"Dia bukan lahir di Jepang," kata Nayaka.
"Tapi aku suka nama Kyomi, dan Violetta di dalam bahasa Perancis adalah bunga yang indah," ucap Delilah.
Nayaka mengangguk. "Nama yang indah. Aku setuju dengan nama itu."
Kyomi tertidur dalam pelukan sang ibu. Nayaka meminta bantuan perawat untuk memindahkan sang bayi. Ia takut untuk memegang bayi yang masih rapuh itu.
Delilah dipindahkan ke ruang rawat bersama Kyomi. Sementara Nayaka mengurus administrasi. Untungnya uang yang telah ia kumpulkan cukup untuk biaya rumah sakit dan rawat inap selama dua hari. Setidaknya saat anaknya lahir, Nayaka tidak mengunakan uang Delilah.
Semua perlengkapan telah dibeli dengan memakai uang Delilah. Untuk biaya persalinan, Nayaka ingin mengunakan uangnya. Itu sebab ia bekerja mati-matian selama ini.
Sekembalinya Nayaka ke ruang rawat, Delilah sudah tertidur. Ia mendaratkan kecupan di kening kemudian ikut tertidur di sofa samping ranjang pasien.
*******
Nayaka terbangun ketika suara langkah kaki berlalu lalang di sekitarnya. Ia mengerjap, lalu bangun dari tidurnya.
"Selamat pagi, Tuan," sapa perawat wanita.
"Pagi," balas Nayaka.
Suster itu membawa Kyomi untuk dibersihkan. Sementara Delilah tidak berada diranjangnya. Nayaka melihat suster yang berdiri di depan pintu kamar mandi sembari memegang handuk.
"Apa kekasihku sedang mandi?" tanya Nayaka.
"Iya, Tuan."
Nayaka mengangguk. "Katakan kepadanya aku keluar membeli makanan. Apa tidak ada pantangan untuk ibu melahirkan?"
"Kurasa tidak jika kekasihmu tidak punya riwayat alergi. Jangan memberinya dengan rasa tajam jika kekasihmu menyusui. Buah pisang, apel, sayur dan daging merah bagus."
"Oke, terima kasih atas saranmu," ucap Nayaka.
Setelah kepergian Nayaka, Delilah cuma berdiam menunggu kekasihnya itu kembali. Makanan rumah sakit sama sekali bukan seleranya dan berharap Nayaka kembali dengan membawa makanan yang ia suka.
Dokter juga sudah memeriksa jika ia bisa pulang besok. Delilah berucap syukur dalam hati karena hal itu. Ia memang ingin segera kembali ke apartemen karena tidak betah berada di rumah sakit.
Pintu kamar terbuka. Suster masuk dengan mendorong kereta bayi. Delilah tersenyum ketika suster memberikan bayinya untuk disusui. Bersamaan dengan keluarnya suster dari kamar, Nayaka tiba bersama kantong belanjaan di tangan.
"Kenapa lama sekali?" tanya Delilah sedikit kesal.
"Di luar tengah bersalju, Sayang. Kayak enggak tau saja."
"Aku lapar. Lidahku enggak cocok makanan rumah sakit."
"Aku cuci tangan dulu," ucap Nayaka.
Delilah menepuk pelan punggung bagian bawah Kyomi. Putrinya terlelap setelah perutnya terisi oleh susu. Delilah mengecup kening, hidung, lalu pipinya.
"Kyomi cantik banget," ucap Delilah.
"Sama seperti ibunya," sahut Nayaka.
"Letakkan Kyomi di atas boks-nya."
Nayaka gugup meraih Kyomi dalam gendongannya. Dengan perlahan, ia meletakkan sang putri di tempatnya. Satu kecupan kecil Nayaka berikan di pipi merahnya.
"Kak, aku lapar," kata Delilah.
Bergegas Nayaka menyiapkan makanan untuk Delilah. Ia juga menyediakan buah potong untuk sang kekasih. Delilah memakannya dengan lahap, sedangkan Nayaka cuma memandangnya.
"Kenyang," kata Delilah.
Nayaka mengambil sisa makanan Delilah, lalu menghabiskannya. "Kebiasan kalau makan enggak selalu habis."
"Kan, ada Kakak yang makan sisanya. Oh, ya, besok aku sudah boleh pulang."
"Aku akan menjemput kalian pas jam istirahat kerja," kata Nayaka.
"Terserah Kakak."
Kyomi tiba-tiba merengek. Nayaka lekas menghampiri untuk menenangkannya. Aroma tidak sedap menguar, Nayaka memeriksa bagian bawah putrinya itu.
"Sayang, Kyomi buang air besar," kata Nayaka.
"Ganti popoknya. Malah bilang ke aku," sahut Delilah.
"Tapi, Sayang. Kyomi perempuan."
"Apaan, sih, Kan? Tinggal ganti doang. Lagian dia masih kecil. Aku enggak mau ganti. Kalau enggak suruh saja perawat daripada dia nangis."
"Kau ibunya," kata Nayaka.
"Kau masih ingin membantahku!" bentak Delilah.
"Jangan marah. Aku akan menggantinya."
Nayaka mengambil popok dan tisu basah. Ia bingung membuka kain yang menutupi tubuh Kyomi, sedangkan sang ibu malah bermain ponsel. Terlebih ia takut untuk membelai tubuh rapuh putrinya.
"Aku akan panggil suster," kata Nayaka.
"Terserah," sahut Delilah.
Nayaka keluar sebentar meninggalkan Kyomi yang menangis. Ia memanggil perawat untuk mengajarinya membersihkan tubuh bawah Kyomi.
Suster yang datang heran melihat Delilah yang tidak melakukan apa-apa untuk menenangkan putrinya. Malah Nayaka yang sibuk minta diajari cara mengganti popok.
"Kau harus memberi nasihat pada kekasihmu. Dia tidak boleh menelantarkan seorang anak," ucap suster.
"Kau salah sangka. Dia juga takut sama sepertiku. Kekasihku baru sembilan belas tahun. Dia belum terbiasa," kata Nayaka.
Suster itu mengangguk, lalu mengajari Nayaka hal tentang merawat bayi. Delilah menyimak pelajaran singkat itu karena perawat rumah sakit selalu saja memperhatikannya. Setelah suster keluar ruangan barulah ia bisa bernapas lega.
Lemparan botol air mineral mendarat sempurna di kepala Nayaka. Delilah mengumpatnya. "Sengaja membuatku menjadi ibu yang buruk?"
Nayaka meraih botol itu, lalu meletakkannya kembali ke meja. "Aku hanya minta diajari."
"Urus anakmu itu!" bentak Delilah.
Nayaka terdiam atas ucapan kekasihnya. Ia menghampiri Kyomi yang sudah kembali tertidur setelah diganti popoknya.
"Sayang, tidur yang nyenyak, ya," ucap Nayaka.
******
Tengah malam, Kyomi menangis. Nayaka terbangun dari tidurnya, lalu memeriksa bagian bawah tubuh putrinya. Nayaka mengganti popoknya, tetapi Kyomi masih menangis.
"Diam, ya," ucap Nayaka. "Mau susu kali."
Nayaka mencoba membangunkan Delilah yang pulas dalam tidurnya. Kekasihnya itu merasa terganggu karena suara tangis Kyomi.
"Kakak enggak bisa buat diam Kyomi?" ucap Delilah kesal.
"Kyomi haus, Sayang. Susui dia."
Delilah menggeser tubuhnya sedikit dan menyuruh Nayaka meletakkan Kyomi di sampingnya. Ia menyusui Kyomi sembari tiduran.
Nayaka khawatir akan tindakan Delilah. Ia takut bagian tubuh itu menutupi hidung kecil Kyomi, sedangkan Delilah malah memejamkan matanya.
"Jangan tidur, Sayang. Kyomi bisa tidak bernapas kalau kamu enggak hati-hati," tegur Nayaka.
Delilah membuka matanya. "Cerewet! Besok Kakak beliin susu formula saja."
"Milikmu lebih bagus untuknya."
"Aku enggak mau. Pokoknya Kyomi harus minum susu formula!" ucap Delilah tegas.
Hanya anggukkan sebagai tanda setuju dari Nayaka. Jika Delilah sudah memutuskan, maka itulah yang terjadi. Nayaka tidak bisa membantahnya.
"Kyomi sudah tidur. Pindahin dia," kata Delilah.
Nayaka meraih Kyomi, lalu meletakkan kembali putrinya di dalam boks. Sementara Delilah kembali tidur setelah itu.
"Kapan kau akan sedikit lembut padaku," gumam Nayaka pelan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Novano Asih
kasihan Nayaka pdhal dia tulus tp sikapnya Delilah seperti majikan pd pembantunya saja
2024-10-11
0
Larasati
sabar ya Naya😢
2024-10-03
0
Larasati
kejam bngt si delilAh 😢, untung Naraya sabar bngt
2024-10-03
0