Berbanding terbalik dengan kondisi membahagiakan di Mansion Tuan Alan, saat ini di bawah cahaya Rembulan duduk Refal dengan hati yang hancur di atas pusara Hilya.
Move on!
Bagi sebagian orang begitu mudahnya menyarankan untuk segera bangkit dari luka lama, dan berpindah dengan cara mencari cinta yang baru. Namun sayangnya untuk Refal yang mengenal sosok Hilya yang begitu sempurna, itu tidak akan mudah baginya. Refal sadar ia tidak boleh terlalu larut dalam duka, namun apa yang bisa ia lakukan selain memendam kesedihannya. Dia bahkan sampai lupa makan dan memaksakan diri untuk bekerja agar kesedihan dan luka di hatinya segera menghilang tanpa perlu berucap sepatah kata.
"Hay Anggrek ku.... Apa kabar mu? Bukankah aku benar-benar bodoh? Seharusnya aku tidak perlu menanyakan itu karena aku tahu kau pasti baik-baik saja di Surga.
Buruknya, aku yang tidak baik-baik saja. Jauh dari mu sangat menyakitkan. Tapi kau tahu, dua hari ini terkadang aku senyum-senyum sendiri. Aku masih waras, hanya saja aku bertemu dengan seorang gadis aneh. Dia mudah sekali marah, sama sepertimu." Ucap Refal sambil mengusap pusara Hilya yang di penuhi bunga.
Anggrek!
Hilya sangat menyukai anggrek, sejak menjalin hubungan dengan gadis itu tak pernah sekalipun Refal memanggil nama Hilya, baginya anggrek itu panggilan sayangnya.
"Aku bertemu dengan gadis aneh, dia seorang dosen tapi tingkahnya seperti anak ABG. Dia bahkan menjalin hubungan cinta dengan mahasiswanya sendiri, bukankah dia aneh? Kau pasti berpikir dia aneh karena aku juga berpikir seperti itu." Ujar Refal lagi. Wajah tampannya mengukir senyuman. Untuk pertama kalinya ia menceritakan isi hatinya di depan pusara Hilya kalau sekarang dia mulai baik-baik saja.
"Anggrek ku... Aku ingin cerita, selama sepekan ini aku merasa sesak dan tidak baik-baik saja.
Mama dan Papa kembali menunjukkan kuasanya, mereka kembali mencarikan seorang gadis untuk menggantikan mu di hati ku. Tapi kau jangan khawatir, tidak ada seorang gadis pun yang bisa menggeser posisimu di hati ku.
Anggrek ku... Sejauh apa pun tempat mu, aku akan selalu setia kepada mu. Jangan khawatirkan aku, tetap jaga aku dari sana. Dan aku akan menjaga cinta ku dari sini.
Anggrek ku... Malam ini aku sangat sedih, aku sedih karena aku tahu sesakit apa yang kau rasakan menjelang saat-saat terakhir mu. Maafkan aku karena tidak bisa menjaga mu di saat kau sangat membutuhkan ku. Aku berjanji pada mu, dan atas nama cinta kita. Aku akan menemukan pelaku yang berani melakukan kekejaman itu padamu. Bahkan walau dia bersembunyi di dalam lubang semut sekali pun aku pasti akan menemukannya." Ucap Refal panjang kali lebar sambil mengepalkan kedua tangannya.
Refal sangat marah sampai tidak menyadari tangannya terluka karena memukul pusara Hilya. Selama ini Refal jarang sekali menangis, entah kenapa malam ini ia tidak bisa menahan kesedihannya sampai air matanya terus saja menetes. Saat dada terasa sesak, air mata pun tak bisa di kendalikan.
Laki-laki dan perempuan sama saja, mereka akan menangis jika dukanya melebihi kekuatannya.
...***...
"Ummi Fazila, Tuan Alan bilang kalian punya seorang putra. Dia ada di mana? Sejak tadi saya tidak melihatnya, apa dia juga tidak ada di rumah?" Nyonya Asa kembali bertanya, namun anehnya kali ini ia benar-benar tidak merasa sungkan lagi. Dia bahkan bersikap seperti sang empunya rumah.
"Adiknya Fazila tidak ada di rumah, dia berada di rumah Tante-nya. Dia bilang dia akan menginap di rumah Tente-nya. Saya mengizinkannya karena disana dia punya dua saudara laki-laki yang seumuran dengannya, jadi dia tidak akan merasa kesepian.
Berbeda dengan Fazila, dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja. Fazila dan adiknya sangat akur, hanya saja karena adiknya sedikit nakal sesekali Fazila harus bersikap tegas padanya." Ujar Bu Fatimah sambil menghadirkan wajah kedua anak yang sangat ia sayangi itu di dalam benaknya.
