Zoya mendatangi makam suaminya, ia memandang nanar pada gundukan tanah yang masih baru. Sudah hampir dua bulan lamanya,suaminya berpulang. Banyak sekali kenangan yang tak bisa Zoya lupakan.
"Kenapa kau meninggalkan banyak sekali jejak untuk ku,mas...
Apa salahku... ?"
Padahal hari semakin malam,Zoya masih memandang tanah merah yang masih baru.
Hujan deras menyamarkan air mata Zoya. Zoya tetap bergeming di tempat nya. Ingin sekali Zoya berlari jauh,....Zoya terkesiap, berlari...
"Mas...Terima kasih,aku akan menjaga putri kita, berbahagialah di sisinya.Doaku menyertaimu.."
Zoya pulang dengan tubuh basah kuyup, ia akan membersihkan diri, lalu menjemput Almira di apartemen bibi Lili.
*
"Bi... Bagaimana jika Zoya ke kota B. Zoya ingin mengubah nasib, bolehkah...?"
Bibi Lili memandang mata bening Zoya, ia tau bukan ini sebenarnya tujuan utama Zoya.
Ia tau almarhum suaminya selama ini tak menafkahi Zoya lahir batin. Sebagai seorang wanita jelas tau, hubungan Zoya dulu dan Rangga tak seharmonis yang Zoya tunjukan.
Mata Zoya menunjukan banyak kesedihan, ia sering kali melihat Rangga berjalan berdua dengan perempuan lain di luar sana.
Tapi saat ia bertanya pada Zoya, Zoya seakan menutupinya. Zoya memang wanita yang sangat pintar menyembunyikan masalah dalam rumah tangga nya.
Zoya memang sangat pintar menutup aib rumah tangga nya dengan almarhum Rangga.
Hingga Rangga meregang nyawa pun, Zoya masih menutupi aib suaminya.
Padahal bibi Lili tau saat mereka di supermarket waktu itu. Seorang pria tinggi mencaci Zoya,menghina Zoya yang tak bisa menjaga suaminya sehingga berselingkuh dengan pacar pria itu mungkin,sehingga pria itu melampiaskannya pada Zoya..
"Apa kau yakin Zoy...?"
Zoya mengangguk mantap, ia ingin menjalani kehidupan nya dengan putri semata wayangnya dengan damai. Tak harus bertemu dengan orang orang yang mencacinya, menghinanya bahkan merendahkannya.
"Aku akan pergi mencari hal yang baru bersama Almira Bi..."
"Bagaimana cara nya,? kau bahkan tak mempunyai saudara, ataupun teman Zoy...,"
Zoya tersenyum tipis, hidupnya memang benar benar menyedihkan. Orang tuanya meninggal dan dia di titipkan oleh tetangganya ke panti asuhan. Di sana juga sama, anak anak panti tak suka dengannya. Hingga Zoya keluar dari panti asuhan dan sekolah dengan hasil jerih payahnya sendiri. Dan Alhamdulillah doanya dikabulkan, hingga Zoya berkuliah lewat jalur prestasi.
"Aku akan pergi jika sudah mendapatkan tempat tinggal Bi... Lagi pula apartemen ini sudah jatuh tempo, jika aku bayar, nanti Zoya tak jadi pergi Bi...Kan uangnya untuk mencari suasana baru. Gak mungkin kan Zoya Luntang Lantung tak bawa uang. Apalagi dengan Almira."
Zoya terkekeh kecil,mencoba menghibur diri sendiri. Ia tak ingin bibi Lili menyadarinya tujuan yang sebenarnya.
"Ceritakanlah Zoy...Ringankan beban mu, berbagilah dengan bibi."
Zoya terkesiap mendengar penuturan bibi Lili. Apakah bibi Lili mengetahui aib rumah tangga nya. Mata Zoya berkaca kaca, bulir bening yang selama ini di tahannya agar tak jatuh di hadapan wanita yang sudah di anggap nya sebagai ibu, meluncur bebas. Bibi Lili merengkuh tubuh ringkih Zoya. Ia ikut menitikkan air matanya. Sungguh Zoya sudah ia anggap sebagai anaknya.
Zoya menangis di pelukan wanita itu, menumpahkan segala sesak yang ia pendam. Sungguh inilah yang Zoya inginkan ada tempat berbagi. Tapi ia tak berani,biar bagaimanapun menceritakan keluh kesahnya terhadap orang lain adalah aib. Sebisa mungkin Zoya akan menutupi bahkan menyangkal jika ada yang bertanya kenapa suaminya jarang di rumah.
"Ya, pergilah Zoy... Carilah suasana baru, dimana kau di hargai. Hidup lah dengan damai di sana, di mana tak ada orang yang mencacimu, menghinamu bahkan merendahkan martabat mu. Bibi mendukungmu...Jagalah Almira,didik dia dengan baik. Jadikan dia semangat mu,dan tujuanmu, Zoy...."
Zoya mengangguk,sungguh dia sangat berterima kasih kepada bibi Lili. Selama inilah dia menitipkan Almira padanya.
"Bi... Bisakah berjanji, jangan beritahu siapapun, tentang Zoya,kepergian Zoya."
Bibi Lili mengangguk mengerti.
*
Pesta yang meriah tak membuat David menampilkan senyum nya. Entah apa yang di pikirkan pria dewasa ini. Semenjak pertemuannya dengan wanita berkerudung syar'i itu David sama sekali tak menampilkan senyum. Walau pada dasarnya David memang pria yang dingin dan arogan. Ia jarang sekali tersenyum, senyum nya hanya untuk perempuan yang sangat berarti,yaitu mommy nya. David juga tak pernah tersenyum dengan Rania mantan tunangannya. Meski dengan rekan bisnisnya sekalipun.
Entah kenapa bundanya melihat David seperti tak biasa nya. Dia sudah hapal dengan perangai sang anak.
"Apa David ada masalah dengan perusahaan nya, atau apa?" Gumam sang Bunda.
"Dav... Apa kau ada masalah....?"Bundanya bertanya, sudah sejak tadi saat di pesta ingin sekali bertanya tapi ia menahannya.
Saat ini mereka sudah berada di rumah mewah milik nya.
"Bunda dengar Rania siuman, apa ini yang kau pikirkan..?"
David mendengus, wanita itu sama sekali tak ada dalam pikirannya saat ini. David sudah membuang jauh-jauh namanya apalagi orang nya.
"Tidak ada mom'..."
David berkelit menghindari mommy nya, ia tau sang mommy menyadari perubahan nya, yang tak seperti biasanya.
"Mom' David duluan ke kamar... Selamat malam mom..."
David bahkan tak menunggu sang mommy menjawabnya.
David merebahkan tubuhnya di kasur empuk. Pikiran nya melayang mengingat kejadian sore tadi. Wanita itu sudah mengacaukan hari hari nya belakangan ini. Entah itu apa, yang jelas David ingin wanita itu menderita seperti dirinya.
Meski dalam hati kecilnya berkata lain,David menampik perasaan yang selama ini di rasakan nya.
Mata itu menyimpan banyak misteri,mata sayu dan bening itu yang membuatnya belakangan ini tak bisa tidur.
Hingga akhirnya David tertidur pulas,dengan baju jas dan sepatu pantofel yang masih melekat di tubuhnya.
*
David memijit pelipisnya yang sedikit pusing, ia melihat tubuhnya sama dengan kemarin. Ia mengumpat wanita itu, gara gara memikirkan wanita itu dia sampai lupa membersihkan dirinya. Pantas saja kepalanya sedikit pusing, rupanya ia tertidur dengan kaki yang menggantung di bawah.
"Pagi mom'..." Sapanya saat menuruni anak tangga, di lihatnya sang mommy sudah pulang dari olahraga rutin nya.
"Apa kau baik baik saja Dav...." David mengangguk.
"Aku berangkat kerja dulu mom'...." Pamitnya, Bundanya mengangguk mengiyakan.
"Selamat pagi tuan David...." David tak menggubris sapaan karyawan nya. Baginya itu sama sekali tak penting.
David melihat beberapa karyawannya berkumpul dan ada juga yang mengeluarkan kata kata sarkas nya.
Ia mendekat, mata tajamnya memindai mereka semua. Ada apa ini..? pikirnya
"Tuan...."Salah seorang karyawan menyadari kehadiran nya. Semua mata memandang kehadirannya tak terkecuali wanita berkerudung syar'i itu.
"Ada apa..."Suara berat dan rendah itu,membuat mereka serempak merinding.
"Dia tuan.. wanita kampung itu, pasti akan mencuri. Dia pagi pagi sekali keluar dari ruangan anda,tuan," David mengarahkan pandangannya pada wanita yang di tunjuknya.
David mengepalkan tangannya, wanita itu lagi? begitu pikirnya. Kenapa wanita itu selalu mengusik hidupnya. Gara gara dia, hidupnya tak tenang.
Zoya yang melihat mata tajam itu menunduk ketakutan. Ia menggelengkan kepalanya tak berani menatap mata tajam Bosnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
manda_
kasihan nasibnya zoya semangat trs ya zoy
2022-06-21
1
Nie Adela
Zoyaaaaaaaa
semangat terus
pasti ada kebahagiaan untuk kamu
2022-06-17
2
Umie
David jahat..
2022-06-17
0