"Jadi, kalian gagal?" Tanya Sang Raja.
"Uh... itu benar, yang mulia. Kami gagal total!" Jawab Akemi yang berlutut.
"Apakah ada korban jiwa?"
Bocah itu ragu mengatakan sebenarnya. Lalu Riyo pun berterus terang.
"Kami tidak bisa menyelamatkan nya! Semoga tenang di sana, Akane!"
Sang Raja hanya bisa menghembuskan nafas dan turut bersedih.
"Dari laporan yang kalian berikan beberapa hari yang lalu. Ada saksi yang berada tepat di tempat kejadian mengatakan bahwa laporan ini hanya berisi kebohongan! Apa itu benar?"
Keempatnya pun kaget dan tidak menyangka kebohongan bisa terungkap dengan mudahnya.
"Laporan itu sudah sesuai dengan fakta!" Sangkal Riyo.
"Begitu kah? Bagaimana kalian mengatakan kalau Aris hilang? Padahal sudah jelas bahwa dia yang membunuh Abysswalker!"
Mereka mulai berkeringat dingin dan kehabisan kata-kata.
"Sebenarnya Aris itu sudah berpihak pada iblis, kami juga sempat menghadapi nya pada saat misi sekarang!" Sangkal dari Akemi.
"Sampai kapan kalian berbohong? Tidak bosan kah?" Bentak dari Raja.
"Benar Yang mulia! Kami tidak berbohong kali ini!"
"Cukup! Dari awal kalian sudah berbohong dan menggunakan uang hasil kerja keras orang lain. Dan sekarang kalian gagal dalam misi, dan ingin berbohong lagi!" Ucap Sang Raja yang sudah muak.
"..."
"Mulai sekarang gelar kalian akan dicopot, dan kalian dipersilahkan untuk pergi dari sini!" Perintah Mutlak dari Sang Raja.
Sedih dan kecewa tidak terbendung di hati mereka berempat. Mereka pun memutuskan meninggalkan kastil dan berakhir nya sejarah mereka sebagai pahlawan.
"Cih... Kenapa jadi seperti ini?! Ini semua salahnya Akemi! Dia biang kerok nya!" Kesal Riyo.
"Riyo! Jaga ucapan mu! Ini bukan sepenuhnya salah dia!" Bela Chika.
"Kau jangan ikut campur kau! Kalau saja ia tidak sok pahlawan, semuanya pasti tidak akan berakhir seperti ini!" Tegas Riyo.
"Kau bisanya menyalahkan saja! Memangnya kau tidak merasa salah begitu?" Belas sekali lagi Chika.
"Sudah kalian berdua! Cukup sampai sini saja! Riyo benar, ini semua salahku. Lebih baik kalian tinggalkan aku saja." Ucap Akemi sambil menundukkan kepala dan pergi meninggalkan mereka.
"Jangan begitu dong, Akemi! Bersama-sama kita bisa selesaikan semua ini!" Ucap Chika sambil menarik narik tangan Akemi.
"Hentikan Chika! Biarkan aku sendirian, jangan ganggu aku mulai hari ini! Aku tidak mau kalian menjadi korban selanjutnya! Tolong, tinggalkan aku!" Tegas Akemi sambil melepas genggaman Chika.
Akemi meninggalkan mereka semua dengan hati yang hancur dan kekecewaan. Chika tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
"Kenapa aku terbawa suasana? Kenapa aku sebodoh ini?! Apa yang bisa ku perbuat selama ini?!" Akemi dengan pikiran berantakan nya.
"Aris... Aris... Aris?.... Aris!!!!!! Aku sangat membencimu!!!! Suatu saat nanti aku akan hancurkan rongsokan seperti mu!!!!" Teriak Akemi dengan kekesalan terdalamnya sambil memukuli tembok.
Sementara itu...
"Sekarang apa?" Tanya Hinata.
"Kita harus bagaimana, Riyo?" Tanya Chika kepada Riyo.
"Aku juga tidak tahu! Ini semua karena bocah naif itu!" Jawab Riyo yang masih kesal.
"Sudahlah Riyo! Jangan salahkan dia terus! Lebih baik pikiran kemana kita akan tinggal." Bentak Chika.
"Kalian punya uang berapa? Cepat kumpulkan jadi satu. Kita akan menyewa kamar di penginapan saja." Saran Chika.
"Aku masih punya 5 keping koin emas." Ucap Hinata.
"Kalau aku tinggal 1 keping koin perak." Ucap Riyo.
"Sayangnya, aku hanya punya 10 koin perak. Kurasa akan cukup jika kita menginap beberapa hari di penginapan." Ucap Chika.
"Memangnya berapa harganya?" Tanya Riyo.
"10 koin perak satu hari per satu kamar."
Mereka bertiga pun memutuskan untuk mencari penginapan terdekat dan termurah. Mereka menemukan penginapan 'White Feather', fasilitas dan kamarnya tidak semewah yang ada di penginapan pahlawan, tetapi masih layak untuk ditinggali.
"Kenapa kita harus memilih penginapan ini? Tidak yang lain?" Keluh Riyo.
"Jangan mengeluh! Kalau saja uangmu masih banyak, pasti kita bisa menyewa penginapan yang lain." Jawab Chika.
"Ugh...!" Geram Riyo.
"Selamat malam! Ada yang bisa saya bantu?" Ucap wanita resepsionis penginapan.
"Ya, kami ingin menyewa 3 kamar untuk 3 orang selama 3 hari."
"Baiklah, kamar kalian ada dilantai 2. Nomernya adalah 23, 24, 25. Totalnya adalah 30 koin perak." Ucap Resepsionis dengan alunan suara yang lembut.
Paginya...
"Hooaaaam!!!! Pagi semua!" Chika yang baru bangun.
"Jadi seperti itulah rencana kita..." Ucap Hinata kepada Riyo.
"Kalian ngomongin tentang apa?" Tanya Chika dengan kesadaran yang belum lengkap.
"Ah... kau rupanya Chika. Ini aku sedang berdiskusi tentang pekerjaan apa yang akan kita lamar untuk saat ini. Lalu, Hinata menawarkan untuk coba menjadi petualang." Jelas Riyo.
"Huh? Jadi petualang? Benda apa itu?" Chika yang masih ngantuk.
"Lebih baik kamu cuci muka dulu, Chika! Mandi dan rapikan penampilan mu!" Saran Hinata.
"Oke!"
Setalah itu, Chika membersihkan diri terlebih dahulu, kemudian ia pun lanjut mendiskusikan tentang petualang.
"Apa tidak berbahaya? Aku dengar ada yang tidak kembali setelah lama bertualang!" Chika merasa khawatir dan takut.
"Tenang saja, Chika! Kita juga tidak punya pilihan lain. Ini adalah pekerjaan cocok untuk keahlian kita!" Hinata menenangkan Chika.
"Iya, Chik. Nanti kita hanya mengambil misi yang mudah saja kok. Tidak usah takut!" Ucap Riyo.
"Terus bagaimana kita akan melamar pekerjaan itu?" Tanya Chika.
"Oh akhirnya kau setuju juga. Hari ini kita akan pergi ke guild petualang nasional. Itu terletak di luar kerajaan ini. Jadi orang yang dari penjuru manapun akan ada di guild petualang itu!" Jelas Hinata.
"Begitu ya. Okelah, apa yang kita tunggu? Kita berangkat sekarang aja!" Ucap Chika dengan mata berkilauan.
"Woah, tenang nona! Jangan terlalu semangat! Ini masih pagi sekali. Dan kita pun baru pesan sarapan." Ucap Riyo.
"Yah...." Chika yang patah semangat.
_______-----------_________------------__________
Sementara itu...
"Eh... pesta apa ini?" Tanya Aris.
"Selamat ya, Aris! Atas keberhasilan misi pertama mu!" Ucap Maria.
"Eh... inikan bukan misi? Kita kan cuma ngambil kembali barang kita."
"Sudahlah, Aris! Ayo nikmati saja pestanya! Woooohooo....!" Ucap Blood Shaman setelah mendapatkan kembali senjatanya.
"Sial sekali! Kenapa senjataku yang harus hilang? Ah... tak apalah, yang penting mari berpesta!" Ucap Gravestone.
"Ayo, Aris! Jangan diam saja!" Ucap Maria yang menarik lengan Aris.
Mereka semua pun berpesta sampai menjelang pagi.
"Katakanlah, Aris! Bagaimana perasaan mu saat berduel dengan bocah itu?" Tanya Maria yang penasaran.
"Ah... Yang kau maksud Akemi? Ya, begitulah. Aku hanya menanggapi serangan darinya. Saat berduel pun aku bertanya-tanya, 'Apa yang dipikirkan bocah ini sampai berpikir bisa menang dariku' Hahahaha...!!" Jawab Aris sambil meneguk minumannya.
"Hahaha... bagus sekali, pertarungan mu sangat luar biasa!" Puji Maria.
"Namun, kita hanya bisa mendapatkan senjatanya Blood Shaman. Kami mencari sana kemari, tetapi tidak menemukan senjatanya Gravestone. Sayang sekali untuk Gravestone." Ujar Aris.
"Menurutku, itu tidak apa-apa. Meskipun kau gagal dalam misi selanjutnya, yang terpenting adalah keselamatan kalian sendiri. Rencana bisa diubah atau dibuat ulang, tetapi tidak dengan nyawa seseorang." Ujar Maria.
"Wow... Maria. Pertama kali aku mengira kamua adalah Boss yang diktator, tidak peduli keselamatan anak buahnya. Dan ternyata aku salah." Kata Aris yang meminum minumannya sekali lagi.
"Ahahaha... kau juga bisa berpikir begitu juga. Tampang ku saja yang mengerikan, tetapi tidak dengan dalamnya." Ucap Maria.
"Untuk kedepannya, apa yang harus kita lakukan, Boss?" Tanya Warrance.
"Jangan pikirin rencana untuk hari ini, kita lihat saja besok untuk melihat perkembangan dari kelinci percobaan kita! Hehe..." Jawab Maria yang terlihat punya rencana jahat.
"Kelinci percobaan apa yang kalian maksud?" Tanya Aris yang penasaran.
"Kalau aku beritahu sekarang, nanti rasanya akan kurang sekali ketika '*******'! Aku rasa kau harus mengikuti alur kita, Aris." Jawab Warrance.
"Oh, aku mengerti kok. Apakah '*******' termasuk dalam rencana kita?" Tanya sekali lagi Aris.
"Hehe... tentu saja, semuanya dalam rencana kita! Dan '*******' yang ku maksud akan terjadi tidak lama lagi." Ucap Warrance dengan senyuman jahat.
"Hmmm... begitu rupanya ya! Aku harap bisa disini selama mungkin." Aris yang berharap.
"Tentu saja kau harus! Kau juga termasuk dalam rencana ini!" Ucap Maria.
"Eh... benarkah?"
"Kau tidak salah mendengar. Kau juga berperan penting dalam rencana ini! Nanti akan ku beritahu apa saja yang harus kamu lakukan!" Ucap Maria.
"Eh..." Ucap Aris dengan wajah penuh bahagia.
"Meskipun aku bahagia sekali, tetapi aku tidak mengerti apa yang mereka katakan. Hehehe..." Dalam pikiran Aris.
-
-
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments