Nayaka kembali ke London meninggalkan Delilah seorang diri yang tengah hamil. Setelah menemani sang kekasih mengunjungi tempat kursus. Melengkapi urusan dapur serta vitamin untuk anak yang berada di dalam kandungan Delilah.
Ia kembali juga untuk mengurus kepindahan mereka. Barang-barang masih banyak yang belum dipindahkan. Nayaka dan Delilah akan tinggal di Paris sampai anak mereka lahir. Setelah itu Nayaka tidak tahu harus ke menetap di mana. Apakah masih di London atau Paris. Yang jelas ia tidak akan kembali ke Jakarta lebih dulu.
Sampai di London, Nayaka mulai mengepak barang-barang yang masih tertinggal. Menyelesaikan pekerjaan agar mendapat gaji pada akhir bulan. Serta kelulusan selama ia belajar di negara Ratu Elizabeth.
"Semua barang sudah beres dikemas. Tinggal dibawa saja ke Paris buat bulan depan," gumam Nayaka.
Selesai membereskan semua, Nayaka bersiap untuk kerja paruh waktu. Ia juga harus mengatakan kepada pemilik restoran untuk mencari pengganti.
Nayaka berjalan kaki menuju restorannya. Ada tiga pekerjaaan di tempat berbeda. Pertama restoran, kafe yang buka sampai pukul dua belas malam serta hotel sebagai tukang laundry.
Jam sudah masuk waktu bekerja. Nayaka berganti pakaian dengan seragam restoran dan melayani para pengunjung. Sialnya tamu yang akan ia layani adalah teman satu kampus yang suka mencari masalah.
"Lihat, siapa ini? Dia Nayaka," ucap Andrew.
Andrew bersama tiga orang temannya. Mereka senang menganggu anak-anak seperti Nayaka. Semakin tidak dihiraukan, maka mereka semakin merajalela. Kalau dilawan lebih parah lagi. Mereka bisa membuat perhitungan untuk ke depannya. Dendam yang tidak pernah berakhir.
"Silakan sebutkan pesanan kalian, Tuan," kata Nayaka.
"Hei! Kalian cepat pesan," ucap Andrew kepada ketiga temannya.
Masing-masing dari mereka menyebutkan menu yang ingin dimakan. Nayaka mencatatnya dengan benar. Ketika berbalik untuk pergi, Nayaka didorong hingga tubuhnya terbentur meja pengunjung yang lain. Semua piring yang ada di meja jatuh dan pecahan beling mengenai tangannya.
"Maaf, aku tidak sengaja," ucap Nayaka dalam bahasa Inggris tentunya.
"Kau harus berhati-hati melangkah," kata Andrew sembari tertawa.
Pengunjung yang mejanya Nayaka tabrak ditempati oleh pria tinggi besar bersama kekasihnya. Wanita yang duduk di meja itu sudah mengomel, sedangkan pria itu berdiri tegap memandang Nayaka.
Nayaka pasrah jika ia harus dipukul. Ini salahnya yang telah membuat masalah. Tidak disangka pria itu malah mendatangi Andrew dan memberi bogem mentah di wajah anak muda itu.
"Aku melihatmu mendorongnya. Dasar sampah! Enyahlah dari sini anak muda," ucap pria itu.
Pemilik restoran tidak tinggal diam. Ia meminta Andrew membayar semua kerugian. Nayaka berucap syukur dalam hati. Masih ada yang mau membelanya.
"Kau harus melawan mereka," ucap pria itu.
"Terima kasih, Tuan. Aku hanya tidak ingin membuat masalah," sahut Nayaka.
Kehidupan Nayaka selama bertahun-tahun seperti itu di kampus. Ia menjadi bahan kenakalan dari Andrew dan teman-temannya. Dulu tidak ada yang menolong. Setelah Delilah datang hidup Nayaka sedikit tenang. Nayaka juga tahu kenapa Andrew suka mencari gara-gara. Pertama karena Naya tidak ingin dijadikan sebagai budak yang mengerjakan tugas kuliah dan kedua karena Delilah. Andrew menyukai Delilah, tetapi selalu ditolak.
...****************...
Sayangnya Nayaka tidak diperbolehkan oleh Delilah untuk ke Paris. Kekasihnya itu mengatakan untuk datang setelah Nayaka menerima surat kelulusannya agar tidak buang-buang waktu dengan bolak-balik.
