"Sebenarnya, aku hanya ingin misi ini tidak berakhir seperti sebelumnya, itu saja yang kuinginkan. Kita semua hampir mati kalau tidak ada dia. Yang ku maksud adalah Aris. Entah bagaimana ia berakhir di sini, tetapi dia masih mau menolong kami setelah apa yang kami perbuat. Aku berharap ini berhasil tanpa dia, itu saja!" Ucap Akane yang berbicara dalam pikirannya.
______--------______--------______
"Permisi, apakah benar ini penginapan para pahlawan?" Ucap salam dari pemimpin kelompok petualang.
"Ya, anda benar! Apakah kalian semua petualang yang akan kami sewa?" Tanya Akemi yang meyakinkan sesuatu.
"Benar, kami adalah petualang kelas B, 'Four Reverie'." Ucap pria itu sambil melepas topinya.
"Oh kalau begitu ayo masuk ke dalam! Kalian sudah di tunggu!" Ujar Akemi yang mengantar mereka masuk.
"Akane! Ini mereka sudah datang!" Akemi yang meneriakki semua temannya agar turun.
Mendengar hal itu, Akane dan yang lain ikut turun untuk menemui kelompok petualang.
"Hei! Kenapa yang datang hanya kelompok petualang kelas B?" Bisik Riyo.
"Sudahlah! Lebih baik dari pada tidak ada yang datang!" Bisik balik Akane.
"Perkenalan kami adalah 'Four Reverie', kelompok petualang kelas B. Ijinkan kami untuk memperkenalkan diri, namaku adalah Rei, seorang gunslinger. Lalu perempuan yang memakai kacamata itu adalah Malice, seorang pendeta. Kemudian ada Lancey sebagai garda terdepan kami. Yang terakhir perempuan pirang berkuncir kuda adalah Rachel, seorang magus." Perkenalan singkat dari pemimpin itu, Rei.
"Senang bertemu kalian semua!" Ucap keempat anggota itu.
Tiba-tiba ada terdengar suara ketukan lagi dari depan pintu.
"Selamat siang! Aku adalah petualang kelas A, 'Armorless Archer Delta' yang akan membantu misi kalian! Mohon kerjasamanya!" Seorang datang dengan perlengkapan pemanah yang lengkap.
"Gah.... Mari masuk! Masuk!"
Akemi yang terkejut tidak menyangka seorang petualang kelas A pun bisa datang.
"Silahkan duduk! Nikmati teh nya!" Ucap Akemi dengan nada sopan.
"Terima kasih."
"Anu... Akemi! Siapa orang yang memakai masker dan kacamata hitam ini?" Tanya Chika.
"Ah... Ini adalah petualang kelas A, 'Armorless Archer Delta'."
Tidak hanya Akemi yang terkejut, yang lainnya pun juga ikut terheran-heran.
"Jadi dari mana kita awali hari ini?" Ucap Rei yang mengawali pertemuan ini.
_____------______-------____
Aris yang kembali ke ruang tengah terkejut melihat pemandangan tak biasa.
"Apa... Yang kalian.... lakukan?"
"Sedang main kartu. Apa ada masalah?" Jawab Gravestone Demon.
"Iblis mana yang main kartu di siang bolong gini?" Ucap Aris yang terheran-heran.
"Hanya kami. Dan Maria seharusnya tidak terhitung sebagai iblis." Terang Gravestone Demon.
"Kau juga Maria?" Tanya Aris.
"Huh..! Sangat bosan di tempat ini seharian, apalagi melihat kalian semua. Tapi kedatangan mu membuat suasana juga berubah! Seharusnya kau lebih memperkenalkan dirimu lebih dalam lagi kepada mereka!"
"Lebih baik mereka mengenalku sedikit demi sedikit!" Ucap ku dengan nada datar.
*Braaaaaakkkk...!!!
Tiba-tiba, Gravestone Demon menggebrak meja dan teringat sesuatu hal.
"Sial! Pedangku ketinggalan lagi!
Teriak Gravestone Demon yang langsung mengakhiri permainannya dan pergi meninggalkan mereka.
Kemudian disusul dengan Blood Shaman.
"Ah... Bodoh banget! Tongkat ku juga ketinggalan."
Teriak Blood Shaman sambil memegangi kepalanya.
"Hei...Kalian tunggu dulu! Enak banget langsung keluar dari permainan padahal aku hampir menang ini! Sialan kalian berdua!" Teriak Maria yang memarahi mereka berdua.
"Tidak ada waktu! Bisa-bisa pedangku dibawa orang lain!" Ucap Gravestone Demon.
"Halah! Baru ingat sekarang. Padahal sudah berbulan-bulan dari invasi Vigilo Lo!" Sahut Warrance yang berdiri dari duduknya.
"Ah iyakah?" Gravestone dan Blood Shaman mengucapkan secara bersamaan.
"Astaga! Kalian benar benar pelupa sekali!" Kesal Warrance sambil memegangi keningnya.
"Sudah cukup! Bagaimana kalau kita ambil saja? Dari pada kalian bertengkar." Ucap Aris yang menengahi mereka.
"Ide yang bagus!"
"Hei...! Tidak ada kata 'kita'! Mereka sendiri yang mengambil keperluannya! Mana mungkin aku ikut dengannya!" Ucap Warrance sambil membuang muka dan melipat tangan.
"Tentu saja kau akan ikut! Kau harus menjaga mereka bertiga!" Ucap Maria dengan memaksa.
Pada akhirnya....
"Tch! Kenapa aku ikut pula?! Ini menyebalkan sekali!" Gumam Warrance dengan perasaan kesal.
"Sudahlah! kamu juga harus fokus menerbangkan Cool Dragon ini!" Ucap Aris yang berusaha menenangkan Warrance.
"Yang benar 'Ancient Frost Dragon'!" Sahut Warrance dengan suara tinggi.
"Ah sama aja!"
"Sama aja matamu!"
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di negeri beku...
"Nah, sudah sampai! Aku tunggu disini saja ya!" Kata Warrance.
"Siap Boss!"
"Ris! Kau juga ikut ke sana? Tanya Warrance.
"Tentu saja lah, aku ingin menunjukkan kalau aku juga berguna!" Jawab Aris.
"Baiklah terserah! Tolong jaga mereka ya!"
Pesan terakhir dari Warrance sebelum mereka meninggalkan nya.
______--------_______--------______
Beberapa jam sebelumnya....
"Apa ini yang disebut Vigilo, negeri salju abadi?" Ucap Rei yang takjub.
"Sebenarnya tidak berakhir seperti ini! Itu terjadi ketika letusan dahsyat Gunung Magaria. Letusan itu membuat sebagai belahan dunia ini tertutupi salju selama bertahun-tahun." Jelas Akane.
"Wow!" Ekspresi takjub dari Rei.
"Kau yakin tidak memakai baju pelindung? Bahkan pelindung tipis pun?" Tanya Akemi kepada Armorless Archer.
"Huh...! Apa itu baju pelindung! Aku sudah bertekad untuk tidak memakainya, sesuai dengan nama kelompok petualang ku!" Jawab Armorless Archer Delta.
"Lantas, kenapa kamu datang kesini sendirian? Dimana teman temanmu yang lain?" Tanya Riyo.
"Mereka bilang, 'Aku' sudah cukup dalam misi ini." Jawab dari Armorless Archer Delta.
"Yah... padahal kalau semakin banyak, semakin mudah untuk menyelesaikan misi ini!" Ucap Riyo yang kecewa.
Sembari melihat sekitar, mereka pun mulai memasuki daerah Vigilo. Vigilo tidak lain hanya tanah kosong tak bertuan, beberapa rumah hancur seperti terbakar sesuatu, puing puing bangunan berserakan dimana-mana.
Ketika akan memasuki Vigilo, mereka disuguhkan dengan pemandangan yang menakutkan.
"Hiii... Apa itu!!! Hiiii... Aku mau muntah!" Ucap Chika yang ketakutan setengah mati.
Yang lainnya pun terkejut dan syok melihat sebuah kepala seseorang ditancapkan di sebuah sebatang kayu yang tepat di pintu gerbang.
"Y-U-K-K-I? Apa dia bernama Yukki?" Ucap Akemi yang membaca tulisan 'Yukki' dari tinta darah.
"Jangan takut semuanya, kita jangan mundur! Hiraukan saja ini! Oke?" Akane yang menenangkan semua orang.
Mereka pun akhirnya melewati tanda itu orang demi orang.
Sementara Delta memperhatikan sejenak kepala korban yang bernama Yukki.
"Hei Delta! Ayo! Nanti kami tinggal loh!" Ucap Riyo.
"Oke!"
Semakin dalam suasananya semakin mencekam, banyak sekali tumpukan mayat dan bagian tubuh berceceran dimana-mana.
Tak lama kemudian, mereka mendapati tamu tak diundang mendekat ke arah mereka.
"Awas semua!" Peringat Akane.
"Wah-wah... ternyata semua warga di sini sudah berubah menjadi Undead ya? Baiklah, siapapun kalian aku tidak memperdulikannya!"
Rei pun mulai menembaki kepala Undead satu persatu.
"Hah...! Akankah ini semudah yang kupikirkan?" Rei mulai besar kepala.
"Jangan lengah! Tetap waspada akan sekitar mu!" Peringatan dari Akane.
"Baiklah, nona cantik." Balas Rei.
Semakin lama, semakin banyak Undead yang bermunculan menyerang mereka.
"Ini kenapa Undead nya tidak habis-habis? Gawat! Energi mana ku sudah menipis."
"Kita harus buat jalan untuk melewati kerumunan Undead ini!" Ucap Akemi yang menahan Undead.
"Itu mustahil! Undead ini sepertinya terus muncul meskipun sudah dikalahkan beberapa kali!" Ucap Riyo yang hampir kehabisan anak panah.
"Hei, semuanya lihat kesana!" Teriak Hinata yang melihat sesuatu.
"Tidak sekarang, Hinata! Kau lihat kami sedang-..."
*Swooooosh.....!!
Seseorang dengan pakaian pelindung misterius langsung memusnahkan semua Undead hanya hentakan senjatanya.
"Bagaimana bisa...?" Akane yang bertanya-tanya.
"Kemana semua Undead itu pergi? Ini aneh sekali!"
Chika juga terheran-heran.
Orang misterius itu mulai mendekat bersamaan dengan dua orang muncul di belakangnya.
"Halo semuanya! Aku ingin meminta waktu sebentar! Apa kalian pernah melihat Greatsword berwarna coklat kehitaman?" Tanya pria misterius itu.
"Iblis...!" Teriak Akemi mengangkat senjatanya.
"Eh...? Sekarang, kami tidak ingin bertarung dengan kalian, para manusia! Kami hanya numpang lewat, dan ingin mencari sesuatu!" Ucap wanita dibelakang pria tersebut.
"Ah... alasan murahan! Kalian kesini ingin menculik Raja Vigilo kan? Aku sudah tahu identitas kalian!" Ucap Akemi yang mengintimidasi.
"Ah benarkah?" Kedua iblis itu kebingungan.
"Aku rasa kau terlalu berlebihan, Akemi!" Akane yang menenangkan Akemi.
"Aku tidak akan mundur lagi ketika berurusan dengan iblis seperti mereka." Akemi mulai menggebu-gebu.
"Dengar nak, aku sudah menyelamatkan kalian dari Undead tadi. Dan kalian malah tidak mengucapkan terima kasih kepada kami?" Terang pria itu.
"Mana sudi aku menerima bantuan kalian para iblis!" Bentak Akemi.
"Hiiii.... Blood Shaman! Ada yang salah dengan bocah ini!" Gravestone tiba-tiba ketakutan.
"Tidak ada yang perlu ditakutkan, Gravestone!" Ucap Blood Shaman.
"Siapa sih mereka?" Tanya Hinata.
"Dua orang yang sedang bicara itu Gravestone Demon dan Blood Shaman, sedangkan yang memakai jubah berkerudung itu..."
"Yo... Akemi, sudah lama tidak berjumpa!" Ucap Aris yang melepaskan kerudungnya.
"Haaaah...! Tidak usah banyak bicara! Hyaaaa!!!" Teriak Akemi mulai menyerang.
"Eh... Tunggu sebentar!" Teriak Gravestone yang belum siap.
*Cetaaaaang....!
Serangan Akemi ditahan sama Aris. Akemi pun mundur menjauhi mereka.
"Oh jadi sekarang kau berpihak sama iblis ya! Mati kalian semua!" Teriak sekali lagi Akemi yang menggebu-gebu.
Yang lain pun hanya bisa menonton pertarungan antara Akemi melawan Aris. Tetapi Gravestone hanya menghentak-hentakkan tombaknya ke tanah. Entah apa yang dilakukannya?
Beberapa menit kemudian...
"Huft...huft...huft..." Nafas Akemi terasa sangat berat.
"Sudahlah Akemi! Minta maaf kepada mereka! Kau tidak akan bisa menang kali ini!" Teriak Akane.
"Ya... Jangan paksakan dirimu!"
"Lebih baik menyerah saja kau!"
Sorak dari grub Akemi.
"Tch...! Kenapa aku lelah sekali! Padahal baru beberapa menit bertarung. Jangan-jangan apa ini ulah Gravestone? Aku rasa iya!" Batin Akemi.
"Sialan Kalian! Kenapa tidak membantuku saja?!" Ucap Akemi yang nafas tersengal-sengal.
"Mari bantu dia!"
"Ayo!" Teriak semua orang.
"Tunggu! Jika kalian ikut membantu, kami pun tidak segan untuk bertarung juga!" Peringatan dari Gravestone.
Setelah mendengar itu, mereka malah mengurungkan niatnya.
"Woe....! Kenapa malah mundur! Ayo bantu aku!" Teriak Akemi.
Akemi yang tidak fokus bertarung, membuat pedangnya terlempar jauh darinya. Aris yang tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, langsung mengakhiri Akemi.
*Slaaaaash.....!
Suara tebasan dari pedang Aris melukai tubuh Akane yang berusaha melindungi Akemi dengan cukup parah.
"Akane..? Tidaaaaak!!!!" Teriak Akemi.
Tubuh Akane langsung ia tangkap dan ia dekap dengan erat.
"Tidak Akane! Jangan berbuat bodoh seperti itu!" Ucap Akemi yang meneteskan air mata.
"Uhuk...uhuk... Akemi!"
"Iya...?"
"Jangan melakukan hal bodoh serupa!" Pesan terakhir dari Akane yang tewas.
"Tidak! Tidak! Tidak! Akaneeeee!!!!" Teriak penyesalan Akemi.
Tak lama kemudian, Warrance muncul dengan membawa Ancient Frost Dragon.
*Graaaaahhh....!
"Mundur! Kita harus mundur!" Komando dari Delta
Mereka semua pun pergi dari Vigilo tanpa hasil apapun dan meninggalkan jasadnya Akane.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments