"Hei, kau mengerti apa yang dikatakan Alex?" Tanya seorang perempuan.
"Tidak ada yang masuk ke kepalaku." Jawab seseorang yang pernah bertemu sebelumnya.
"Gak tahu ah, kita mana mungkin bisa menemukan orang yang ia inginkan dengan waktu singkat." Pikir gadis itu.
"Aku berpikir sama dengan Zet. Katanya penyihir adalah target favorit penembak runduk itu." Ucap Emma.
"Itu alasannya kenapa kita disuruh mengumpulkan seluruh penyihir di kerajaan Vigilo. Benar benar merepotkan!" Kata Zetta yang kesal.
"Tapi kan..."
*Boooooom!!!!!!!!*
"Apa itu tadi?"
"Aku juga mendengarnya! Apa yang sebenarnya terjadi tadi?"
Mereka berdua yang penasaran pun keluar.
"Loh kok banyak warga berkumpul di sini?"
"Mungkin ada meteor jatuh?"
"Coba kau tanyakan mereka." Suruh Zetta kepada Emma.
Beberapa menit kemudian.
"Bagaimana? Apa ada sesuatu hal di sana?" Tanya Zetta.
"Katanya ada pertarungan sengit lagi." Jawab Emma.
"Hah? Lagi?"
"Ya, Alex sedang bertarung dengan sosok misterius." Jawab Emma.
"Apa? Kenapa kita diam saja? Ayo pergi lebih dekat lagi!"
"Tumben, kamu peduli dengannya." Emma yang keheranan.
"Mana mungkin! Aku hanya ingin lihat sesengit apa pertarungan mereka. Kalau gak ikut yaudah." Ucap Zetta yang gengsi.
"Ikut! Aku ikut!"
-----_____------______--------
[Selamat! Anda mendapatkan semua kemampuan dan peralatan dari Abysswalker!]
"Cih! Kenapa baru sekarang muncul!" Ucapku yang hampir kalah.
"Kalau begitu, pasangkan semua peralatan dan senjatanya!" Batinku.
[Baik Tuan.]
Dengan ajaib, aku seketika memakai baju pelindung yang dikenakan Abysswalker. Dan tidak lupa dengan senjata Abysswalker's Razor.
"Baiklah! Permainan baru saja dimulai! Menyerah lah wahai baju zirah melayang!" Ucapku dengan bangkit semangat.
"Haha, sombong juga kau rupanya, manusia! Mari berdansa!" Ucap seseorang dari balik zirah itu.
"Tunggu sebentar! Siapa kau sebenarnya? Tiba tiba menyerang ku tanpa alasan? Namanya pencuri, kok malah muncul kembali dengan barang curiannya? Kamu ini sinting ya?" Ucapku yang heran.
"Hohoho... kamu akan tahu semuanya setelah pertarungan ini berakhir. Namun, sebut saja aku dengan Mr. L!"
"Baiklah, aku mengerti."
Ku mulai dengan memasang kuda kuda yang menandakan aku siap bertempur. Tidak kalah denganku, Mr. L bersiap mengarahkan semua senjata nya kepada ku.
Tepat pada saat itu, hari mulai menjelang tengah hari. Aku menunggu momen yang tepat sebelum melancarkan serangan pertama. Dan disitulah momentum ku, jarum panjang jam kota berdetik sedikit demi sedikit. Hingga akhirnya, suara dentuman keras dari jam kota yang menunjukkan tengah hari.
Tanpa banyak basa-basi, aku langsung memulainya dengan melemparkan sejumlah pedang terbakar kearahnya. Dan, dia dengan mudah menghindar dan menangkis semuanya.
"Sudah kuduga! Tapi bagaimana dengan ratusan!"
Aku melancarkan serangan yang sama, tetapi dengan skala besar besaran. Ratusan pedang terbakar melesat menuju armor terbang itu.
"Hehehe... Kali ini tidak akan ada yang meleset." Ucapku yang menyombongkan diri.
Seakan ditampar oleh kenyataan, entah bagaimana dia masih selamat tanpa goresan kecil dari armornya.
