20 - Keputusasaan

"Kamu apa-apaan, Hanssel!" Suara Nina meninggi, tangannya menepis dada pria itu dengan gemetar. "Kamu tidak berhak mengatur hidupku!"

"Dan hubungan kita… cuma sebulan, ingat? Hanya kontrak sementara!"

"Karennina!"

Suara Hanssel membentak, membelah udara malam dengan amarah yang tak tertahan. Tangannya mencengkeram wajah Nina, kasar dan emosional. Tanpa aba-aba, dia menarik tubuh wanita itu dan mencium bibirnya dengan paksa bukan dengan cinta, tapi kemarahan.

“Argh!” Nina mendorong dadanya, berusaha lepas. Tapi Hanssel malah menggigit bibirnya tajam, penuh kekecewaan.

"KAU!"

"IBU!"

Suara kecil dari lorong membekukan keduanya.

Jimmy berdiri di sana, matanya membulat, wajahnya menunjukkan kekhawatiran yang belum sempat menjadi tangis.

Seperti dua orang dewasa yang tertangkap basah bertengkar di hadapan anak mereka, Hanssel dan Nina mendadak diam. Ketegangan menguap perlahan, digantikan kepanikan dan rasa bersalah.

"Jimmy..." Nina segera berjongkok dan berusaha menenangkan putranya. "Apa kamu sudah buka hadiah dari Om Hanssel?"

Jimmy tidak menjawab. Dia justru menunjuk bibir Nina yang memerah dan sedikit berdarah. "Ibu... bibirmu kenapa?"

Tangannya mungil terulur, mengusap luka itu dengan sangat hati-hati.

Hanssel menunduk. Sesal mendadak menggunung dalam dadanya. Dia tidak tahu harus berkata apa.

"Oh, ini... ibu tadi tidak sengaja kegigit pas ngobrol sama Om. Main bercanda tapi malah kelewatan." Nina memaksakan senyum, suaranya bergetar.

Jimmy masih menatap curiga. Tapi ketika Nina tersenyum sambil mengelus kepalanya, dia pun perlahan mengangguk.

"Ayo sikat gigi, ya. Habis itu tidur. Besok ibu antar kamu lihat pesawat dari dekat." Suaranya lembut, mencoba menyingkirkan bayangan buruk dari benak sang putra.

Setelah Jimmy masuk ke kamar dan menutup pintu, Nina berdiri diam.

Hanssel menghampiri. Matanya menyesal. Suaranya rendah.

"Maaf..." katanya pelan, "Aku tak seharusnya menyakitimu."

Dia menarik Nina ke dalam pelukannya, mendudukkannya di pangkuan seperti ingin melindungi sesuatu yang baru saja ia hancurkan.

Jarinya menyentuh luka di bibir Nina dengan penuh hati-hati.

"Aku... sangat cemburu, Nina. Aku takut kehilanganmu. Bahkan ketika aku tahu kita cuma akan bertahan sebulan…"

Nina hanya menatapnya. Matanya basah, hatinya bingung. Ada rasa marah, takut, tapi juga... luka yang jauh lebih dalam daripada gigitan barusan.

Nina masih terpaku. Sikap Hanssel malam ini berbeda dari biasanya. Ada sesuatu dalam sorot matanya seperti rasa bersalah, kasih sayang, dan… hasrat yang menuntut.

Setelah memastikan Jimmy tertidur pulas, Nina kembali ke ruang tengah. Hanssel duduk bersandar di sofa, menatapnya dengan mata sendu penuh rindu.

"Sayang…" suaranya berat, memanggil pelan sambil membuka kedua lengannya. Seakan berkata datanglah, aku ingin memelukmu.

Nina mendekat, dan tanpa banyak kata, Hanssel menariknya ke pelukannya. Ciuman lembut mendarat di bibir wanita itu. Ciuman yang penuh permintaan maaf dan penyesalan. Bibir yang tadi dilukai olehnya, kini dicium dengan begitu hati-hati, seolah tak ingin menyakitinya lagi.

Tangannya bergerak perlahan, menyibak tali kimono Nina, lalu satu per satu menarik tali tipis dari gaun tidurnya. Nina mulai larut dalam suasan. Sentuhan Hanssel malam ini terasa seperti permohonan maaf dalam bentuk paling intim. Nafas Nina tercekat saat pakaiannya merosot tanpa ia sadari, memperlihatkan tubuhnya yang polos di depan pria itu.

