Setelah aku bergadang semalaman untuk memecahkan kasus misteri ini. Sayangnya, aku sama sekali tidak menemukan jawabannya. Semua jawabanku selalu menuju jalan buntu.
Dirasa terlalu lama bergadang, aku pun menyerah dan pasrah untuk investigasi besok. Ketika aku menaruh kepalaku untuk segera tidur, tiba tiba terdengar suara ayam berkokok yang menunjukkan hari sudah berganti. Aku panik setengah mati, dan sesegera mungkin mengganti baju sembari berlari.
"Gawat tinggal 15 menit untuk datang tepat waktu. Aku tidak boleh merusak rekor kedisiplinan ku. Aku haru lebih cepat."
Jantung ku berdegup kencang, entah mengapa sekarang aku tidak merasa mengantuk lagi. Paling karena rasa sensasi adrenalin yang membuat ku untuk terjaga.
*15 menit kemudian*
"Ah... akhirnya aku sampai juga... Huh... huh... huh..."
kurang beberapa detik saja, aku pasti akan terlambat. Lelah, lesu, dan rasa kantuk ini tidak masalah buatku asalkan tidak merusak rekorku.
"Alex, apa kau baik baik saja? Raut wajahmu terlihat pucat. Apa kau sakit?" Tanya Eryka yang khawatir.
"Tidak perlu cemas, aku baik baik saja. Lihat, aku sekarang datang tepat waktu kan." Ucap ku yang salah menghadap arah lawan bicara.
"Hei... Aku berada di sini." Beritahu Eryka.
"Eh... maaf maaf, kelihatannya aku kurang fokus." Ucap ku sambil berbalik arah menghadap Eryka.
Kemudian, kami pun berangkat menuju reruntuhan kuil yang disebutkan oleh penasihat Raja. Ketika sampai di tujuan...
"Baiklah kawan kawan, misi kita kali ini adalah mengungkap kasus orang hilang. Karena ini adalah pertama kalinya kita kesini, berhati hatilah dan tetap waspada. Investigasi ini selesai jika kita menemukan beberapa bukti baru. Jadi mohon kerjasamanya ya!" Ucap Eryka.
"Baik."
Aku tanpa sadar tidak mendengarkan apa yang Eryka ucapkan dan tertidur pulas di bantalan salju yang empuk ini.
"Alex, bangun! Kau tidak boleh tidur disini!..." Ucap Eryka yang mencoba membangunkan ku.
"Huh... ini anak susah sekali untuk dibangunkan!" Resah Eryka.
"Tenang saja Ery, kami akan membantumu membangunkannya." Ucap Emma dan Zetta.
Mereka berdua pergi menuju danau terdekat, kemudian mereka mengambil seember air. Lalu tanpa ragu, mereka menyiram ku dengan air dingin itu. Sontak aku pun bangun dan kedinginan walaupun sudah memakai pakaian hangat.
"Ahhhh... dingin sekali!"
"Hahaha... makanya jangan tidur terus!" keduanya tertawa melihat reaksiku.
"Hei kalian berdua! Apa kalian sudah gila? Alex bisa saja mati kedinginan akibat ulah kalian! Apa kalian tidak punya otak?" Teriak Eryka yang sangat marah.
Emma dan Zetta hanya bisa diam mendengarkan amarahnya Eryka.
"Bertahanlah Alex! kau istirahat saja dulu. Ini pakai saja jaket ku." Ucap Eryka yang penuh perhatian.
Setelah apa yang telah ku alami , aku merasa nyaman dan aman ketika bersama dengan Eryka. Dia sudah banyak menolongku sejak kecil. Namun, aku belum pernah membalas semua kebaikannya selama ini. Perasaan ini membuatku tidak nyaman. Itulah mengapa aku ingin membalasnya dengan membahagiakan nya dengan tulus dan sepenuh hati.
Aku terlalu terbawa suasana, hingga tidak menyadari ada yang tengah mengintai dari jauh. Di saat kami ingin berteduh, tiba tiba...
"Awas....!" Teriak Eryka dengan mendorongku
Aku tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya, tetapi setelah berbalik badan aku melihat Eryka terbaring lemas tak berdaya.
"Eryka...." Sontak aku langsung mendekatinya dan berusaha menolongnya.
Setelah ku periksa luka dari Eryka, aku sangat terkejut melihat sebuah luka tembakan.
"Ini tidak salah lagi, ini adalah peluru dari senapan runduk." Ucapku.
