"Aku akan menghancurkan mu, Aris! Lihat saja nanti!" Geram Akemi.
"Kemana aku harus pergi? Apakah aku harus kembali ke teman-teman ku lagi? Ah... mustahil! Aku malah akan membuat masalah baru lagi!" Batin Akemi sambil berjalan tanpa arah tujuan.
Dari atas, sebuah kardus aneh jatuh menimpa Akemi.
"Aduuh! Siapa yang membuang sampah ini!" Geram Akemi sambil melihat ke atas.
"Sebuah kardus? Siapa yang membuangnya? Coba lihat ah!" Batin Akemi yang penasaran isinya.
Setelah dibuka, terdapat sebuah topeng misterius dengan ukiran tulisan huruf kuno dengan ekspresi wajah yang aneh.
"Mulutnya tersenyum tapi kok matanya terlihat sedih begitu?"
Akemi memandangi topeng itu sejenak. Tanpa disadari ia mulai dipengaruhi oleh energi negatif yang membuat Akemi memakai topeng tersebut.
"Huh... Apa itu tadi? Seperti ada yang mengawasi ku! Huh...huh..huh..!" Ucap Akemi yang nafasnya tersengal-sengal.
"Lebih baik aku bawa saja. Aku harus tahu topeng apa ini!" Ucap Akemi sambil memasukkan topeng kembali ke kardus.
______----------_______----------_______
"Apa semuanya lengkap?" Tanya Chika.
"Sudah! Apalagi yang kurang ya? Apakah pendaftaran nya ada biaya nya?" Tanya Riyo.
"Itu pasti, semua tidak ada yang gratis, Riyo! Udara yang kau hirup pun juga tidak gratis." Ucap Hinata yang menyinggung Riyo.
"Bisa saja kau ini! Baiklah, ayo berangkat!"
"Ayooo!"
Kemudian, mereka pun berangkat ke guild petualang nasional. Jaraknya tidak begitu jauh, karena tepat di perbatasan kerajaan Venzonia. Mereka memutuskan untuk berjalan kaki untuk bisa menuju ke sana.
Siangnya, mereka pun sampai di tempat tujuan.
"Apa benar ini tempat nya?" Tanya Chika sambil memegang peta.
"Iya, aku rasa begitu." Jawab Hinata.
"Bagaimana kau bisa tahu?"
"Apa kau memang bodoh? Di atas sana sudah tertulis dengan jelas yang menunjukkan guild petualang nasional!" Tegas Hinata sambil menunjuk jari.
Setelah masuk ke dalam, mereka disuguhkan dengan pemandangan perkumpulan petualangan yang sangat padat dan ramai.
"Ramai sekali! Antriannya pun sangat panjang. Tempat ini cukup luas untuk mengantri seperti ular." Ucap Chika dengan nada datar.
"Apa kita harus menunggu antrian panjang ini? Ini bisa saja selesai sampai besok!"
"Kalau kita pergi, kita akan makan dengan apa? membayar penginapan dengan apa? Kau harus tegar, Riyo!"
"Ya, aku tahu!" Jawab Riyo yang patah semangat.
2 Jam telah berlalu....
"Ini giliran kita. Ayo berdiri semuanya!"
"Baiklah, jadi... ada yang bisa saya dibantu?" Tanya resepsionis guild.
"Ya... jadi kami ingin mendaftarkan diri sebagai petualang."
"Oh... jadi pahlawan ya? Mari ikuti saya!" Ucap resepsionis perempuan yang berambut hijau.
Resepsionis itu menghantarkan mereka ke seseorang pria dengan rambut hitam pendek dengan kumis tebal dan panjang.
"Perkenalan, ini adalah Magus kami! Dia adalah Cozen, dia akan menguji kekuatan dan kemampuan kalian agar bisa menentukan di kelas mana yang pantas kalian dapatkan. Kalau begitu saya pergi dulu ya!" Jelas dari Perempuan berambut hijau itu yang meninggalkan mereka bertiga.
"Baiklah, kalau kalian ingin menjadi petualang, maka kalian diharuskan untuk menyentuh bola kristal ini satu per satu. Dan dimulai dengan kau yang berambut pirang!" Ucap Cozen yang menunjuk Chika.
Chika mengawalinya dengan memejamkan mata sambil menyentuh bola kristal itu.
"Hmm... baiklah, sudah selesai. Berikutnya!"
Kemudian, giliran Riyo.
"Yang terakhir!"
Lalu disusul oleh Hinata yang terakhir.
"Oke, hasil kalian tidak buruk! Aku ingin kalian duduk dulu sembari menunggu hasil penempatan kelas." Ucap Cozen.
Beberapa menit kemudian...
Cozen kembali menemui Chika dan lainnya untuk memberikan hasil tes.
"Jadi ini adalah hasil tes kalian! Tak ku sangka kalian ditempatkan di kelas A. Kalian beruntung sekali ya!"
"Apa? Kelas A?" Chika yang tidak percaya.
"Wow, baru awal-awal sudah di kelas A!" Seru Riyo.
"Sudah kuduga akan ditempatkan di kelas itu." Ucap Hinata yang tersenyum.
"Sebelum aku pergi, apakah ada pertanyaan lagi?"
"Ah... anu, ada berapa banyak kelasnya petualang?" Tanya Chika sembari mengangkat tangan.
"Oh pertanyaan bagus! Kelas petualang terbagi menjadi 6 kelas. Yang pertama adalah kelas SS. Kelas tertinggi yang hanya bisa dicapai oleh pahlawan legenda. Lalu, Kelas S. Kelas ini biasanya diisi oleh para pahlawan dan orang kuat. Tidak hanya kuat yang dibutuhkan, tetapi pengetahuan dan pengalaman mendukung sangat dibutuhkan di kelas ini. Dan dilanjutkan dengan kelas B, C, D." Jelas Cozen.
Tangannya Chika mendekap di dagunya.
"Terima kasih atas informasinya, Pak Cozen!" Ucap Hinata dengan nada ramah.
"Sama-sama! Jika ada yang tidak kalian ketahui, carilah aku dengan bertanya dengan nona yang berambut hijau itu! Sampai jumpa semuanya!" Ucap Cozen sambil melambaikan tangannya.
Singkat cerita, seseorang dengan jubah coklat lusuh datang dengan membawa sebuah kotak misterius.
"Permisi, aku ingin bertanya tentang benda ini!" Tanya orang yang berjubah itu.
"Kalau ingin bertanya tentang artefak, Anda bisa bertanya dengan magus kami. Tunggu sebentar ya, akan saya panggilkan!" Jawab resepsionis itu yang masuk ke dalam meninggalkan pria itu.
Pria itu tiba-tiba mendekati rombongan dari Chika.
"Apa ada masalah, tuan?" Tanya Chika kepada pria yang tepat di depan meja mereka.
Pria hanya berdiri diam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
"Hei...! Kau tidak dengar apa yang dikatakannya? Apa masalahmu?!" Tegas Riyo yang berdiri dari duduknya.
Kemudian, Cozen datang dan menemui pria yang menanyakan tentang artefak.
"Ada apa ini ribut-ribut?"
"Pria ini tiba-tiba mendekat dan bertingkah aneh sekali!" Jelas Riyo.
"Baiklah ikuti aku tuan!" Ucap Cozen kepada pria itu.
Pria berjubah itu menurut dan mengikuti Pak Cozen.
"Siapa sih dia? Aneh sekali dia itu! Sampai membuatku takut!" Ucap Chika yang bertanya-tanya.
"Tenang saja, Chika! Jika dia berbuat macam-macam, akan ku hajar dia!" Ucap Riyo dengan percaya diri.
"Jangan jadi sok jagoan kau!" Ejek Hinata.
"Cih, kau ini selalu begitu terus kepadaku!" Sahut Riyo sambil membuang muka.
Tiba-tiba terdengar suara keras dari dalam.
"Woaaaah! Ini tidak dapat dipercaya! Ternyata artefak ini benar-benar ada! Dewa telah memberkati mu, nak!" Teriak Cozen setelah melihat artefak yang dibawa pria berjubah itu.
Ketiga orang itu yang penasaran, akhirnya ikut melihat ke dalam.
"Berharga kah Artefak yang satu ini?" Tanya pria itu.
"Tentu saja, nak! Ini adalah topeng Smiles Cry yang menjadi mitos bagi para magus lainnya, dan ternyata benda itu ada disini, tepat dihadapan kita!" Ucap Cozen dengan kagum.
"Apa yang membuatnya berharga?" Tanya sekali lagi pria itu.
"Topeng ini ketika dikenakan, akan memberikan kekuatan yang luar biasa yang tidak bisa kau bayangkan. Pemakainya diizinkan dapat mengambil atau mencuri kekuatan atau kemampuan lawannya dalam sekali tatap!" Jelas Cozen yang masih terkagum-kagum.
"Oh begitu ya."
"Nak, bolehkah aku tahu namamu? Aku ingin membeli artefak ini!" Tanya Cozen yang penasaran.
Pria itu memutuskan untuk membongkar identitas nya dengan membuka jubah yang ia kenakan.
"Namaku adalah Akemi Ryouta! Bisa dipanggil Akemi! Untuk transaksi kita, aku rasa harus menolaknya. Berapapun yang anda punya, aku tidak akan menyerahkannya begitu saja!"
"Apa? Akemi?" Heran Chika.
"Jadi dia itu Akemi?! Itulah mengapa ia datang menemui kita tadi! Aku rasa saatnya aku memberikan pelajaran untuknya! Hehehe..." Batin Riyo dengan niat jahatnya.
"Begitu kah? Aku tidak memaksa keputusan anda! Tapi, aku peringatkan anda untuk selalu berhati-hati. Kemungkinan besar akan ada menyerang anda agar mendapatkan artefak berharga tersebut." Peringatan dari Cozen.
"Baik, Pak Cozen! Terima kasih atas himbauannya. Saya permisi dulu!" Ucap Akemi yang meninggalkan Cozen.
"Awas! Dia kemari! Cepat kembali di tempat!" Ucap Chika yang panik.
Mereka pun mulai panik dan kembali ke meja mereka.
Setelah keluar dari ruangan, Akemi kembali lagi menemui teman-teman lamanya.
"Halo, semuanya! Bagaimana kabarnya? Maaf untuk yang tadi ya. Aku tadi terlalu gugup saat ingin menyapa kalian." Ucap Akemi dengan nada yang ramah.
"Oh, tidak masalah kok. Kami tidak tahu kalau itu kau. Hehehe..." Ucap Chika dengan senyum pahit.
Tak ada peringatan, Riyo yang masih kesal dengan Akemi. Ia langsung memukul Akemi secara tiba-tiba.
*Buaaaaak.... Buaaaakk...Buaaaak!!!
"Kau kira kehidupan mu akan tenang begitu saja? Jangan mimpi kau! Jangan lupakan semua perbuatan mu!" Geram Riyo dengan memukul muka Akemi.
"Sudah cukup Riyo! Jangan berlebihan! Lepaskan Dia!" Ucap Chika yang berusaha melerai Riyo dan dibantu Hinata.
Akemi berdiri dan mengusap hidungnya yang mengeluarkan darah.
"Sampai kapanpun, kau tidak akan ku maafkan! Dasar pengecut!" Riyo yang naik pitam.
"Haha... apakah kau tidak sadar siapa dalang dari semua ini?" Ucap Akemi yang menyeringai.
"Hah? Apa yang kau maksud? Siapa lagi bukan kau!" Teriak Riyo.
"Sudah-sudah! Jangan terbawa emosi terus." Ucap Chika yang memegangi Riyo bersama Hinata.
"Haha... pemikiran mu sempit sekali ya. Yang ku maksud adalah Aris. Dia lah dalang sebenarnya yang membuat persahabatan kita runtuh!" Jelas Akemi.
"Bagaimana mungkin dia, Akemi? Dia kan sudah menolong kita pada awal misi." Ucap Chika yang membela Aris.
"Haah... Aku sudah bisa menebak permainan kotornya! Aku berpikir kalau dia sudah bekerjasama dengan iblis pada awal misi! Dan kenyataan memang terbukti benar!" Pendapat dari Akemi.
"Tidak mungkin! Kalau itu benar, seharusnya dia membiarkan kita terbunuh oleh para iblis jika dia mau." Chika yang membela mati-matian.
"Kau masih tidak mengerti ya? Dia lebih menikmati kita bertengkar daripada melihat kematian kita semua." Jelas Akemi dengan senyuman jahat.
"..." Chika hanya bisa terdiam.
"Bagaimana? Apa kalian mengerti sekarang? Kali begitu, bagaimana kalau kita bekerja sama untuk memberikan ia sedikit pelajaran tentang persahabatan?" Tawaran dari Akemi.
"Ugh...."
Mereka kesulitan untuk memilih.
-
-
-
-
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments