oleh yang Kuasa." Lagi-lagi Fazila hanya bisa memamerkan senyuman.
Tanpa terasa waktu berjalan sangat cepat, Nyonya Asa dan Tuan Anton memohon izin untuk pulang.
Sungguh, Nyonya Asa merasa sangat bahagia. Ternyata pilihannya tidak salah. Setelah sekian purnama mencari pasangan yang cocok untuk putranya baru kali ini ia menemukan permata, permata yang kilaunya memancarkan cahaya.
"Akhirnya Mama bisa merasakan bahagia, Pa. Kita menemukan berlian." Ucap Nyonya Asa sambil menggenggam jemari suaminya. Ia bahkan tidak menghiraukan sopir yang mengemudikan mobil-nya.
"Ooo... Jadi Mama begitu mudah berpindah ke lain hati? Bukankah beberapa waktu lalu Mama ngotot dan bilang ingin menjodohkan Refal dengan gadis yang Mama lihat di lampu merah? Papa tidak menyangka Mama begitu mudah berpindah ke lain hati." Ucap Tuan Anton menggoda istrinya, netra yang tadinya menatap wajah bahagia istrinya kini berpindah ke kaca mobil dan menatap keluar jendela.
Gerimis. Iya, di luar sedang gerimis.
"Tidak, Pa. Mama tidak berpindah ke lain hati. Justru Mama sangat terkejut mendapati gadis cantik itu adalah putri Tuan Alan.
Iya, Pa. Mama tidak bohong. Dengan tegas Mama katakan bahwa gadis yang Mama lihat di lampu merah dan menolong anak-anak Tuna Rungu itu adalah putri Tuan Alan, Fazila.
Sejak melihat Fazila Mama sudah suka padanya, dan malam ini Allah mengabulkan permohonan Mama dengan mandatangkan gadis itu, maksud Mama, Fazila." Ucap Nyonya Asa menjelaskan panjang kali lebar.
Nyonya Asa bahkan tidak sadar kalau mobil yang ia tumpangi dan suaminya sudah memasuki pekarangan rumah megahnya.
"Hhmm! Akhirnya anak nakal ini pulang juga!" Gerutu Nyonya Asa setelah melihat mobil dinas Refal yang di parkir di samping mobilnya.
Nyonya Asa mempercepat langkah kakinya menuju ke dalam rumah yang di ikuti oleh suaminya dari belakang. Tatapannya setajam belati.
"Mbok... Dimana Refal?"
"Nyonya sudah pulang? Tuan Refal ada di kamarnya." Jawab ART separuh baya yang berdiri di depan Nyonya Asa.
Tanpa basa-basi Nyonya Asa langsung berjalan menuju tangga, tepatnya di lantai dua tempat kamar ketiga anak-anaknya. Kamar Refal terletak di ujung, kamar paling besar.
Tok.Tok.Tok.
"Masuk, Ma." Ujar Refal sembari mengolesi salep di wajah tampannya yang masih terlihat memar. Sudah menjadi kebiasaan Refal, setelah kembali dari makam Hilya, ia akan tidur di rumah Mamanya, kemudian sebelum ayam berkokok di pagi hari ia akan pergi secara diam-diam.
"Apa kau baik-baik saja? Kau terlihat menyedihkan. Apa semua Gubernur akan melakukan hal yang sama seperti yang kau lakukan? Maksud Mama pulang dengan wajah memar dan memerah seperti tomat matang!" Ucap Nyonya Asa sembari merebut salep dari tangan putra tampannya.
"Tidak. Tidak semua Gubernur akan bertindak seperti ku. Aku satu di antara seribu."
"Apa kau tidak takut orang-orang akan membenci mu? Mama tahu kau sosok pemimpin yang jujur, adil, bertanggung jawab dan juga pekerja keras.
Hanya saja, tidak semua orang akan menilai mu dengan penilaian yang sama. Mama justru sangat takut orang-orang akan mulai membenci mu kemudian kau pulang dalam keadaan terluka, bahkan lebih buruk dari ini."
Bukannya menanggapi Mamanya dengan serius Refal malah tersenyum kemudian memeluk Mamanya dengan pelukan kasih sayang. Refal sangat mengenal sikap Mamanya, walau terkadang Mamanya sering memaksakan kehendak ia sangat tahu itu semua demi kebahagiaannya, hanya saja Refal masih belum sanggup menerima kebahagiaan itu tanpa kehadiran Hilya di sisinya.
"Refal tidak takut orang-orang mulai membenci Refal, semua orang boleh tetap tidak menyukai Refal, tidak apa-apa.
Refal tidak membutuhkan mereka untuk menyukai Refal. Refal hanya membutuhkan mereka yang mau membantu Refal membereskan kemiskinan dan ketimpangan di kota yang Refal pimpin, itu saja.
Jadi Mama tidak perlu takut, apa lagi sampai khawatir apa Refal akan terluka atau tidak? Apa Refal akan bahagia atau tidak? Yang perlu Mama dan Papa lakukan hanya mendoakan Refal agar menjadi pemimpin yang adil dan tidak korup seperti beberapa pemimpin lain." Ucap Refal sambil melepas pelukan dari Mama tersayangnya.
Kamar yang tadinya senyap kini di penuhi oleh tawa Nyonya Asa.
"Mama tidak gila. Mama tertawa karena Mama bangga. Mama bangga karena anak yang Mama lahirkan bisa menjadi cahaya yang menerangi kehidupan orang lain. Tetaplah seperti ini." Ujar Nyonya Asa, kali ini ia mencium kening Refal dengan tetesan air mata.
"O iya... Mama masih marah padamu! Mama kesal pada mu! Mama tidak ingin bicara dengan mu lagi!" Celoteh Nyonya Asa sambil menatap wajah heran Refal.
"Kenapa Mama marah? Apa karena Refal tidak pergi kerumah rekan bisnis Mama?" Refal bertanya sambil menatap netra teduh Mamanya, ia benar-benar tidak bisa membaca jalan pikiran Mamanya. Wajah yang tadinya memamerkan senyuman kini hanya memperlihatkan wajah cemberut, tak heran saat Papanya mengatakan terkadang sikap Mamanya seperti pacar cemburuan.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
AdeOpie
susah ngejalanin hubungan dengan orang yang ngga bisa move on dari masalalunya
2022-05-23
1
Ummul Ammar
lanjutkan double up
2022-05-23
0