Zoya menyipitkan matanya kala tak sengaja matanya melihat sosok pria yang selama ini merundung nya.
Zoya meremas pegangan tangan di koper nya, ia tak boleh goyah melihat David. Zoya harus menyembunyikan ketakutannya, jangan sampai pria itu lebih jauh lagi merundung nya.
"Zoy..."
Zoya menoleh ke arah David, ia mengerutkan keningnya mendapati David tak seperti biasanya.
Brukk....
"Tuan David..."
Zoya berteriak keras, ia shock melihat pria tinggi besar di depannya ini terkulai di lantai.
*
Zoya memijit pelipisnya, ia bingung ada apa dengan pria itu?. Sungguh Zoya ingin pergi pulang ke kota B. Tapi apa mau dikata tak mungkin Zoya meninggalkan David di dalam sana.
"Dokter bagaimana dengan tuan David.."
Zoya bertanya setelah mendengar pintu di buka. Ia sudah tidak sabar ingin segera pergi, Zoya sudah sangat merindukan putrinya, Almira.
"Suami anda baik baik saja Nona... Dia hanya kurang istirahat. Sebaiknya jangan terlalu lelah bekerja dan tidur dengan cukup.... Suami anda menurun daya tahan tubuhnya karna kurangnya asupan makan dan kurangnya beristirahat."
Zoya melongo dan sedikit kikuk, bingung harus menjawab apa?. Akhirnya ia mengangguk mengiyakan ucapan dokter tersebut. Dari pada berbuntut panjang....
Dokter tersebut mengkerut kan keningnya, biasanya keluarga pasien akan langsung masuk melihat pasien. Lain dengan wanita di depannya ini, dia diam saja bahkan terlihat cuek dan tak mau tau.
"Silahkan anda bisa melihat suami anda nona, suami anda sudah siuman.."
Zoya tersenyum tipis, dan segera masuk ke dalam. Zoya tak mau dokter itu menilai buruk tentang nya. Padahal Zoya sendiri, tidak ingin bertemu lagi dengan David. Selain takut Zoya juga bukan keluarga pasien.
David tersenyum melihat kedatangan Zoya, ia yakin jika Zoya lah yang membawanya ke rumah sakit.
David membuang rasa malunya hari ini, ia mengumpat dirinya sendiri. Kenapa harus pingsan di depan Zoya. Seketika kepercayaan diri nya hilang. David melihat wanita yang selalu membuat nya tak bisa tidur. Wanita yang selama tiga tahun ini memporak porandakan hidup nya.
David tersenyum kecut melihat wajah Zoya yang tak menampilkan wajah bersahabat.
David tau Zoya pasti membencinya,....
Zoya masih berdiri, jauh dari ranjang David. Ia masih mematung di dekat pintu.
"Zoy..."
"Maaf seperti nya anda baik baik saja, jika ada keluarga anda hubungi mereka. Saya bersedia membantu anda.."
Zoya memotong perkataan David, sebelum pria itu mengucapkan kata kata pedasnya.
David tersenyum kecut, bahkan saat ini Zoya tidak memanggilnya tuan.
Nada bicaranya juga sangat datar dan terkesan enggan.
"Bisakah aku meminjam ponsel mu, ponselku tertinggal di mobil. Dan aku ingin menghubungi ibuku."
Zoya menghembuskan nafasnya perlahan, ia tak ingin berpikiran, jika David sengaja melakukannya. Zoya memang berpikir demikian, tak mungkin rasanya jika seorang David lupa membawa ponsel.
Zoya mendekat, dengan berat hati Zoya mengulurkan tangannya. Memberikan handphone nya pada David.
David tersenyum penuh kemenangan, ternyata ada hikmahnya dia pingsan hari ini. Justru ini menjadi berkah untuk nya. Biarkan saja harga dirinya merosot jatuh, karna menjadi pria yang lemah dan pingsan. Tapi David bersyukur setidaknya hari ini David bisa melancarkan aksinya.
David ingin Zoya tau, jika selama ini dia sangat di buat gila karena kehilangan nya. David ingin Zoya yang dulu, lemah lembut. Ia ingin mengikat Zoya, pertama tama David ingin meminta maaf padanya.
David tersenyum kecut, Zoya masih memakai ponsel usangnya. Sudah sekian tahun ponsel Zoya masih bisa terpakai, bahkan layarnya banyak yang retak.
" Sepertinya ibuku sedang ada arisan, dia tak menjawab telponnya."
Zoya segera menyambar ponsel di tangan David. Masih dengan wajah yang datar...
