"Nanti malam ada party di club',"
Ragu ragu Reza berucap, ia tau temperamen David. Pria itu bukanlah pria yang suka di ajak bersenang-senang. Meskipun mereka tau David akan lebih baik mengundang wanita bayaran nya ke hotel. Dan akan membuangnya seperti sampah,...
Memang pada dasarnya mereka semua sampah kata David saat itu....
"Apa hubungannya dengan ku.." Nada datar dan dingin, yang di tunjukan.
"Kami perlu kau datang Dav..."
"Ambil ini... Dan pergilah"
David mengeluarkan satu kartu debit miliknya, ia sudah tau kedua temannya ini hanya menginginkan uangnya. Bukan uang lebih tepatnya, mereka berdua alasan saja agar dia ikut serta dengan mereka.
Secara David lah di antara mereka yang belum memiliki pasangan, ia tau mereka tak mungkin meminta pada pasangan mereka. Yang pasti Raka akan tidur di luar kamar, karna istrinya tentu yang marah. Dan Reza akan ketahuan menggunakan kartu kredit nya pada kekasihnya.
"Dav... Mereka semua ingin kau datang kali ini, plis.. Aku di teror sama mereka semua."
David tersenyum miring, yang di maksud mereka adalah wanita wanita gatal menurut David. Seperti cacing terkena deterjen,....
"Jam berapa..?"
Reza dan Raka melongo mendengar kata David, meski bernada enggan ia tau David terpaksa. Tapi setidaknya David mau di ajak party. Reza dan Raka tersenyum lebar ini yang di nantinya, punya alasan untuk berbohong pada pasangan mereka masing-masing. Ya Reza dan Raka mengatakan pada wanita nya akan menemani David mencari jodoh.
David mengangkat sebelah alisnya, ia tau mereka berdua memanfaatkan dirinya.
"Jangan coba-coba menjadikan ku umpan.."
"Tidak.."
"Cancel penerbangan nya, dua jam.."
David menutup telponnya sepihak, sementara kedua temannya menggeleng.
*
Bunyi jedak jeduk kas di dalam club' terdengar memekakan telinga.
David berjalan sambil memasukkan tangannya pada saku celananya. Dia mencari keberadaan kedua temannya.
"Itu dia David... Dav.."
Reza berseru memanggil David agar mendekat, David yang di panggil pun mendekat.
"David..."
David mengangkat sebelah alisnya, Kartika... Kenapa wanita itu ada di sini. David melirik ke arah kedua sahabatnya. Ini pasti ulah mereka berdua, sementara yang dilirik mengacuhkan bahunya acuh.
" David, kamu lupa aku siapa.. ?"
Kartika mencoba menciptakan keadaan santai, ia sadar siapa David. Pria dingin ini seperti tak mau mengenal yang namanya perempuan.
Tapi Kartika tak patah arang, ia ingin mendekati David perlahan.
Siapa yang tidak mau menjadi istri seorang David Aderson, semua kalangan wanita pasti berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian David. Tapi sayangnya, sebelum mereka berhasil mendekati, David sudah lebih dulu mengusir nya.
David sendiri tak menggubris ucapan Kartika, ia pergi mendudukkan dirinya pada kursi yang tersedia.
David mengambil gelas dan menuangkan wine pada gelas nya, menyesapnya perlahan.
Kartika tersenyum kecut, kenapa susah sekali menaklukkan David.
"Dav... Aku temani yah..."
Kartika duduk di kursi dekat David, ia mencoba duduk dengan tenang.
David sama sekali tak merespon Kartika melirik nya pun tidak. David hanya fokus pada gelas yang ada di tangannya. Pikirnya berkelana memikirkan Zoya.
David meraba saku celananya mengambil ponsel yang bergetar, menampilkan nomer mommy nya.
"Ya mom.."
"....."
Tak lama kemudian David menutup telponnya, ia melirik kearah Kartika. David meletakkan gelasnya dan berdiri.
"Dav..."
"Jangan campuri urusanku nona,"
David berlalu pergi meninggalkan Kartika, Reza yang melihat David akan meninggalkan pesta pun mengejarnya.