Kemudian, aku memperhatikan sekitar untuk berjaga-jaga atas kehadiran dari penembak runduk. Tembakan kedua meluncur hampir mengenai kepala ku, tetapi untungnya Dewi keberuntungan berpihak padaku.
Setelah mendengarkan dengan seksama sumber suara dari tembakan kedua. Aku langsung menghadap ke arah lokasi tempat persembunyian dari penembak runduk. Dan menunjuk ke arahnya yang berindikasi bahwa aku mengetahui lokasinya.
Dikarenakan lokasi persembunyian diketahui, akhirnya si penembak runduk tidak punya pilihan lain selain mundur dan melarikan diri.
Aku sangat lega karena perkiraan ku tepat. Aku memperkirakan kalau seorang sniper akan mundur jika posisinya sudah diketahui. Aku hampir lupa dengan keadaannya Eryka.
"Oh ya... bagaimana keadaan Eryka. Semoga masih bisa tertolong."
Namun naasnya, aku melihat Emma dan Zetta sedang berduka atas kepergian dari Eryka. Aku sangat syok dan tidak percaya melihat jasadnya Eryka. Aku hanya bisa pasrah dan jatuh tersungkur menyesali semua perbuatanku.
"Hiks... hiks... Kenapa bisa ini terjadi? Ya Tuhan... mengapa engkau mengambil sesuatu berharga lagi dari ku? Kenapaaa?" Teriak ku bercampur aduk dengan kesedihan dan amarah.
____-----_____-----______
Di momen itulah dunia ku sudah berubah 180 derajat. Sekarang yang hanya kurasakan adalah penyesalan masa lalu. Semangat hidupku sudah redup dan aku sudah tidak punya harapan lagi.
Aku hanya mengurung diriku di kamar sepanjang hari tanpa ada kabar. Aku sudah mengabaikan semua panggilan tugas dari atasan. Aku juga sudah tidak peduli dengan dunia ini lagi.
"Sekarang aku sudah tidak bisa bertemu dengannya lagi... Tidak dapat membalas kebaikannya... Dan aku sangat merindukan nya!" Ucapku dengan stres yang amat berat.
Aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku. Namun, di saat aku menaiki kursi...
[Apakah kau menginginkan kekuatan?]
Suara wanita misterius terdengar jelas.
"Huh? Siapa itu?!"
[Aku katakan sekali lagi, apakah kau ingin menjadi kuat?] Suara itu semakin menggelegar.
"Hanya menginginkan saja tidak akan membuat takdir berubah!"
[Oh, malangnya! Apakah kau yakin ingin mengakhiri semuanya disini?]
"Sebenarnya kau ini siapa?! Kau mengejekku!?"
Ku naikkan volume suaraku.
[Oh maafkan aku, Alex yang malang! Aku adalah Maria. Aku akan membantumu keluar dari keterpurukan ini!]
"Bagaimana kau bisa tahu namaku?"
[Ingatlah, kata kata temanmu, yaitu mendiang Eryka. Usahanya akan sia-sia jika kau mengakhirinya sekarang.]
Aku teringat kembali masa lalu ku dengan Eryka. Tujuan hidupnya adalah sama dengan tujuan hidup ku. Itulah sebabnya ia bersikukuh membantuku mewujudkan nya.
[Ternyata kau masih mengingatnya. Mendiang Eryka tidak akan tenang jika tujuan hidupmu tidak terwujud. Dulu kau berjanji dengannya tentang hal itu.]
"Aaaaah.... Kepalaku sekarang pusing! Aku tidak kuat lagi." Teriak ku dengan rasa sakit di kepalaku.
Aku langsung pergi dan melupakan rencana bunuh diri ku. Aku sangat tidak suka ketika diberikan opsi untuk memilih. Apalagi opsi nya seperti itu, membuatku sakit kepala dan pusing 7 keliling.
Setelah lelah berlari sangat jauh dan berhenti di persimpangan gang, aku mencoba istirahat sejenak dan mengatur nafas ku yang terengah-engah.
"Halo yang di sana? Apa kau tersesat?" Suara misterius kembali terdengar di telingaku.
Aku menoleh dan melihat seorang wanita berambut panjang berwarna putih seperti salju, dan mata merah nan indah seperti kristal Ruby.
"Dari wajahmu terlihat kau terbebani banyak masalah ya. Dari pada memikirkan masalah mu terus menerus lebih baik ikut denganku jalan-jalan menikmati indahnya kerajaan ini." Tanya wanita berambut putih itu.