"Saya rasa saya harus segera pergi, anda bukan anak kecil yang harus di temani bukan...
Assalamualaikum...."
Tanpa menunggu jawaban David, Zoya berlalu pergi meninggalkan nya.
David mendesah frustasi, ia mencabut selang infus yang terpasang di tangan kirinya. David menggerutu, kenapa harus memasang infus. Dia seperti kehilangan imejnya dalam sedetik saja.
"Tuan, anda mau kemana... Anda masih lemas, dan per_"
Perawat itu langsung menunduk saat melihat tatapan tajam mata David.
David berlalu pergi, ia akan melacak ponsel Zoya.
*
Zoya memeluk putri semata wayangnya, dua hari saja dia sangat merindukan putrinya.
Cup... Cup... Cup..
"Putri bunda sudah cantik ini...Harum lagi.. "
"Unda dali mana...Al caliin."
Matanya berkaca-kaca, Almira siap meluncur air matanya. Zoya segera menggendong tubuh mungil Almira. Zoya mengeluarkan boneka beruang berukuran sedang.
"Unda, ini buat Al.." Zoya mengangguk mengusap kepala putrinya.
Almira tertawa dan segera turun dari gendongan Zoya.
"Ada apa Zoy... Apa kau bertemu dengan pria itu..?"
Bibi Lili bertanya, seolah tau melihat raut wajah Zoya.
"Bukan hanya itu bibi... Bibi Yen meninggal dunia..."
Bibi Lili shock mendengar perkataan Zoya, begitu pun dengan pamannya.
"Tuan David datang mencari keberadaan Zoya tiga tahun yang lalu. Dia juga mengancam bibi Yen....
Bibi Yen sakit, dia stroke dan setahun lalu dia meninggal dunia..."
Zoya menangis di pelukan wanita yang selama ini mendukungnya. Wanita yang sudah di anggap nya sebagai orang tua.
Bibi Lili mengusap punggung Zoya, mencoba menguatkan hatinya. Dia juga tak menyangka pertemuan nya tiga tahun yang lalu menjadi terakhir kalinya.
"Semua ini sudah menjadi milik Allah Zoy... Jangan menyalahkan dirimu sendiri, apalagi menyalahkan orang lain. Memang pria itu secara tidak langsung bersalah Zoy...
Tapi percayalah semua itu sudah suratan takdir. Jangan sampai kau membenci seseorang berlebihan Zoy... Itu akan membuatmu jauh dari surga nya Allah."
Zoya mengangguk mengerti, dia memang sempat menyalahkan David. Biar bagaimanapun pria itu lah akarnya. Meskipun Zoya tak tau mau sampai kapan ia bisa memaafkan David.
Sakit yang David berikan pada Zoya telah melumpuhkan kepercayaan diri Zoya. Zoya memang wanita rendah tapi bukan berarti rendahan juga.
Selama ini selain almarhum suaminya, Zoya tak pernah sekalipun berdekatan dengan seorang pria manapun.
*
"Dimana..."
"Nona Zoya ada di kota B tuan,... Nona Zoya tinggal di rumah minimalis sederhana. Bersama tiga anggota yang lainnya, David mengerutkan keningnya. Tiga yang lainnya, bukankah harusnya satu, putrinya.
"Mereka tetangga nona Zoya tuan, saat di apartemen. Pasangan yang tak memiliki keturunan yang telah menjadikan nona Zoya anak angkatnya, tiga tahun yang lalu."
"Hmm..."
"Kita akan kembali ke kota B... siapkan pesawat nya."
"Ya tuan..."
Rey mengangguk mengerti dan berjalan mundur meninggalkan tuannya.
"Dav..." Raka dan Reza datang bersamaan, David mengangkat alisnya sebelah.
"Ada apa..?"
Reza menyikut lengan Raka kedua pria ini saling sikut. David yang melihat kedua temannya ini jengah. David sendiri juga tak habis pikir kenapa harus berteman dengan mereka.
" Pergi..."
Reza mendengus mendengar kata kata David, pria itu tidak ada yang berubah sedikitpun. Dari dulu sampai sekarang masih saja. Datar dan tidak menyaring dulu setiap perkataan nya yang keluar dari mulutnya.
Pantas saja Zoya marah dan tak terima, secara dia itu perempuan. Pasti lebih sensitif....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Muhamad Faiz
dasar cwok dingin hatu2 joy ntar ke pincut
2022-07-07
0
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi
2022-06-21
0
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
filternya udh dol mas🤭🤭
2022-06-18
1