"Apa putra Nyonya Asa tidak datang? Sejak tadi kita hanya membicarakan Fazila, saya benar-benar ingin bertemu dengan putra Nyonya!" Bu Fatimah kembali membuka suara di antara senyapnya udara.
Tidak ada yang bisa Nyonya Asa katakan, dia benar-benar terdesak. Otak kecilnya menyusun banyak alasan yang akan ia katakan di depan Bu Fatimah dan Tuan Alan, sayangnya ucapan itu seolah tertahan di tenggorokannya karena berbohong tidak akan berguna di depan pasangan suami istri yang sangat ia hormati itu.
"Se-sebenarnya..." Lagi-lagi ucapan Nyonya Asa hanya bisa tertahan di tenggorokannya. Kini netra teduhnya menatap satu titik, menatap sosok indah yang saat ini menuruni anak tangga sambil memamerkan senyuman kearahnya. Gadis itu nampak anggun dengan make up tipis yang menghiasi wajah cantiknya, gamis biru dengan kain penutup kepala yang memiliki warna senada membuatnya terlihat semakin sempurna.
"Subhanallah...." Ucap Nyonya Asa pelan, tanpa ia sadari ia meremas jemari suaminya, remasan cukup keras sampai Tuan Anton meringis pelan.
"Assalamu'alaikum..." Sapa Fazila begitu ia sampai di lantai bawah.
"Wa'alaikumsalam Warahmatullah..." Balas Pak Alan, Bu Fatimah dan kedua tamunya bersamaan.
"Abi memanggil Fazila, ada apa?" Fazila bertanya begitu ia duduk di sofa sebelah Umminya.
Untuk sesaat, Pak Alan mulai terdiam. Ia tidak tahu harus memulai dari mana. Jika di jelaskan tentang perjodohan secara gamblang, jelas-jelas Fazila akan menolaknya.
Sementara itu di sisi berbeda Nyonya Asa semakin yakin dengan keputusannya, keputusan menjadikan gadis anggun yang duduk di depannya sebagai menantu. Dari sikap yang Tuan Alan tunjukan membuat Nyonya Asa menunjukan sisi berbeda yang ada dalam dirinya, sisi dimana ia akan melancarkan usahanya tanpa perlu di ketahui oleh sasarannya..
"Pertama-tama kenalkan, mereka Tuan dan Nyonya Sekar. Mereka rekan bisnis Abi. Mereka datang kemari untuk bersilaturrahmi dalam rangka..."
"Dalam rangka mempererat hubungan kekeluargaan...!" Sambung Nyonya Asa tanpa basa-basi. Ia bahkan tidak segan-segan lagi.
"Kekeluargaan?"
"Iya, Nak. Apa yang di katakan Nyonya Sekar benar. Kau tahu sendiri kan, dunia yang kita tempati ini tidak lagi seaman dulu. Terkadang sesama saudara pun bisa saling menikam dari belakang
Tuan dan Nyonya Sekar ini sangat baik. Mereka jauh-jauh datang ketempat ini hanya untuk memenuhi undangan Abi mu. Sekarang katakan, apa yang harus kami lakukan agar hubungan ini semakin erat?" Bu Fatimah mulai angkat bicara, ia sengaja agar Fazila tidak merasa curiga.
"Ummi dan Abi melakukan hal yang benar. Ummi dan Abi tidak perlu menjelaskan apa pun pada Fazila, karena Fazila tahu setiap hal yang Ummi dan Abi putuskan, itu yang terbaik untuk kita semua." Balas Fazila sambil tersenyum tipis.
"Nak Fazila sangat cantik. Tante terpana melihat mu, Nak. Tante yakin siapa pun yang melihat mu, mereka akan mudah jatuh cinta. Kalo boleh tahu, apa Nak Fazila sudah punya kekasih?" Nyonya Asa kembali membuka suara, ia hanya mencoba menggali informasi sedetail-detailnya. Dalam hatinya Nyonya Asa berharap ia tidak akan kecewa, sementara itu di sisi kirinya Tuan Anton, suaminya hanya bisa mendukung keputusan istrinya.
Ya Allah aku mengagumi kecantikan gadis ini, semoga dia dan putra nakal ku benar-benar berjodoh. Semoga Fazila bisa menjadi penawar bagi hati Refal yang telah lama membeku. Nyonya Asa bergumam di dalam hatinya sembari menanti jawaban singkat Fazila.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Ummul Ammar
lanjut Thor jd tambah penasaran niih... Refal kyanya udh ada rasa tp blm menyadari nya...
2022-05-22
0