Delilah juga ada benarnya. Untuk datang ke Paris Nayaka mengunakan uang kekasihnya. Jika ia berangkat setelah mendapat titel, maka bisa mengunakan uangnya sendiri.
Waktu terus berjalan seiring rasa rindu Nayaka pada Delilah. Memang setiap hari mereka saling mengobrol lewat video call, tetapi tetap saja keinginan untuk bertemu langsung semakin membuncah.
Hari kelulusan itu tiba juga. Semua mahasiswa didampingi keluarga. Hanya Nayaka yang tidak ditemani oleh kerabatnya. Delilah berada di negara lain. Kalaupun ada, Delilah tidak akan pernah mengucapkan selamat kepadanya di depan semua orang.
Jelang dua hari setelah acara itu, Nayaka berangkat ke Paris. Negara yang akan menjadi tempat tinggalnya yang baru. Kehidupan baru bersama kekasih serta anak mereka yang akan lahir. Awal baru di musim gugur Paris.
Nayaka keluar dari kereta bersama dua koper bawaannya. Namun, ia tidak menyangka melihat sosok wanita yang membawa bunga. Ketika melihatnya, gadis itu berlari kemudian memeluknya.
"Selamat," ucap Delilah.
Nayaka memeluknya erat. "Terima kasih, Sayang."
Delilah menarik diri, lalu mengecup bibir Nayaka. Jika di London, maka tidak ada moment seperti ini. Namun, ini di Paris. Tidak ada yang mengenal mereka.
"Kau baik-baik saja, kan?" tanya Nayaka.
"Seperti yang Kakak lihat," jawab Delilah.
"Anak kita?"
"Dia sehat di dalam sini," ucap Delilah.
"Aku merindukan kalian," kata Nayaka yang memberanikan diri mengecup kening Delilah.
"Kami juga," balas Delilah. "Sebaiknya kita lekas pulang. Aku ingin bermanja dengan Kakak."
"Kenapa datang menjemputku?"
"Memangnya aku tidak boleh datang menyambutmu? Saat Kakak mengatakan akan datang, aku bersiap. Bunga ini juga aku pesan khusus," kata Delilah.
Nayaka tersenyum. "Terima kasih, Sayang. Aku bahagia sekali kau datang menjemputku."
Keduanya jalan bersama keluar dari stasiun. Mereka menumpang taksi menuju Jalan Marais di mana gedung apartemen berada.
Sesampainya di apartemen, Delilah tidak ingin jauh dari sang kekasih. Nayaka ingin mandi saja tidak bisa. Delilah enggan untuk melepas pria itu dari tubuhnya.
"Aku mandi dulu, ya," ucap Nayaka.
Delilah menggeleng. "Enggak mau. Nanti saja. Aku masih kangen."
"Tubuhku bau, Sayang. Aku mandi dulu, ya."
"Baunya enak, kok. Aku suka." Delilah menarik kaos Nayaka melewati kepala sampai tangan kemudian membuangnya ke lantai begitu saja. "Aku suka aroma tubuh Kakak."
Delilah naik ke atas pangkuan Nayaka. Ia membuka blouse yang dikenakan serta pembungkus berenda di lantai. Kepala Nayaka ditarik tepat di antara sisi kelembutannya.
Tangan Nayaka berada di pinggang dan punggung Delilah. Ia menikmati suguhan yang kekasihnya berikan. Sudah dua bulan mereka tidak tidur bersama dan rasa rindu itu benar adanya.
"Kangen, ya?" tanya Nayaka.
"Banget. Selama kita bersama, aku mau kita terus melakukannya," ucap Delilah.
Nayaka merebahkan Delilah di sofa. Ia kecup perut kekasihnya yang mulai membuncit. Kandungan Delilah sudah memasuki usia tiga bulan. Bayi mereka sudah mulai menunjukkan bentuknya dan Nayaka tidak sabar menunggu kedatangan penerusnya.
Delilah masih bisa menyembunyikan kehamilannya dengan mengenakan baju berlapis. Terlebih telah masuk musim gugur. Baju hangat seperti coat dan blazer bisa menyembunyikan kehamilan. Tubuhnya yang berisi juga menyamarkan bentuk itu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
🥀Acihlicious 🥀
kalu berterus terang sama Ray mungkin langsung di nikahin
2022-06-18
2
💕Leyka Gallardiev 💕
Delilah tanpa sungkan minta duluan sama Nayaka kok delilah gax minta di nikahin saja sama Nayaka
2022-06-10
5
Ety Nadhif
sifat dedilah ga jelas
2022-05-20
0