"Hehe... Nyonya Asa bisa saja. Coba perhatikan wajah nak Gubernur. Wajahnya terlihat tidak suka. Lagi pula, putri ku tidak akan masuk dalam kriteria nak Gubernur." Ujar Pak Alan sambil menatap wajah malu-malu Refal.
Refal yang di tatap hanya bisa merunduk menahan malu. Sesungguhnya, dalam hatinya Refal mengiyakan ucapan Pak Alan. Karena ia tahu, sebaik apa pun gadis yang datang dalam hidupnya tidak akan ada yang bisa menggantikan sosok Hilya di dalam hatinya.
"Pak Alan, anda terlalu merendah. Lihat lah putra kami, saya yakin dia tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan putri Pak Alan. Saya justru penasaran, sosok seperti apa putri Pak Alan itu!" Ujar Nyonya Asa sambil menatap lekat wajah tampan rekan bisnis suaminya.
"Pak Alan, sepertinya Mama sangat penasaran. Jika di lihat dari raut wajahnya, saya yakin Mama saya tidak akan bisa tidur malam ini jika Pak Alan tidak menceritakan sosok seperti apa putri Bapak." Kali ini Refal ikut nimbrung kedalam pembicaraan serius Mamanya.
Aku tahu, seburuk apa pun seorang anak, orang tuanya pasti akan menyembunyikan belangnya. Mari kita lihat seburuk apa rekan bisnis Papa dalam mengabarkan cerita bohongnya! Gumam Refal di dalam hatinya, rasanya ia ingin bicara ketus pada rekan bisnis Papanya yang ia temui untuk kedua kalinya itu, sayangnya ia tidak bisa melakukan itu, karena ia tahu, jika ia sampai mengatakan kata-kata kasar, bisa saja kutukan akan keluar dari bibir Mamanya karena kesal.
"Putri ku? Dia seperti permata di dalam lautan, cahayanya selalu menyilaukan. Selama hidup ku, aku tidak pernah bertemu wanita sebaik ibunya." Ujar Pak Alan sambil membayangkan pesona indah istrinya dan wanita sesempurna putri salihanya.
Tebakan ku benar, kan? Lihat! Belum apa-apa dia mulai menjunjung putrinya sampai kelangit. Aku yakin putrinya sangat buruk sampai dia sangat bersemangat mengungkapkan kebalikan dari putrinya. Lagi-lagi Refal hanya bisa menebak, ia sendiri tidak tahu apa tebakannya itu benar atau salah, yang jelas ia hanya ingin mendengar kisah kebohongan apa yang akan di paparkan rekan bisnis Papanya selanjutnya.
"Aku dan Istriku berpisah selama delapan tahun, selama itu juga aku mencari keberadaannya. Sayangnya, dia bagai di telan bumi. Sebanyak apa pun aku mengerahkan Detektif untuk menemukan keberadaanya selama itu juga aku selalu kecewa dengan hasilnya." Nerta Pak Alan berkaca-kaca mengenang masa lalunya. Ia ingin meneteskan air mata namun ia berusaha keras untuk menahannya. Ia tidak ingin terlihat cengeng di usianya yang sudah menginjak kepala lima.
Sepertinya tebakan ku salah, tidak mungkin Pak Alan berbohong. Matanya menjelaskan kalau dia bicara jujur. Apa aku terlalu cepat mengambil kesimpulan? Yaaaa, mungkin saja putrinya benar-benar baik seperti yang dia katakan. Celoteh Refal lagi di dalam hatinya, kali ini ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Dulu aku jarang sekali berdoa karena aku tidak yakin Tuhan akan mendengarnya. Anda tahu apa yang terjadi?" Pak Alan menatap Refal, Nyonya Asa dan Pak Anton secara bergantian.
"Aku merasa bagai di tampar oleh ucapan ku sendiri. Pada suatu hari atas izin Allah aku bertemu dengan wanita yang menjadi Istriku saat ini, dia berdiri di hadapanku bersama dengan putri kami.
Aku tidak tahu Putri ku ikut dalam kontes yang ku sponsori. Dia ikut dalam lomba Hafiz Qur'an dan Alhamdulillah keluar sebagai juara pertama." Ucap Pak Alan sambil tersenyum bahagia.
"Waw... Menakjubkan. Jadi maksud Pak Alan, putri Pak Alan penghafal Al-Qur'an?" Mama Refal bertanya sambil mencengkram lengan Pak Anton. Ia tidak sadar dengan apa yang dia lakukan.
"Iya Nyonya Asa, putri ku seorang penghafal Qur'an. Dia menghafal tiga puluh Zuj Al-Qur'an sejak usianya tujuh tahun.
Setelah menyelesaikan kuliahnya, dia memutuskan membuka rumah Tahfiz. Maksudku, dia mendidik anak-anak menjadi penghafal Qur'an.
Dia juga jarang pulang kerumah karena dia lebih sering menghabiskan waktunya di rumah Tahfiz-nya. Pagi hingga siang, dia mengajar di kampus. Kemudian dari sore hingga malam hari dia mengajar Al-Qur'an." Tutup Pak Alan sambil menatap wajah gembira Nyonya Asa.
Sungguh, mendengar cerita Pak Alan, Nyonya Asa merasa bahagia. Akhirnya setelah sekian lama dia bisa menemukan gadis yang sepadan dengan putranya.
"Jadi putri pak Alan belum menikah? Ini benar-benar takdir yang kebetulan. Semoga Refal dan putri Pak Alan berjodoh!"
Glekkkkk!
Refal hanya bisa menelan saliva, mendengar ucapan Mamanya membuatnya terkejut luar biasa. Perjodohan? Satu kata itu membuatnya kesal, bagaimana mungkin dia membicarakan hal itu dengan orang asing. Bahkan statusnya sebagai Gubernur tidak bisa membantunya di depan Mamanya.
"Putri ku menolak perjodohan, dia bilang dia akan menikah tapi bukan dengan orang yang tidak dia sukai. Dia juga bilang, pria berhak mengkitbah wanita manapun yang di inginkan oleh hatinya, tapi wanita juga berhak menolak pria yang tidak di inginkan oleh hatinya. Jadi saya tidak bisa mengatakan apa pun tanpa seizinnya." Ucap Pak Alan terus-terang.
Mendengar ucapan Pak Alan membuat Refal semakin takjub padanya, awalnya dia berpikir buruk tentang pak Alan dan putrinya. Tapi sekarang semuanya sudah terpecahkan. Tidak ada lagi keraguan di dalam hatinya.
"Sungguh Pak Alan, untuk pertama kalinya saya mendukung istri saya untuk segera menjodohkan Refal.
Walau saya tidak pernah melihat putri anda, saya yakin dia percis seperti yang pak Alan katakan. Maksud saya, bagai permata di dalam lautan dan cahaya-nya menyilaukan.
Dan untuk pertama kalinya dalam hidup, saya ingin bertemu dengan seseorang, dan orang itu adalah putri anda Pak Alan." Ujar Papa Refal tulus, matanya berkaca-kaca. Seolah menjelaskan betapa besar harapannya tentang hubungan ini.
"Pak Alan, saya minta maaf. Saya harus meninggalkan anda. Jika ada kesempatan kita akan mengobrol lagi. Terima kasih atas kunjungannya." Refal bangun dari posisi duduknya, kali ini ia tidak hanya menjabat tangan Pak Alan, dia bahkan memeluk pria yang seusia dengan papanya itu tanpa malu-malu.
Sementara Mamanya? Nyonya Asa hanya bisa tersenyum bahagia. Tidak ada yang bisa menebak jalan pikirannya. Saat ini pikirannya di penuhi oleh rencana-rencana baru yang akan segera ia lancarkan untuk mendekatkan putranya dengan gadis yang berhasil mencuri perhatiannya bahkan sebelum ia melihat seperti apa wajah gadisnya.
"Nak Refal tidak akan sulit menemukan pujaan hatinya, lalu untuk apa Tuan dan Nyonya Sekar mencarikan jodoh untuknya?" Pak Alan kembali membuka suara setelah Refal tak nampak lagi di netranya.
"Pak Alan memang benar, tidak akan sulit mendapatkan gadis mana pun untuknya. Sayangnya, anak itu tidak bisa membuka hatinya untuk gadis mana pun." Wajah Nyonya Asa terlihat sedih.
"Sebenarnya, dua tahun yang lalu Refal akan menikah dengan tunangannya. Ajal memang tidak ada yang tahu.
Tunangan Refal adalah seorang Polwan yang cerdas, dia meninggal dalam misi rahasia untuk menangkap Mafia yang pengedarkan obat terlarang.
Dua hari sebelum pernikahan, tunangan Refal di kabarkan meninggal. Hal itu membuatnya menjadi sosok tertutup. Dia bahkan berjanji akan menangkap semua bajingan yang telah merenggut orang yang sangat dia sayangi." Ujar Nyonya Asa mengabarkan kisah masa lalu yang masih membuat hatinya merasakan pilu.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments