Akhirnya, Nayaka bisa kembali ke tanah air dengan selamat setelah bertahun-tahun tinggal di negeri orang. Tentu saja bersama putri tunggalnya yang kini berusia enam tahun, Kyomi Violetta.
Sudah enam tahun keduanya berpisah dari Delilah. Seorang ibu yang tega meninggalkan bayi kecil yang ia lahirkan. Seorang wanita yang tega ingin menghabisi mereka jika mencarinya.
Sejak kejadian itu, Nayaka tidak lagi mencari sang mantan kekasih. Ia hidup bersama Kyomi di negara asing. Bekerja dengan giat hingga mereka bisa kembali ke Indonesia.
"Di sini panas," celetuk Kyomi dalam bahasa Perancis.
Nayaka tertawa. "Kamu bisa mengunakan bahasa Indonesia, Sayang. Ini negaramu. Tanah air tercinta kita. Papa lahir di sini."
"Sorry, Kyomi hanya terbiasa."
Nayaka mengusap rambut putrinya. "Bahasa Indonesia bukan Inggris."
"Iya, Papa. Jadi, kita ke mana sekarang?" tanyanya. Kali ini dalam bahasa Indonesia aksen barat.
Kyomi bisa menguasai tiga bahasa. Inggris, Perancis, dan Indonesia. Sejak mulai mengoceh, Nayaka membiasakannya dengan bahasa Inggris, lalu ibu pengasuhnya hanya bisa mengetahui bahasa Perancis. Setelah kedua bahasa dikuasai barulah Nayaka mengajari anaknya bahasa nasional negara tercinta. Kenapa kedua bahasa asing yang menjadi prioritas lebih dulu? Ya, karena keduanya tinggal di luar negeri.
"Ke hotel lebih dulu. Kita harus bertemu agen rumah," kata Nayaka.
Kyomi cuma mengangguk. Ia akan menuruti ke mana pun ayahnya pergi. Nayaka menghentikan taksi. Keduanya masuk dan meminta sopir mengantar mereka ke hotel lebih dulu.
"Kenapa tidak langsung ke rumah sewa?" tanya Kyomi.
"Kita tidak tinggal di apartemen, Sayang. Kita akan tinggal di rumah."
"Rumah kita tidak akan sama seperti di Paris?"
Nayaka menggeleng. "Papa akan mengajakmu berkeliling setelah mendapatkan rumah. Kau tinggal dulu di hotel, ya. Tidurlah karena nanti malam kita akan jalan-jalan."
Kyomi mengangguk. "Oke, Kyomi akan jadi anak baik."
Sesampainya di hotel, Nayaka memesan kamar untuk mereka selama dua hari ke depan. Keduanya juga makan bersama setelah melakukan penerbangan jauh. Sebenarnya masih ada apartemen yang diberikan oleh Dion. Namun, Nayaka telah berjanji untuk tidak lagi mengunakan fasilitas itu. Ia juga sudah mengumpulkan uang untuk membayar hutang budinya selama ini. Semuanya akan Nayaka kembalikan jika bertemu Delilah suatu hari nanti.
"Pergi mandi dulu sebelum tidur," kata Nayaka sembari mengambil baju Kyomi dari dalam koper.
Selama ini ia yang menjaga dan mengurus Kyomi. Nayaka bahkan harus kehilangan pekerjaan ketika mengasuh bayi kecilnya. Sejak Kyomi berumur dua bulan, anak itu telah turun ke jalan. Nayaka menjual cokelat, permen, bunga serta cinderamata lain demi uang makan dan sewa apartemen. Mencari pengasuh sangatlah sulit dan tentu harganya sangatlah mahal.
Menginjak umur satu tahun, Nayaka mendapat ibu pengasuh yang tinggal satu lantai apartemen bersamanya. Sepasang suami istri yang belum memiliki anak. Mereka menawarkan diri mengasuh Kyomi. Saat itulah Nayaka bisa bekerja lagi di sebuah perusahaan yang memproduksi perhiasan.
Tidak disangka pasangan suami istri itu mendapat kabar bahagia setelah satu tahun lebih bersama Kyomi, dan Nayaka yang sudah mandiri bisa memanggil pengasuh lain untuk menjaga putrinya.
"Keringkan rambutmu, Kyomi," kata Nayaka ketika putrinya sudah keluar dari kamar mandi dengan berpakaian lengkap.
"Kyomi bisa melakukannya sendiri," sahutnya. "Apa nanti Kyomi akan sekolah di sini?"
"Iya, Sayang. Kita akan tinggal di sini."
"Kita tidak akan kembali ke Paris?" tanyanya.
Nayaka menatap putrinya. "Jika Papa punya uang kita akan liburan ke sana. Kau tidurlah dulu. Jangan keluar selama Papa pergi. Patuhlah, oke."
Kyomi mengangguk. "Jangan khawatir. Kyomi sudah besar."
Nayaka mengecup kening putrinya, lalu keluar dari kamar. Kyomi meletakkan handuk di jemuran yang tersedia, lalu merebahkan diri di atas tempat tidur. Ia memejamkan mata sampai kantuk menderanya.
Tidak bisa dilukiskan betapa bahagianya Nayaka karena bisa kembali ke tanah kelahirannya. Di sini ia akan memulai kembali kehidupan baru Tentunya bersama Kyomi.
Lain hal di sebuah rumah mewah yang tengah sibuk mempersiapkan acara istimewa. Acara pertunangan akan diselenggarakan nanti malam. Calon mempelai wanita tengah menatap kebaya warna pastel yang akan ia kenakan.
"Jangan ditatap terus," tegur Anna.
Delilah tersenyum. "Tante buat kaget saja."
"Kak Anna," ucap Anna membenarkan.
"Iya, Kak Anna."
Padahal Delilah lebih nyaman menyebut Anna dengan panggilan mama atau tante. Sang kakak, Reyhan tidak akan setuju dengan sebutan itu.
"Kamu siap-siap dulu. Wajahmu sudah harus dirias," kata Anna.
"Delilah gugup, Tan, eh, Kak," ucapnya.
"Tenangkan dirimu, Sayang. Malam ini kau akan diikat dalam suatu hubungan yang serius."
"Delilah masih merasa ini mimpi. Juno tiba-tiba melamar saat kami liburan ke Bali."
"Tandanya dia mencintaimu dan serius akan hubungan kalian. Lagian sudah waktunya kamu melepas masa lajangmu," kata Anna.
"Iya, Juno memang mengatakan ingin hubungan yang serius."
Juno dan Delilah sudah menjalin hubungan asmara selama dua tahun lamanya. Pertemuan pertama mereka saat keduanya sama-sama berada di Amerika. Juno merupakan teman dari Kiano dan keluarga dari pria itu adalah rekan bisnis dari Reyhan. Bisa dibilang Delilah berkenalan dengan pria yang satu golongan dengannya.
"Sekarang kamu siap-siap. Jangan biarkan sang pangeran menunggumu," ucap Anna menggoda.
Delilah tertawa. "Wajahnya akan cemberut jika aku terlambat."
Penata rias dipersilakan untuk masuk ke dalam kamar, sedangkan Anna keluar untuk melihat segala persiapan. Rumah besar itu dirias dengan dekorasi nuansa pastel. Begitu indah dan mewah karena ini acara putri satu-satunya penerus perusahaan makanan serta perhiasan.
Langit biru berubah gelap. Para tamu undangan telah datang termasuk keluarga calon mempelai pria. Acara digelar dengan mengatakan maksud dan tujuan kedatangan dari pihak laki-laki. Lamaran diterima dengan disematkannya cincin di jari manis keduanya.
"Calon istriku begitu cantik malam ini," puji Juno.
"Apa hanya malam ini aku terlihat cantik?"
"Kau sempurna, Cintaku."
"Kau juga sangat tampan," balas Delilah.
Juno mendekat kemudian berbisik, "Aku tidak sabar untuk berduaan saja denganmu."
"Menjauh dariku. Kita masih di tengah acara."
"Aku akan sabar menunggu," ucap Juno.
Juno adalah sosok pria yang sempurna di mata Delilah. Wajahnya rupawan campuran oriental. Hidung mancung, berkulit putih dengan tubuh tinggi dan pundak lebar. Otot-otot tangan dan perutnya berada di balik pakaian yang pria itu kenakan, dan lagi dari keluarga terpandang. Sangat cocok bagi seorang Delilah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Larasati
😢😢😢kyomi kamu harus sayang sama papah nay
2024-10-03
0
Zamie Assyakur
semoga juno tidak sebaik nayaka.... dan suatu saat nanti delillah akan sadar
2023-02-08
2
Ros Tikawati
tubuh dan wajah juga bebet bibitnya sesuai kriteria... apa sifat Juno penyayang seperti Nayaka ?
2022-08-14
0