"Dav.. Mau kemana, pesta nya baru di mulai"
David menatap tajam pada Reza, "Aku tidak berniat berpesta dan masih banyak pekerjaan ku yang lain. Jangan pernah sekalipun kalian mencampuri urusanku."
Reza mengatupkan bibirnya, sudah bukan hal yang baru David bermulut pedas. Reza mendesah kasar, percuma dia dan Raka membujuk nya kemarin. Ujung ujungnya sama, belum lima menit sudah pergi.
*
Pagi harinya seperti biasa Zoya akan di sibukkan dengan aktivitas nya.
"Unda.."
"Ya sayang.."
Cup... Zoya meraih Almira dan memangku bocah mungil itu.
"Al, itut " Zoya mengangguk mengiyakan ucapan putrinya. Zoya sadar baru kali ini memang ia meninggal kan putri nya pergi dan mungkin saja sekarang putrinya masih rindu.
"Ayo cantik bunda akan ajak Al ke toko,"
"Yey.."
Zoya tersenyum lebar inilah yang Zoya inginkan, semoga saja putrinya tak pernah menanyakan ayahnya.
"Bibi, Al mau ikut ke toko bersama Zoya.."
"Apa tidak menggangu Zoy, lagipula kau tidak capek baru perjalanan jauh.",
Zoya menggelengkan kepalanya, ia lalu berpamitan pada bibi Lili. Paman nya pagi pagi sekali sudah berangkat kerja.
Ya Paman nya hanya menjadi ojek di sekitar lokasi. Padahal Zoya sudah melarang nya. Ia yakin dengan penghasilan Zoya, mereka bisa makan. Tapi pamannya kekeh tidak mau menjadi beban Zoya. Selagi bisa mencari rejeki kenapa tidak. Ia bahkan suka menasehati Zoya supaya menabung untuk masa depan Almira.
Di dalam mobil David mengamati toko Zoya, kecil tapi bersih. Tak banyak yang datang ke toko Zoya, memang Zoya hanya melayani pesanan saja. Belum berani buka langsung di dalam toko. Zoya takut kuenya tidak habis, lagi pula modalnya hanya sedikit.
David melihat balita yang bermain dengan dengan boneka beruang kecil keluar toko.
David mengeryit kan alisnya, anak siapa dia, kenapa tidak ibunya ceroboh sekali.
Zoya belum sadar jika putri nya tidak di tempatnya lagi. Ia masih asik menghias kue pesanan pelanggan nya.
"Ah akhirnya.."
Senyum Zoya memudar saat menyadari putrinya tak lagi duduk manis di kursinya. Zoya panik, ia segera mencari keberadaan Almira berada.
David membuka pintu mobil nya, ia hendak mendekat pada balita itu.
"Aduh sayang nya bunda kenapa ada di luar, hm... Ayo masuk lagi.!
"Unda Al mau eskrim.." Zoya mengalihkan pandangannya pada tempat yang ditunjuk oleh putrinya.
Deg....
Dada David bergemuruh hebat, matanya menatap wajah wanita cantik yang keluar dari dalam. Samar samar David mendengar wanita itu berkata bunda. Apa dia putrinya...
David masih tak mengalihkan pandangannya pada wanita yang selama ini membuatnya gila.
"Bang eskrim nya satu bang.."
"Rasa apa neng..."
"oklat.."
Deg... Dada Zoya bergetar menahan sesuatu, Almira mengingat kan sesuatu yang coba ia kubur. Coklat, rasa yang Rangga sukai, mau itu susu makanan atau apa yang rasa coklat pasti suaminya itu tak akan menolak.
"Pintar neng kecilnya..."
Zoya berjalan tanpa semangat, kenapa harus ia mengingat almarhum suaminya. Wajar saja jika putri nya punya kesukaan yang sama. Lalu kenapa Zoya masih merasa takut dan sakit hati kala David menyalahkannya.
Zoya menggelengkan kepalanya, ia akan menjadi pemaaf untuk pria arogan seperti David. Ya bibi Lili selalu mengingatkan nya jika mendendam tidak lah hal baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi ya zoya wanita cantik dan hebat jg baik hati
2022-06-21
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
hatimu sgt luas Zoya
biarlah yg pernah menghinamu kelak akan merasakan balasannya
2022-06-18
0