"Bodohnya aku! Mengapa ku habiskan semua mana ku hanya membuat asap tebal di langit? Justru hanya ini yang bisa ku lakukan ketika melawan musuh yang bisa terbang." Batinku yang panik.
"Hanya ini saja? Aku bisa melihat raut muka panik mu dari atas sini!" Ejek Mr. L.
"Woi! Kalau berani turun sini! Tidak perlu ada trik terbang lagi! Kalau memang kamu bukan pengecut!" Balas ejekan dengan ejekan.
"Terdengar suara serangga yang tidak bisa terbang. Atau aku salah dengar ya? Keliatannya aku harus memeriksakan telinga ku setelah ini." Ucap Mr. L.
"Woi...!" Teriakku yang geram.
"Apa? Tidak terima? Kalau begitu tangkis ini!" Ucap Mr. L yang menyerang menggunakan Gravestone Greatsword.
Aku yang terkejut tanpa pikir panjang langsung menghindarinya. Namun, itu adalah ide buruk. Saat pedang besar itu menyentuh tanah, tiba tiba muncul sebuah guncangan cukup hebat yang membuatku jatuh tersungkur di tanah.
Seketika pohon pohon dan bangunan sekitar tidak kuat menahan guncangan keras itu, yang mengakibatkan rubuhnya bangunan pemukiman warga.
Untungnya aku masih bisa menahan bangunan tersebut. Jadi aku langsung menaruhnya dengan sangat mudah. Aku malah terpikirkan dengan nasib warga yang masih di sini.
"Sudah aku katakan untuk tangkis serangan tadi, kok malah menghindar? Apakah sebodoh itu?" Ejekan lagi dari Mr. L.
Mendengar perkataannya berulang kali, seakan membuat gendang telingaku meledak. Darah ku naik ke puncak, kemudian aku melemparkan Abysswalker's Razor juga tidak lupa membakarnya dengan suhu tinggi dengan gaya lemparan bumerang.
Sesuai perkirakan, Mr. L menghindarinya. Padahal itu adalah ide bodoh. Dengan sedikit kekuatan telekinesis, pedang yang ku lempar berputar putar tanpa arah tujuan, kemudian kembali bak bumerang terbakar.
Dia yang sombong tidak menyadari kondisi di belakangnya. Lemparan ku tepat mengenai bagian kepalanya. Helm pelindung yang ia kenakan terlepas dan jatuh, serta tidak lupa juga di ikuti dengan jatuhnya semua senjatanya.
"Jadi begitu cara ia mengendalikan benda itu. Masuk akal juga."
Tanpa kusadari, Mr. L yang sebelumnya melayang di langit, seketika terjatuh tanpa sebab.
"Cih cih cih... sekarang siapa bossnya? tentu saja aku!" Ucapku sambil mendekatinya dan tidak lupa menyombongkan diri.
Aku mengiranya ia sudah mati ketika jatuh dengan ketinggian seperti itu. Ternyata aku salah, ia bergerak meskipun sangat pelan dan ripuh.
"Saatnya kita menyaksikan pengungkapan identitas asli pencuri armor! Siapakah dia?" Ucapku dengan candaan dan gurau.
Ia mulai bangkit, dan berdiri menegakkan tubuhnya yang ripuh. Aku terkejut bukan main setelah melihat wajah aslinya. Dibalik helm pelindung berwarna putih, terdapat wajah yang buruk rupa yang hanya menyisakan kulit bagian dalam akibat luka bakar, dan juga gigi menyeringai mengerikan. Tidak lupa dengan satu bola mata yang hampir copot menambah kesan horor.
"Tidak mungkin!... Ini sangat mustahil terjadi! Kenapa... Kenapa kau lakukan semua hal ini, Lucien!" Kataku yang menolak takdir.
"Ini untuk menghakimi semua perbuatan yang telah kau lakukan! Menuntut balas dendam, itu tujuan ku!" Balas Lucien dengan amarah meluap.
"Tapi... Apa salahku? Apa yang pernah aku lakukan sebelumnya?" Tanyaku yang bingung dengan ucapannya.
"Tidak usah beralibi lagi! Sekarang, waktunya adalah membuktikan siapa yang akan berada di puncak... Kita buktikan dengan duel pedang! Tidak ada trik terbang lagi, yang hanya ada harga diri yang dipertaruhkan!" Ucap Lucien dengan nada serius sambil mencabut Gravestone Greatsword dan mengambil kembali helm putihnya.
"Baiklah, kalau itu mau mu. Dan aku akan menggunakan pedang ku yang lain. Tidak ada sihir maupun efek lainnya. Hanya ada ketajaman dan ketahanan." Aku mengeluarkan pedang yang sama ketika melawan Abysswalker.
"Aku tidak mempermasalahkan senjata apa yang kau gunakan. Namun, melihat tindakanmu, aku sangat salut dengan cara berpikirmu." Ucap Lucien yang agak memujiku.
"Meskipun aku ini bodoh, tetapi aku masih punya jiwa kstaria di dalam diriku."
"Begitu kah? Persiapkan dirimu!"
Ronde pertama sudah selesai, sekarang adalah ronde akhir yang akan menentukan siapa yang layak di puncak.
Sama hal yang aku lakukan sebelumnya, memperkuat pertahanan ku dengan memasang kuda kuda.
Suasana yang sunyi dan mencekam saat pertarungan belum dimulai. Lucien mulai memberikan aba aba untuk dapat memulai pertandingan.
Tak lama kemudian, dia menjatuhkan helm pelindungnya. Langsung saja kami berdua menerjang semua rintangan hanya untuk bertarung.
Tak jauh dari sana, tiba tiba terdengar suara tembakan sniper rifle. Tembakan itu langsung mengenai kepala Lucien, seketika dia pun tewas di tempat.
Aku tak ingin melihatnya saja, berniat menolong Lucien. Namun, tubuh Lucien berubah menjadi abu seperti terkena sihir asam yang sangat kuat.
Aku mulai berpikir cepat, aku langsung bersembunyi di sebuah batu besar paling dekat. Aku hanya menunggu dan bersembunyi seperti tikus yang bersembunyi dari sang predator.
Dan juga hanya bisa pasrah dan menunggu ajal akan tiba. Setelah itu, aku tidak mendengar suara tembakan lagi.
"Aneh sekali..." Aku yang bingung.
Aku memberanikan diri untuk mengintip dari balik batu besar. Dari kejauhan, terlihat bayang seseorang yang sedang membawa senapan runduk. Langkah demi langkah penembak runduk itu mulai mendekati ku.
"Dia mulai mendekat, aku tidak bisa melihat tampangnya dari sini karena salju yang lebat." Ucapku yang penasaran dengan wajahnya.
"Hehehe... Aku tahu kau di sana, Alex!" Terdengar seperti suara wanita.
"Eh... dia mengenalku? Tapi tunggu dulu... suaranya tidak asing bagiku." Batinku.
*Dooooor.....!*
"Tidak usah mengintip segala! Keluar dan perlihatkan dirimu!" Teriak penembak runduk itu sambil menembakan satu peluru.
Ketakutan tiba tiba muncul di jiwa ku. Mau tidak mau aku harus keluar dari persembunyian ku.
"Nah... bagus! Kau sangat penurut sekali ya Alex!"
Aku mencoba mendekatinya hanya untuk memastikan.
"Oh... apa kau mengenal suara ini?"
Aku memberhentikan langkah ku.
Wanita itu mulai memperlihatkan dirinya. Kali ini aku sangat terkejut dan jantung ku hampiri copot. Wajah seorang wanita cantik nan rupawan, pupil mata warna merah yang mengecil, Senyuman psikopat terlihat jelas, dan rambut putih nan panjang seputih salju.
"..."
Tak bisa berkata apa-apa, dan hanya terdiam membeku di hadapan pemandangan yang suram.
-
-
-
-
..."Terima Kasih Sudah Membaca"...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments