"Zoy....."
Zoya tak bergeming, ia justru bergeser dan ingin segera pergi. Tapi lagi-lagi David mencekal tangannya.
"Lepaskan tangan saya tuan.." Nada dingin Zoya tunjukan pada pria arogan itu. Zoya tak ingin kembali lemah di hadapan pria ini. Ia harus kuat demi Almira, lagipula bukan salah Zoya jika David batal menikah dengan Rania.
Zoya membalikkan badannya menatap wajah pria arogan di depannya yang mungkin saja ia benci seumur hidupnya.
"Maaf..."
Hanya satu kata yang keluar dari bibir David. Zoya masih bergeming tak percaya seorang David Aderson meminta maaf pada nya.
"Maaf... Seharusnya saya yang meminta maaf atas kesalahan almarhum suami saya. Anda tidak perlu meminta maaf kepada wanita rendahan seperti saya."
David menatap wajah ayu Zoya, Zoya berbalik dan segera pergi meninggalkan David. Sungguh Zoya tak kuasa menahan air matanya yang hendak keluar.
Zoya menyetop Taksi yang lewat ia akan ke penginapannya dan akan ke rumah Bibi Yen.
David menatap nanar punggung kecil Zoya. Bibirnya kaku hanya untuk menghentikan langkah Zoya. David sungguh tak bisa mengekspresikan perasaan bersalah nya pada wanita itu.
Zoya memejamkan matanya, ia benar benar tak bisa mencegah air matanya. Pertemuan nya dengan David sungguh membuat ketakutan tersendiri bagi Zoya.
Ia tak ingin pria arogan itu mengusik hidupnya dan keluarga kecilnya. Cukup tiga tahun yang lalu dirinya menjadi bulan bulanan atas kesalahan yang Zoya tak tau.
David mengusap wajahnya kasar, ia sadar dirinya salah, telah membuat Zoya terluka. David berlari masuk ke dalam mobil nya dan mengendarai mobil nya, mengikuti taksi yang di tumpangi Zoya.
David mengedarkan pandangannya melihat Zoya yang masuk ke dalam penginapan.
Tak lama David melihat Zoya membawa koper kecil seperti nya Zoya akan pergi meninggalkan kota ini.
"Zoy...." Zoya berbalik saat mendengar ada yang memanggil namanya.
"Kak Bimo..." Gumamnya...
Bimo tersenyum lebar ia merengkuh tubuh ringkih Zoya. Zoya yang mendapat perlakuan seperti itu langsung melepaskan diri dari pelukan Bimo.
Sementara David mencengkram setir kemudi mobilnya, giginya gemerutuk menahan emosi yang meluap.
"Maaf... Jangan seperti ini kak, kita bukan muhrim.."
"Maaf..." Zoya mengangguk.
"Kau kemana saja Zoy.... Aku mencari keberadaan mu. Kalian pergi tanpa meninggalkan pesan. Kau tega sekali zoy... Bahkan kau juga mengganti semua data diri kamu. Kau juga mengganti nomor ponsel mu, Akun media juga tak luput kau blokir. Apa tujuan mu sebenarnya Zoya?."
Zoya menunduk ia merasa bersalah atas kepergian nya yang tak berucap salam kepada orang yang menyayangi nya dan putrinya.
"Maafkan aku kak...Aku punya alasannya, jangan membenciku."
Bimo merasa benar, ada yang Zoya sembunyikan selama ini.
"Kak... Ayo kita ke toko, aku rindu dengan bibi Yen.." Seru Zoya mengalihkan perhatian, ia tak mau Bimo mencurigainya. Ia tak mau Bimo bertanya apa dan kenapa alasannya ia pergi tanpa pesan dan memblokir akses medianya, dan menggantinya.
Zoya melangkah sambil menggeret koper kecilnya.
"Ibu sudah berpulang...."
Langkah Zoya berhenti, ia berbalik memandang penuh tanda tanya pada pria yang sudah ia anggap sebagai kakak baginya.
"Ibu sudah meninggal setahun yang lalu..."
Tubuh Zoya bergetar, air matanya tanpa kompromi keluar deras.
"Apa..." Bibir Zoya bergetar menahan rasa bersalah yang luar biasa terhadap bibinya. Ia sama sekali tak menduga kepergiannya untuk bersembunyi dari David Aderson dan peliknya masalah almarhum suaminya telah membuatnya tak bisa bertemu dengan bibi Yen. Orang yang berjasa dalam hidupnya.
"Ibu mengidap penyakit darah tinggi, tiga tahun yang lalu, seseorang mencari keberadaan mu. Ia bahkan mengancam kami berdua jika tak memberitahukan kepada mereka dimana dirimu....
Dia bilang kau harus bertanggung jawab atas batalnya pernikahannya. Dan dia juga bilang kau harus menebus kesalahan suamimu......
Ibu terserang darah tinggi, dia stroke dan satu tahun lalu ibu meninggal dunia...
Apa yang kau sembunyikan dariku Zoy...?"
Zoya mematung tubuh nya bergetar hebat menahan sesuatu yang ingin ia ledakkan. Zoya ingin meraung keras meminta maaf pada bibinya. Zoya sungguh menyesali semua, Zoya sungguh ingin meminta maaf pada bibinya.
David Aderson....
Zoya mengepalkan tangannya, tidak puas kah pria itu menyakitinya, menghinanya, bahkan merendahkannya.
*
Zoya memandang gundukan tanah merah, Zoya mengusap pipinya yang basah.
"Aunty.... Zoya minta maaf...
Maafkan Zoya yang egois, maafkan Zoya yang tak memberitahu kepergian Zoya, maafkan Zoya yang membuat bibi menanggung akibatnya."
Zoya menelungsup kan wajahnya d Ngan kedua tangannya. Ia mengingat jika bibi Yen, Zoya sungguh tak berniat melukai bibi nya.
Bimo hanya menatap dari samping Zoya, entah apa yang ada di pikirannya saat ini.
Bimo merengkuh tubuh ringkih Zoya, ia mengusap bahu Zoya mencoba menenangkan Zoya.
Dan Zoya masih menyandarkan kepalanya pada bahu Bimo. Zoya sungguh menyesali perbuatannya yang tak tau jika ada orang lain yang menanggung akibatnya.
Bimo mengajak Zoya berdiri dan pergi dari area pemakaman. Zoya seperti tak perduli dengan apa yang Bimo lakukan. Biarkan saja, ia ingin bersandar di bahu seseorang. Bimo sudah Zoya anggap sebagai kakak baginya.
Lain dengan Bimo, meskipun tau jika Zoya menganggap nya sebagai seorang kakak. Tapi bagi Bimo Zoya adalah seorang wanita yang diam diam ia cintai. Jauh sebelum almarhum suaminya Rangga meninggal. Itu sebabnya ia sering menghindari Zoya dan jarang pulang ke toko ibunya.
"Apa yang kau sembunyikan dari kami Zoy...Kemana kalian selama ini. Kenapa kami tak bisa menemukan mu, apa hubunganmu dengan pria kaya itu. Mereka mencari mu, tak hanya di apartemen, aku dengar mereka juga mencari identitas mu.
Bimo memberondong pertanyaan pada wanita yang selama ini mencuri hatinya.
Zoya meremas kedua tangannya, ia masih shock dan marah dengan dirinya sendiri. Tapi waktu tak mungkin Zoya putar.
"Zoy..."
"Kak... Maaf jika Zoya mengecewakan kakak selama ini. Tapi Zoya tak ingin kak Bimo mengasihi Zoya. Zoya tak berniat melakukan semua ini kak.....Kami baik baik saja."
Zoya mengalihkan pandangannya ke arah lain, ia tak ingin Bimo mengetahui lebih jauh lagi.
"Kak, maaf Zoya harus pergi.... Almira menunggu Zoya."
"Zoy.... "
"Assalamualaikum kak.."
Zoya menggeret koper di tangannya, Bimo tak bisa berbuat banyak. Ia hanya berdiri melihat wanita yang sudah mencuri hatinya itu menjauh.
Ingin rasanya Bimo mengungkapkan perasaan nya pada Zoya. Tapi ia tak mau jika nanti justru Zoya menjauh darinya.
Bimo rasa belum saatnya ia mengungkapkan perasaannya terhadap Zoya.
Zoya melangkah tanpa menoleh kebelakang, tekatnya sudah bulat. Ia ingin menjadi wanita yang bisa membuat anaknya bangga padanya. Biarkan saja orang lain mau menggunjingkan dirinya.
Tak bisa menjaga suami, tak bisa merawat diri, wanita kampung, wanita murahan. Ya Zoya ingin menjadi wanita mandiri, merawat anaknya. Masih ada putri dan keluarga barunya. Zoya tak sendiri, masih ada orang lain yang menyayangi nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 198 Episodes
Comments
Tata Dafa
pengen Dech jitak kepala david
2022-06-20
1
🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠
David kamu sungguh terlalu
2022-06-18
1