"Sayang... kita ke kamarmu, boleh?" bisik Hanssel dengan suara parau yang sarat gairah. Dia tak menghentikan ciumannya, dan tangannya makin berani menjelajahi.

Nina menggeliat pelan, menahan desahan. "Hanss... besok kita harus berangkat pagi, ingat?" ucapnya pelan, masih mencoba bertahan dalam kewarasan.

"Sayang, sebentar saja..." rengek Hanssel, suaranya berat dan memohon. "Aku janji, cuma sebentar... aku butuh kamu."

Jari-jari Hanssel menyusup semakin jauh, menggoda bagian paling sensitif Nina. Ia tahu wanita itu mulai kehilangan pertahanan.

"Kamu juga udah basah banget, Sayang…" desahnya di telinga Nina.

"Jangan... jangan sekarang," ucap Nina gemetar, menahan tangan Hanssel. "Please… Hanssel, jangan."

Hanssel mengerang pelan, frustasi. Tapi tangannya tetap berada di sana, enggan melepaskan.

"Aku janji, setelah urusan kita selesai, aku akan kasih tubuhku seutuhnya untukmu." Nina menatap matanya, membelai pipinya pelan.

Hanssel menahan napas. Tapi hasratnya tak surut. "Sedikit saja... please... aku nggak tahan lagi, Nina."

"Nooo!" Nina menatapnya tegas. "Dan di sini juga nggak ada kon-dom. Kamu mau ambil risiko?"

Hanssel menarik napas dalam-dalam. "Tenang aja. Aku selalu pakai pengaman setiap kali dengan wanita lain." Ia menatap Nina tajam. "Kamu tahu sendiri, aku nggak sembarangan."

Nina memutar bola matanya. "Lalu sekarang? Aku ini pengecualian?"

Hanssel memerah. "Ya— ya… kamu berbeda. Kalau kamu hamil pun, aku siap bertanggung jawab!"

"Apaaa?!"

Nina mendorong dadanya, tertawa geli meski masih dibalut hasrat yang belum padam. "BACOT! Dasar pria nggak tahu diri!"

Hanssel menghela napas panjang, menggulung tubuhnya ke belakang sambil menatap langit-langit. "Haaaisshhh! Runtuh sudah hasratku!!!" gerutunya sambil mengacak rambut sendiri.

Nina hanya tersenyum geli sambil merapikan pakaiannya. Tapi dalam hatinya, gejolak itu belum sepenuhnya reda. Hanssel memang menyebalkan… tapi juga sangat… menggoda.

Dia berdiri menuju mini bar, mengambil sebotol root beer dingin lalu menenggaknya tanpa berkata-kata. Gerakannya sedikit kasar, menandakan masih ada amarah tersisa di dadanya.

Nina tersenyum tipis, mencoba mencairkan suasana. "Terima kasih, Hanssel..."

"No welcome!" semprotnya ketus, masih enggan menunjukkan kelembutan.

Namun, beberapa detik kemudian, dia mendekat… menjatuhkan kepalanya di pangkuan Nina tanpa aba-aba. Tindakan spontan yang membuat hati Nina mencelos.

Nina mengusap rambut pria itu pelan, seperti menenangkan anak kecil yang baru saja ngambek. Hanssel menatapnya dari bawah, matanya yang tajam kini tampak begitu teduh dan sendu. Tatapan yang seakan ingin menyampaikan seribu kata yang tak bisa diucap.

"Aku tahu... kita nggak boleh saling jatuh cinta," suaranya rendah, nyaris seperti bisikan.

"Tapi... bukankah kita bahagia dengan keadaan kita sekarang ini?"

Jantung Nina seperti ditarik sesuatu. Matanya berkaca, namun dia tak menjawab—dia hanya memainkan jemari lentiknya di wajah Hanssel, membelai lembut pipi dan rahangnya yang kokoh. Hanssel tersenyum... senyum yang hanya dia berikan ketika bersama Nina.

Lalu, dia mengangkat tubuhnya sedikit, menggenggam wajah Nina dengan dua tangannya, dan menyesap bibir itu dengan sangat lembut. Tak ada nafsu, tak ada dorongan liar... hanya perasaan yang meluap-luap, tertuang dalam ciuman yang begitu tenang tapi dalam.

Di antara kecupan yang berhenti sejenak, Hanssel membisikkan sesuatu di bibirnya, nyaris tanpa suara—tapi Nina bisa merasakannya.

"Aku menyukaimu, Karennina… Sangat— sangat menyukaimu..."

Dan kali ini, Nina tidak lagi bisa menahan air matanya.

***

Bandara Internasional SH.

Hanssel menggenggam erat jemari mungil Jimmy, seolah dunia bisa runtuh jika genggaman itu lepas. Di kejauhan, Nina sedang menyelesaikan proses boarding pass, tapi sesekali matanya mencuri pandang ke arah keduanya. Ada yang hangat menyelusup dalam dadanya, begitu lembut hingga tanpa sadar sudut matanya berembun. Segera ia seka dan berjalan menghampiri mereka.

"Sini, om gendong aja, ya?" ujar Hanssel, menunduk dan merentangkan tangan pada Jimmy.

"Tak perlu, Hans. Dia sudah bisa jalan sendiri..." Nina mencoba menahan.

"Tapi aku mau digendong..." potong Jimmy dengan suara manja.

Tanpa menunggu restu, Hanssel segera mengangkat bocah itu dan mendekapnya erat.

"Papa Hanssel!"

Langkah Hanssel terhenti seketika. "Apa tadi kamu bilang?" tanyanya dengan suara parau, menatap wajah teduh bocah itu.

Jimmy tampak salah tingkah. "M-maaf, Om... Jimmy cuma bilang 'Papa Hanssel'... Kalau Om nggak suka, Jimmy nggak bakal panggil gitu lagi."

Untuk pertama kalinya, Hanssel nyaris kehilangan kata. Matanya berkaca-kaca. Tangannya membelai lembut rambut Jimmy.

"Om... sangat senang," bisiknya lirih. "Boleh kamu panggil om sekali lagi dengan sebutan itu?"

"Papa Hanssel..." ucap Jimmy pelan, sambil menyentuh pelupuk mata Hanssel yang mulai memerah.

Hanssel memeluk Jimmy erat, seolah berjanji dalam diam.

Aku tidak akan pernah melepaskan kalian berdua.

Dari belakang, Nina menyaksikan mereka. Ada sesuatu yang berbeda. Jimmy pernah memanggil Rangga dengan sebutan ‘Papa’, tapi saat ini... perasaannya berbeda. Ada harapan kecil menyelinap, menyuruhnya percaya bahwa mungkin… mungkin pria ini bukan sekadar “pemain.”

Sial... kenapa aku berharap lebih? Siapa aku? Apa aku pantas berharap pria sepertinya mencintai anak yang bukan darah dagingnya sendiri?

Perjalanan menuju Hongkong memakan waktu lebih dari lima jam. Sesampainya di hotel, Nina segera mengatur semuanya, memastikan Jimmy dan Nanny dalam kondisi nyaman. Hanssel mengangkat tubuh mungil itu dan meletakkannya dengan hati-hati di atas ranjang. Sebelum pergi, ia mengecup kening Jimmy lembut.

"Terima kasih..." ucap Nina.

"Aku nggak butuh ucapan terima kasih..." bisik Hanssel, lalu mendekat dan menggigit kecil telinga Nina, membuat wanita itu reflek memukulnya dengan tas kecil.

"Jalan-jalan yuk?" tawar Hanssel.

"Aku mandi dulu, ya... Gerah banget..." balas Nina, mengambil handuk dan menuju koper.

Tapi Hanssel langsung menarik koper itu dan mendorongnya ke kamarnya sendiri. "Mandi di kamarku aja."

Tanpa bisa membantah, Nina mengiyakan. Dia hanya sempat berpesan pada Nanny agar menjaga Jimmy malam ini.

Setelah berada di kamar mereka, Nina menyalakan kran bathtub, melepas semua lelah dari tubuhnya. Earphone menyala, memutar lagu-lagu favoritnya. Aroma lavender memenuhi udara. Dia memejamkan mata, membiarkan tubuhnya tenggelam dalam kehangatan.

Slide demi slide kenangan masa lalu berputar di benaknya. Hidup yang keras. Luka yang berulang. Keputusan-keputusan pahit yang membuatnya harus selalu kuat.

"Terima kasih, diriku..." bisik Nina pada dirinya sendiri. "Kamu sudah bertahan sejauh ini."

Air mata jatuh perlahan ke permukaan air.

"Ayo kita bertahan sedikit lagi... Tapi kenapa... kenapa hati ini mulai goyah pada si babi Hanssel?"

Dia membuka matanya. Tatapan kosongnya beradu dengan pantulan cahaya kota Hongkong di balik jendela. Lampu-lampu berkerlap-kerlip, seolah ikut menyimpan rahasianya malam ini.

Aku takut... Aku takut jatuh cinta lagi pada orang yang salah. Tapi untuk pertama kalinya setelah sekian lama... aku merasa diinginkan, diterima dan dicintai.

Dia mengusap air mata dengan punggung tangan. "Aku harap kali ini... aku tidak salah lagi."

Bersambung…

Terpopuler

Comments

Toko john 125

Toko john 125

🤭🤭😝😝🥰🥰🥰🥰

2023-06-10

1

lihat semua
Episodes
1 01 - Sekretaris Angkuh
2 02 - Pertengkaran
3 03 - Sekali Pakai
4 04 - Jebakan Manis
5 05 - Tarik Ulur
6 06 - Kecurigaan
7 07 - Mulai Terbongkar
8 08 - Rencana Mengejar Cinta
9 09 - Wanita yang Sama
10 10 - Merusuh
11 11 - Luka yang Dirindukan
12 12 - Kesuksesan Besar
13 13 - Hasrat Terpendam
14 14 - I'm Obsessed
15 15 - Maukah jadi Pacarku?
16 16 - Lets not Fall in Love
17 17 - Sosok Pengintai
18 18 - Babak Awal Kesepakatan Kita
19 19 - Benih Kecemburuan
20 20 - Keputusasaan
21 21 - Kamu, Rumahku...
22 22 - Hancurnya Sebuah Rasa
23 23 - Kembali Merajut Asa
24 24 - Secercah Harapan
25 25 - Menikah Kilat
26 26 - Kalah Telak
27 27 - Kebahagian Singkat dari Sebuah Pernikahan Kilat
28 28 - Bermain Petak Umpet
29 29 - Terluka Lebih Dalam
30 30 - Sedikit Lagi, kenyataannya...
31 31 - Pertikaian dari Berbagai Arah
32 32 - Pertemuan Tidak Terduga.
33 33 - Penculikan atau—
34 34 - Antara Cinta & Ambisi
35 35 - Cemburu
36 36 - Bisikan Racun di Kantor
37 37 - Cinta yang Terasa Semu
38 38 - Penuh Emosional
39 Bab 39 - Tuduhan
40 Bab 40 - Pukulan Telak
41 Bab 41 - Prasangka
42 Bab 42 - Let's not Fall in Love
43 Bab 43 - Playing Victim
44 Bab 44 - LOSER!
45 Bab 45 - Identitas
46 Bab 46 - I'm Sorry but I Love U
47 Bab 47 - Blue
48 Bab 48 - Risalah Hati
49 Bab 49 - Fear
50 Bab 50 - Resurrecting Queen
51 Bab 51 - Karma di bayar kontan!
52 Bab 52 - Epic Comeback
53 Bab 53 - That XX!
54 Bab 54 - Stupid Liar
55 Bab 55 - Only Look @ Me
56 Bab 56 - Skandal
57 Bab 57 - Lies
58 Bab 58 - Melawan Restu
59 Bab 59 - Bad News
60 Bab 60 - FxxK it!
61 Bab 61 - Wedding Dress
62 Bab 62 - I'm a Good Girl!
63 Bab 63 - Number #1
64 Bab 64 - GARA GARA Go!
65 Bab 65 - Let's talk about Love
66 Bab 66 - Bukan Cinderella
67 Bab 67 - Bad boy
68 Bab 68 - Black
69 Bab 69 - Surprise!
70 Bab 70 - Serendipity
71 Bab 71 - Quality Time
72 Bab 72 - Cafe
73 Bab 73 - Happy but not Ending
74 Bab 74 - VIP
75 Bab 75 - Time to Love
76 Bab 76 - Mr and Mrs
77 Bab 77 - Jaringan Hitam
78 Bab 78 - Stay Tonight
79 Bab 79 - Monster
80 Bab 80 - Snapping
81 Bab 81 - Gotta Go
82 Bab 82 - Untitled
83 Bab 83 - 1, 2, 3!
84 Bab 84 - but Tonight I'm fuckin U!
85 Bab 85 - Baby Good Night!
86 Bab 86 - Tanda Cinta
87 Bab 87 - Cemburu Ph.3
88 Bab 88 - Seperti yang Kau minta.
89 Bab 89 - Terluka tapi tak berdarah!
90 Bab 90 - Garis Dua
91 Bab 91 - No Going Back!
92 Bab 92 - Croocked
93 Bab 93 - Last Farewell
94 Bab 94 - Knock Out
95 Bab 95 - Sober
96 Bab 96 - Coffee
97 Bab 97 - Bullsh*t
98 Bab 98 - Kesempatan Kedua
99 Bab 99 - Girlfriends
100 Bab 100 - Weakness
101 Bab 101 - May be I Missing You
102 Bab 102 - You're Mine!
103 Bab 103 - Takut
104 Bab 104 - Peri Cintaku
105 Bab 105 - Mrs. Keenan
106 Bab 106 - Still life
107 Bab 107 - Sweet
108 Bab 108 - Mantra Cinta
109 Bab 109 - Mimpi Buruk!
110 Bab 110 - Praduga
111 Bab 111 - Cuek
112 Bab 112 - At my Worst
113 Bab 113 - Janji Setia
114 Bab 114 - Let your inner out!
115 Bab 115 - Terbongkar!
116 Bab 116 - Kejam kah?!
117 Bab 117 - Zoom
118 Bab 118 - Drugs!
119 Bab 119 - Puzzle
120 Bab 120 - Di belakang ku...
121 Bab 121 - Breath of Life
122 Bab 122 - Cahaya Cinta
123 Bab 123 - Menutupi Kenyataan
124 Bab 124 - Salah Sangka!!
125 Bab 125 - Piony
126 Bab 126 - Day by Day
127 Bab 127 - Feeling Guilty
128 Bab 128 - Calon Mantu
129 Bab 129 - I Know
130 Bab 130 - The Ring!
131 Bab 131 - Fall in Love
132 Bab 132 - Stop it !!
133 Bab 133 - Lil-Psych
134 Bab 134 - Preparation!
135 Bab 135 - Battle (1)
136 Bab 136 - Battle (2)
137 Bab 137 - Battle (3)
138 Bab 138 - Pengorbanan
139 Bab 139 - Caught!
140 Bab 140 - Hopeless
141 Bab 141 - Someone You Loved!
142 Bab 142 - Dirty Trash
143 Bab 143 - Loving you is a losing game!
144 Bab 144 - Tell Me Goodbye!
145 Bab 145 - Good Vibes
146 Bab 146 - Love is so Mean...
147 Bab 147 - Kamu untuk Selamanya.
148 Bab 148 - Bonus Chapther_Sending Message!
149 PROMOSI : Naluna-Dua Cinta Satu Hati
150 PROMOSI : SAVAGE LOVE
151 CS FARAH & KEENAN
Episodes

Updated 151 Episodes

1
01 - Sekretaris Angkuh
2
02 - Pertengkaran
3
03 - Sekali Pakai
4
04 - Jebakan Manis
5
05 - Tarik Ulur
6
06 - Kecurigaan
7
07 - Mulai Terbongkar
8
08 - Rencana Mengejar Cinta
9
09 - Wanita yang Sama
10
10 - Merusuh
11
11 - Luka yang Dirindukan
12
12 - Kesuksesan Besar
13
13 - Hasrat Terpendam
14
14 - I'm Obsessed
15
15 - Maukah jadi Pacarku?
16
16 - Lets not Fall in Love
17
17 - Sosok Pengintai
18
18 - Babak Awal Kesepakatan Kita
19
19 - Benih Kecemburuan
20
20 - Keputusasaan
21
21 - Kamu, Rumahku...
22
22 - Hancurnya Sebuah Rasa
23
23 - Kembali Merajut Asa
24
24 - Secercah Harapan
25
25 - Menikah Kilat
26
26 - Kalah Telak
27
27 - Kebahagian Singkat dari Sebuah Pernikahan Kilat
28
28 - Bermain Petak Umpet
29
29 - Terluka Lebih Dalam
30
30 - Sedikit Lagi, kenyataannya...
31
31 - Pertikaian dari Berbagai Arah
32
32 - Pertemuan Tidak Terduga.
33
33 - Penculikan atau—
34
34 - Antara Cinta & Ambisi
35
35 - Cemburu
36
36 - Bisikan Racun di Kantor
37
37 - Cinta yang Terasa Semu
38
38 - Penuh Emosional
39
Bab 39 - Tuduhan
40
Bab 40 - Pukulan Telak
41
Bab 41 - Prasangka
42
Bab 42 - Let's not Fall in Love
43
Bab 43 - Playing Victim
44
Bab 44 - LOSER!
45
Bab 45 - Identitas
46
Bab 46 - I'm Sorry but I Love U
47
Bab 47 - Blue
48
Bab 48 - Risalah Hati
49
Bab 49 - Fear
50
Bab 50 - Resurrecting Queen
51
Bab 51 - Karma di bayar kontan!
52
Bab 52 - Epic Comeback
53
Bab 53 - That XX!
54
Bab 54 - Stupid Liar
55
Bab 55 - Only Look @ Me
56
Bab 56 - Skandal
57
Bab 57 - Lies
58
Bab 58 - Melawan Restu
59
Bab 59 - Bad News
60
Bab 60 - FxxK it!
61
Bab 61 - Wedding Dress
62
Bab 62 - I'm a Good Girl!
63
Bab 63 - Number #1
64
Bab 64 - GARA GARA Go!
65
Bab 65 - Let's talk about Love
66
Bab 66 - Bukan Cinderella
67
Bab 67 - Bad boy
68
Bab 68 - Black
69
Bab 69 - Surprise!
70
Bab 70 - Serendipity
71
Bab 71 - Quality Time
72
Bab 72 - Cafe
73
Bab 73 - Happy but not Ending
74
Bab 74 - VIP
75
Bab 75 - Time to Love
76
Bab 76 - Mr and Mrs
77
Bab 77 - Jaringan Hitam
78
Bab 78 - Stay Tonight
79
Bab 79 - Monster
80
Bab 80 - Snapping
81
Bab 81 - Gotta Go
82
Bab 82 - Untitled
83
Bab 83 - 1, 2, 3!
84
Bab 84 - but Tonight I'm fuckin U!
85
Bab 85 - Baby Good Night!
86
Bab 86 - Tanda Cinta
87
Bab 87 - Cemburu Ph.3
88
Bab 88 - Seperti yang Kau minta.
89
Bab 89 - Terluka tapi tak berdarah!
90
Bab 90 - Garis Dua
91
Bab 91 - No Going Back!
92
Bab 92 - Croocked
93
Bab 93 - Last Farewell
94
Bab 94 - Knock Out
95
Bab 95 - Sober
96
Bab 96 - Coffee
97
Bab 97 - Bullsh*t
98
Bab 98 - Kesempatan Kedua
99
Bab 99 - Girlfriends
100
Bab 100 - Weakness
101
Bab 101 - May be I Missing You
102
Bab 102 - You're Mine!
103
Bab 103 - Takut
104
Bab 104 - Peri Cintaku
105
Bab 105 - Mrs. Keenan
106
Bab 106 - Still life
107
Bab 107 - Sweet
108
Bab 108 - Mantra Cinta
109
Bab 109 - Mimpi Buruk!
110
Bab 110 - Praduga
111
Bab 111 - Cuek
112
Bab 112 - At my Worst
113
Bab 113 - Janji Setia
114
Bab 114 - Let your inner out!
115
Bab 115 - Terbongkar!
116
Bab 116 - Kejam kah?!
117
Bab 117 - Zoom
118
Bab 118 - Drugs!
119
Bab 119 - Puzzle
120
Bab 120 - Di belakang ku...
121
Bab 121 - Breath of Life
122
Bab 122 - Cahaya Cinta
123
Bab 123 - Menutupi Kenyataan
124
Bab 124 - Salah Sangka!!
125
Bab 125 - Piony
126
Bab 126 - Day by Day
127
Bab 127 - Feeling Guilty
128
Bab 128 - Calon Mantu
129
Bab 129 - I Know
130
Bab 130 - The Ring!
131
Bab 131 - Fall in Love
132
Bab 132 - Stop it !!
133
Bab 133 - Lil-Psych
134
Bab 134 - Preparation!
135
Bab 135 - Battle (1)
136
Bab 136 - Battle (2)
137
Bab 137 - Battle (3)
138
Bab 138 - Pengorbanan
139
Bab 139 - Caught!
140
Bab 140 - Hopeless
141
Bab 141 - Someone You Loved!
142
Bab 142 - Dirty Trash
143
Bab 143 - Loving you is a losing game!
144
Bab 144 - Tell Me Goodbye!
145
Bab 145 - Good Vibes
146
Bab 146 - Love is so Mean...
147
Bab 147 - Kamu untuk Selamanya.
148
Bab 148 - Bonus Chapther_Sending Message!
149
PROMOSI : Naluna-Dua Cinta Satu Hati
150
PROMOSI : SAVAGE LOVE
151
CS FARAH & KEENAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!