"Ah... tidak perlu. Aku tidak punya banyak waktu untuk bermain main." Ucap ku yang menolak ajakan nya.
"Ayolah! Ini tidak sekedar main main, ini juga baik untukmu. Akan berbahaya jika dibiarkan saja." Ucapnya yang merayuku.
"Hmm... Kamu cukup mencurigakan jika mengatakan itu. Kita saja belum pernah ketemu. Terlebih lagi bagaimana kau bisa tahu kalau aku stress berat. Mencurigakan sekali!" Curiga ku kepada wanita satu ini.
"Euuuughhh... Benar juga yang kau katakan. Tapi aku tidak berniat jahat padamu. Aku bersumpah! Bagaimana kalau kita saling memperkenalkan diri? Di mulai dengan aku dulu ya. Perkenalkan namaku adalah Yukki Sachenka. Kau bisa memanggilku Yukki saja. Salam kenal."
"Aku Alex. Salam kenal juga."
"Baiklah Alex, kita sudah tahu nama kita masing-masing. Apa kau mau ikut denganku?" Tanya wanita itu kepadaku.
"Aku masih meragukan mu. Namun, yang kau katakan tadi benar. Aku seharusnya tidak terlalu banyak memikirkan masalah ku. Aku ikut!"
Setelah aku setuju ikut dengannya, aku seperti dimanjakan dan dihibur olehnya. Dia sangat ramah dan suka bercanda. Itu yang membuat kondisiku lebih baik dari sebelumnya. Aku sangat menikmati momen momen menyenangkan itu. Dan kami memulai perjalanan keliling kerajaan ini.
Di sepanjang perjalanan, aku menceritakan semua masalah yang telah menimpaku kepada Yukki. Sementara dia hanya bisa memberikan saran dan sekedar hanya memberikan pertolongan ini. Dia juga berkata bahwa kalau kau punya masalah, kau juga harus punya temen pendengar untuk mendengarkan semua masalah mu. Kau akan merasa lebih baik jika kau membagikan masalah mu ke orang lain.
Aku beristirahat duduk di kursi taman dekat air mancur setelah lelah berkeliling. Sedangkan Yukki belum kembali, katanya ia ingin membelikan ku jajanan. Ia kembali dengan membawa dua roti yang masih hangat.
"Nih, roti hangat baru keluar dari oven."
"Oh terimakasih."
"Hei Alex, ayo taruhan! Yang bisa menembak jatuh ketiga buah apel yang di sana akan mendapatkan roti gratis." Ucap Yukki sambil menunjuk buah apel di atas pohon.
"Siapa takut... Aku mulai dulu. Lihat ya, aku pasti yang akan menang." Kata ku sambil melemparkan beberapa batu, tetapi tetap saja gagal.
"Sayang sekali, coba lagi lain kali. Sekarang giliran ku." Ucap Yukki sambil melemparkan beberapa batu dan berhasil menjatuhkan beberapa apel.
"Woah... Hebat sekali! Dari mana kau belajar itu." Ucapku yang terpesona.
"Haha... Kau harus tahu kalau aku termasuk top pemanah di dunia." Kata Yukki yang membanggakan diri sendiri.
"Kalau aku kalah, konsekuensinya apa?"
"Ya... kau harus membayar roti yang kita makan tadi!"
"Hah..? Jadi tadi kau mencuri?"
"Mana mungkin aku mencuri. Aku tadi mengatakan kalau pembayaran nya aku serahkan kepadamu. Jadi tolong bayar ya tagihannya! Kabur..."
Ucap Yukki yang menjebak ku dan menghilang ditelan bumi.
"Eh... tunggu dulu! Yukki...! Ah sial, ternyata dia jago mengerjai juga...Haduh." Ucapku yang sudah tidak heran lagi.
"Meskipun ia sudah menjebak ku, tetapi rasa ini... sepertinya... setiap saat aku memandang wajahnya, aku selalu menganggap Yukki adalah Eryka." Batinku.
Setelah selesai berurusan dengan Yukki, aku pun juga ikut pulang karena sudah mulai petang. Di saat aku membalikkan badan, aku malah menabrak seseorang yang cukup kuat dan besar sehingga aku ikut terjatuh.
"Tuan... Ini tagihan dari gadis rambut putih tadi. Tolong bayar sekarang! Kalau tidak, kau pasti tahu konsekuensinya kan." Ucap penjual kue yang tidak lazim itu.
"Uh oh..." Ucapku yang hanya pasrah dan tidak ada jalan lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments