[Selamat! Anda mendapatkan keahlian Hi-Fire Resistance, Art of Hellfire , dan mendapatkan gelar Hell Knight.]
"Woah... ternyata aku bisa mendapatkan keahlian dari lawan yang ku kalahkan. Luar biasa! Dengan ini aku bisa menjadi kuat dan lebih kuat lagi. Aku sangat perlu keahlian lebih banyak lagi!"
Aku memutar kursi yang aku duduki ke lain sisi.
"Hmm... pikirkan Alex, jika ini benar maka menjadi kuat tidak lah hal yang mustahil. Jika demikian, akankah aku dapat melampaui vampir itu?" Dalam pikiranku.
[Anda jangan melupakan satu hal. Ada satu kekuatan tersembunyi yang tidak aku beritahu, yaitu "Greed". Kekuatan ini mengijinkan pengguna agar dapat mengambil kekuatan korban yang telah dikalahkan. Ini juga pemicu bagaimana "Endless" dapat anda dapatkan dengan mudah.]
"Oh begitu rupanya, masuk akal juga. Kenapa aku tidak menyadarinya sejak awal?"
Aku mendapatkan kabar tentang keadaan temanku, Lucien. Dikatakan bahwa dia masih bertahan hidup. Meskipun ia menderita luka bakar cukup parah. Aku harus segera ke sana secepatnya.
___----_____-----_____
"Oi... Alex, kesini!" Seseorang wanita berkemeja putih meneriaki namaku dari kejauhan.
"Oh kau rupanya. Bagaimana dengan harimu, Yukki?" Aku bertanya sambil duduk di pinggirnya.
"Hihihi, tentu saja baik... omong omong aku mendengar kabar kalau kau menyelamatkan kerajaan ini lagi, apa itu benar?" Ucap Yukki penasaran.
"Tentu benar sekali. Aku tidak berniat sombong sih, tetapi aku yang mengalahkan Abysswalker." Kataku yang sebenarnya sombong.
"Keren banget kamu ini... aku dengar monster itu cukup kuat dan keras. Sekelas pahlawan pun bisa mati dengannya." Puji Yukki.
"Hmmm... tentu saja aku ini yang terbaik!"
"..."
"Kita lanjutkan lain waktu ya... aku harus ada urusan darurat! Aku pergi dulu ya!" Ucapku sambil pergi melambaikan tangan.
"ya, hati hati di jalan!" Balas Yukki.
______------_____-------_____
"Ah, kalau aku terlalu lama dengannya, bisa bisa aku melupakan tujuan utamaku. Aku harus cepat sampai di Kediaman Lucien." Gumam ku.
Sampailah aku dimana Lucien sedang istirahat. Keadaan rumahnya cukup memprihatinkan. Interior nya terlihat usang dan ketinggalan zaman, meskipun begitu rumahnya masih tetap berdiri kokoh.
"Tok...Tok...Tok...!" bunyi ketukan pintu.
"Hmm ya...? Di balik pintu muncul seorang perempuan tua yang terlihat seperti ibunya Lucien.
"Halo Bu! Anda pasti ibunya Lucien. Aku Alex Witcher. Aku kesini hanya ingin menjenguk putra semata wayangmu." Kataku dengan mengangkat topi ku.
"Oh... ternyata kamu! Mari masuk!" Sapaan hangat dari Ibunya Lucien.
Setelah itu aku diantarkan ke dalam sambil melihat interior rumahnya.
"Tok...tok...tok..!" aku mengetuk sekali lagi kamar nya Lucien.
"Masuk!" Balasan dari dalam.
Aku pun masuk ke dalam dan melihat kondisinya.
Termenung di dalam kesendirian dengan meratapi kondisi dipenuhi luka bakar di sekujur tubuhnya.
"Kenapa kau yang kesini?"
"..."
"Kau kesini pasti ingin menyombongkan diri di depanku kan!" Nadanya semakin tinggi.
"Eh... tidak Lucien, aku tidak bermaksud-..."
"Setelah apa yang sudah terjadi kau masih menyangkalnya?"
"Tidak, bukan itu aku hanya ingin..."
"Diam kau!" Teriak Lucien.
"..."
"Dari semua pengorbanan ku, hanya kali ini yang paling sakit! Jika saja kau tidak dilahirkan, sudah pasti aku tidak akan menjadi buruk rupa seperti ini!" Sambil merintihkan air mata.
"..."
"Dan juga kalau pria bejat yang kau sayangi itu tidak bertemu dengannya, nasib ku pasti tidak semenyedihkan ini!" Suaranya merintih kesakitan sambil memegang erat selimutnya.
"..."
"Hal apapun yang aku lakukan, selalu saja tertutupi oleh prestasi yang kau buat. Itulah sebabnya aku sangat amat sekali membencimu!!!" Teriak sekali lagi Lucien.
Aku yang hanya bisa terdiam, tidak enak dengan kondisi yang mulai memanas seperti ini. Untuk itu, aku harus menenangkan nya sekali lagi.
"Tapi-..."
"Sudahlah! Tutup mulutmu! Aku tidak ingin lagi melihat muka kotor mu lagi seumur hidupku!"
"Sialan! Tidak ada yang bisa kulakukan lagi. Mau tidak mau aku harus pergi dari sini. Tapi aku kasihan dengan kondisinya." Dalam batinku.
"Tunggu apa lagi? Cepat pergi dari sini! Pergi kau!!!" Teriak Lucien menyuruhku pergi sambil melempar barang.
"Ya ya, aku akan pergi." Aku langsung bergegas pergi.
Setelah aku pergi dari rumahnya, kekesalan Lucien masih belum reda. Ia menghancurkan perabotan kamarnya untuk meluapkan emosinya.
"Kenapa!?! Kenapa engkau yang mendapat manisnya sementara aku dapat pahitnya!!!" Ucap Lucien sambil memukuli tembok.
"Ingat saja kau Alex! Suatu hari nanti akan ku balas perbuatan mu!" Ucap Lucien sambil menggeretakkan giginya.
______---------_______---------_____
Meskipun usianya cukup dewasa tetapi pikirannya masih labil untuk saat ini.
Aku masih mengingat semuanya! Ayah kami memanglah bejat. Aku tidak bermaksud membelanya tetapi dia masihlah Ayah kami.
Laki laki itu tega meninggalkan mereka tanpa pertanggungjawaban. Tidak sampai disitu saja. Setelah menikah lagi, ia malah mengambil hak asuh dari Lucien, sehingga Lucien pun berpisah jauh dengan ibu kandungnya.
Bajingan itu masih belum puas, dia melakukan itu hanya semata-mata untuk mendapatkan keturunan kuat. Begitulah, awal dari penyiksaan pedih yang dialami Lucien. Yang paling tidak dia sukai adalah, dia selalu dibandingkan dengan diriku. Itu membuatnya kesal dan iri hati denganku.
Itulah mengapa Lucien angkat kaki dan kembali ke pelukan ibunya lagi. Setelah kepergiannya, aku tidak tahu menahu kabar terbaru darinya. Hingga ia muncul kembali menggantikan posisiku sementara.
____------______-------____
"Oi, kalian berdua! Darimana saja kalian!?" Tanyaku kepada dua anggota yang sudah lama hilang bak ditelan bumi.
"Ah anu...K-k-Kami masih melakukan investigasi lagi untuk mencari pelaku kasus yang kita tangani." Jawab Zetta dengan nada gagap dan berkeringat dingin
"Ah ya, kami masih dalam proses pencarian." Sahut Emma yang serupa dengan Zetta.
"Apakah perkataan kalian benar?" Aku menyakinkan kembali.
"Iya benar. Percayalah pada kami." Emma dan Zetta yang menjawab bersamaan.
"Ya sudah kalau begitu. Kita lanjut bekerja lagi. Siapkan diri kalian!" Aku masih belum percaya sepenuhnya.
Kami langsung mempersiapkan ruang pertemuan dan duduk di tempat masing masing. Seperti biasa kami masih membahas seputar kasus lenyapnya seseorang secara misterius.
"Oke kita mulai! Beberapa Minggu terakhir masih belum ada perkembangan sama sekali. Untuk itu, aku fokuskan semuanya ke kasus ini." Aku yang memulai pembicaraan.
"Tapi, bagaimana dengan tindak kriminal lain? Apa kita membiarkan begitu saja?" Tanya Zetta.
"Memang benar, kita abaikan gangguan lainnya. Biarkan para pasukan kerajaan yang mengurusnya." Jawabku.
"Omong omong tentang kasus tersebut, aku telah mendapatkan informasi dari informanku bahwasanya kasus ini bukanlah kejadian mistis, melainkan adalah kasus pembunuhan!" Emma angkat bicara.
Aku memasang muka terkejut dan bertanya tanya, "Apa maksudmu? Aku tidak mengerti satu pun ucapan mu!"
Sama halnya dengan Zetta, ia pun terkejut tetapi tidak dapat berkata apa-apa.
"Heh... Tenang saja! Aku punya bukti nyata kok." Ucap Emma sambil memperbaiki posisi kacamata nya.
"Aku masih tetap tidak mengerti. Apa yang dipikirkan Emma sejauh ini? Apa dia punya rencana?" Batinku sambil menggarukan kepala.
-
-
-
-
-
-
Terima kasih sudah membaca
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments