Suasana di rumah berlantai dua itu cukup ramai, di depan gerbang besi berdiri tiga penjaga berbadan kekar bertugas memeriksa setiap tamu undangan yang datang. Sepertinya para tamu itu pun mulai hilang akal, bagaimana mereka bisa menghadiri pernikahan yang tidak berimbang itu? Apa mereka mendapat ancaman? Atau justru sebaliknya mereka datang hanya untuk pura-pura mengumbar senyuman sehingga mereka bisa makan gratis? Entahlah, yang jelas semua itu tidak benar.
"Semoga ada keajaiban, aku tidak sudi menghadiri pernikahan ini. Namun apalah daya ku, nyawa ku hanya satu. Aku tidak ingin usia ku yang belum genap enam puluh tiga tahun berakhir di ujung senjata orang-orang jahat ini." Ucap pria paruh baya yang masuk bersama temannya.
"Iya, kau benar. Mereka mengancam akan melubangi kepala putriku dengan senjatanya jika aku tidak datang. Mereka mengundang kita hanya untuk menjadi tameng kalau pernikahan ini salah. Aku juga sama seperti mu, berharap semoga ada keajaiban."
Hhuuhhhhh!
Fazila yang berdiri sejak tadi di luar gerbang hanya bisa mendengus kesal, mendengar ucapan kedua pria paruh baya yang melewatinya tadi membuat amarahnya semakin memuncak. Seluruh pori-pori tubuhnya di penuhi oleh amarah. Rasanya dadanya semakin terbakar.
"Aku tidak bisa berada di sini lagi, berdiri disini hanya akan membuat ku semakin kesal." Celoteh Fazila sambil berjalan pelan. Sakit di lututnya karena tertabrak tadi membuatnya tidak bisa berjalan normal. Walau seburuk apa pun kondisinya dia harus menghentikan kekonyolan yang ada di dalam rumah berlantai dua itu.
"Bismillahiirrahmaniirrahiim." Ucap Fazila kemudian melangkah pelan munuju pintu masuk yang masih di jaga ketat oleh tiga penjaga berbadan kekar.
"Berhenti, mana surat undangan mu? Kau tidak bisa masuk jika tidak membawa surat undangan." Cegat salah seorang penjaga, wajahnya terlihat angker dengan kumis tebal yang menutupi bibir bagian atasnya.
"Aku salah satu tamu undangan di tempat ini, apa kalian akan tetap mencegah ku masuk? Jika kalian tidak percaya, panggil bos kalian sekarang juga." Balas Fazila tanpa rasa takut.
Wajahnya menjelaskan kalau dia benar-benar kesal. Mematahkan lengan ketiga pria yang berdiri disisi kiri dan kanannya itu tidak akan membuat perubahan apa-apa. Dia hanya ingin menghentikan pernikahan ini kemudian pergi dengan tenang.
"Hay Nona, kami tidak mengenalmu. Lagi pula, bos tidak mungkin membiarkan mu sendiri jika dia melihat mu lebih awal. Dari pada memilih menjadi istri ketujuh bos lebih baik kau pergi saja." Ujar penjaga bertubuh krempeng. Ucapannya di penuhi nada ejekan.
Ciihhhh!
Fazila mendecih sambil menatap pria itu dengan tatapan tajam. Untuk saat ini hanya itu yang bisa dia lakukan, dia tidak ingin memancing keributan secepat ini.
"Aku ingin masuk. Menyingkir dari hadapan ku. Aku tidak punya urusan dengan kalian jadi jangan mencoba mencegah ku. Kalian paham?" Ucap Fazila kasar, kali ini dia tidak bisa menahan amarahnya lagi.
Sekuat apa pun Fazila berusaha menahan diri, tetap saja dia akan mudah terpancing emosi untuk hari ini, karena masalah yang ada di depannya bukanlah masalah sederhana yang bisa di selesaikan dengan cara bicara saja.
"Hahaha! Hay Nona, aku bersikap baik padamu karena kau gadis yang cantik. Jika kau semenggemaskan ini maka aku tidak punya pilihan lain selain membuat mu menjadi milik kami bertiga." Ucap salah satu penjaga itu lagi.
Hueekkk!
Rasanya Fazila ingin muntah mendengar ucapan itu, sekarang emosinya benar-benar akan meledak. Entah mimpi apa dia semalam sampai harus mendengar ucapan omong-kosong.
Satu wanita dan tiga pria? Itu benar-benar menjijikkan. Wanita makhluk Tuhan yang sangat sempurna, di bekali dengan kasih sayang saat Tuhan menciptakannya, dari rahimnya keluar anak-anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa.
Ucapan pria busuk di depan Fazila saat ini seolah mengumpamakan dirinya seperti toilet yang bisa di masuki oleh sembarang orang. Dan membayangkan hal itu membuat Fazila semakin di penuhi amarah, siapa pun yang mencegahnya hari ini akan tahu betapa menakutkannya seorang wanita saat matanya di penuhi oleh kabut amarah karena menentang ketidak adilan.
Plakkkk!
"Jaga bicara mu jika kau tidak ingin orang lain menguliti mu hidup-hidup. Berani sekali kau bicara omong-kosong di depanku seolah aku patung yang tidak akan merespon." Ucap Fazila dengan nada suara tinggi. Matanya memerah, untuk pertama kalinya dia merasakan amarah sebesar ini selama dua puluh tujuh tahun hidupnya.
Cihhhhh!
Pria yang mendapat tamparan keras dari Fazila meludah kesisi kiri, gusinya berdarah akibat tamparan keras yang di layangkan Fazila di pipi kanannya.
"Tunggu! Kau sudah berani bersikap kurang ajar padaku maka sekarang kau tidak bisa pergi dengan mudah." Ucap salah satu dari ketiga penjaga itu lagi.
Fazila baru saja melewati gerbang besi itu namun pundaknya tiba-tiba di sentuh dari belakang.
"Astagfirullah hal adzim. Innalillahi wa inna Ilaihiroji'un." Ujar Fazila sambil memejamkan mata. Dengan cepat ia meraih tangan pria itu dari pundaknya kemudian memelintir lengannya dengan kasar.
Gdebukkkk!
Aaahhhhhh!
Fazila membanting pria itu sampai terkapar di lantai, kini indra pendengarannya di penuhi oleh suara rintihan pria itu, rintihan karena menahan sakit. Fazila yakin pria itu pasti mengalami patah tulang akibat bantingan secepat kilat yang ia lakukan."
"Dasar Iblis, berani sekali kau melukai rekan kami! Sekarang rasakan ini!"
Dua pria yang tersisa kini mencoba menyerang Fazila secara membabi buta. Tendangan, pukulan, dan juga ayunan benda tajam pun tak bisa di hindari. Beruntungnya Fazila, dia sudah belajar bela diri sejak berada di sekolah dasar. Dia bahkan memperdalam ilmu bela dirinya saat tinggal di pesantren paman Ikmalnya. Menghadapi tiga pria tidak akan sulit baginya selama dia masih memiliki tenaga untuk bertanding.
Gdebukkkk!
"Ahhhh, punggung ku!" Ujar Fazila meringis menahan sakit, satu tendangan yang di layangkan lawannya berhasil membuatnya tersungkur, namun ia bukan gadis yang mudah menyerah. Dengan sekuat tenaga dia berusaha untuk kembali bangkit. Karena tujuannya datang bukan untuk menyerah lalu mengaku kalah tanpa ada perlawanan apa pun.
"Hay nona, kau itu cocoknya di dapur. Tugas mu hanya memotong sayuran dan bukannya berkeliaran di tempat umum. Hahaha!" Ucapan intimidasi pria itu membuat Fazila kembali mengumpulkan tenaganya. Jika dia sampai kalah melawan dua makhluk jahat yang ada di depannya saat ini lalu bagaimana dengan yang ada di dalam?
Bismillahiirrahmaniirrahiim... Ya Allah, engkau yang menciptakan ku, dan aku berdiri di bawah naunganmu. Berikan aku kekuatan untuk menentang kebatilan. Jika hari ini aku kalah dan tidak bisa menyelamatkan masa depan anak malang itu, maka tidak akan ada lagi yang mengharapkan keajaiban. Tolong aku Ya Allah, jika kau tidak menolongku lalu pada siapa lagi aku akan memohon pertolongan? Ucap Fazila dengan suara lirih. Air matanya menetes menandakan betapa tulus permohonan yang ia panjatkan.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Lilis Lestari
fazila sangat berbeda dengan ibunya,gadis yg pemberani.
2022-05-17
0