Dengan berani Nina beranjak dari kantor atasannya. Namun sayangnya, langkah kakinya terhenti saat tangan Hanssel mencengkram cepat pergelangan tangannya. Tak perlu waktu lama, pria besar itu juga menarik tubuh Nina dalam dekapannya.
Deg!
‘Aku tidak percaya jika Nina tidak menyukaiku. Apa kurangnya aku? Aku tampan dan kaya kebanyakan semua mengejarku! Kita lihat saja…’
Hanssel menaikan senyum sinis di depan wajah Nina yang terlihat terbelalak sejenak. Kedua mata mereka saling beradu pandang dalam diam. Lewat kacamata besarnya, Nina baru menyadari ternyata manik mata Hanssel bening berwarna coklat. Alis yang tersusun rapi serta tebal, bahkan bulu matanya jauh lebih lentik milik tuannya dibanding miliknya yang memerlukan maskara dan alat penjepit bulu mata agar terlihat lebih indah. Kulit wajah yang mulus tanpa ada bulu-bulu halus hinggap disana. Tanpa sadar saat ini Nina menelan salivanya.
‘Astaga Dragon! Gue baru sadar makhluk Tuhan paling absurd di depanku ini memiliki ukiran sempurna yang tuhan ciptakan. Dia tidak kalah adorable dari Lee Min Ho gue!!’ batin Nina memuji atasannya yang tidak pernah mau menyentuhnya seperti sekarang. ‘Pantesan ciwi-ciwi ngantri buat dimainin cowo sejenis dia!! Ya ampun Karennina... Cepatlah sadar, lu jelek lu cukup nyadar diri!!’
Hanssel menyadari bahwa dirinya tengah diperhatikan sekretaris bar-barnya, dia semakin besar kepala melebarkan senyuman di wajah tampannya. Tanpa disadarinya juga ternyata wajah natural Nina dengan kacamata pengganggu itu membuat debaran jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.
“Hanssel, Sayaaang!”
Suara nyaring Nancy yang merupakan pacar Hanssel membuyarkan adegan romantis yang tengah tercipta saat ini.
Nina tersadar dari fantasi liarnya dan mendorong Hanssel dengan kuat.
Bruk!
Tubuh Hanssel terdorong hingga ujung meja. Dia mendengus kesal sudah dua hari setiap dia beradegan mesra selalu ada orang yang mengganggunya.
"Heh!!” Nancy begitu cemburu melihat apa yang tengah dilakukan sekretaris pacarnya. “Wanita tidak tahu diri! Jadi— kamu mulai menunjukkan sifat aslimu, hah?” Gadis itu segera mencerca dan mendekat ke arah dimana Nina berdiri sekarang. “Kamu ternyata ja-lang!!”
Hanssel tak urung melerai pacarnya menghina sekretaris kepercayaannya. ‘Kamu mendapat gelar Ratu Antagonis di perusahaan selama ini. Jadi— ini akan semakin menarik, Karennina…’
Nina menoleh dingin ke arah Nancy yang sudah siap menjambak rambutnya. Dengan lihai Nina merubah posisi tempatnya berdiri membuat keseimbangan tubuh Nancy terganggu dan tersungkur di lantai.
“Arrh! Kamu kurang ajar, ja-lang!!” pekik Nancy semakin hilang muka di hadapan kekasih yang merupakan tambang emasnya.
“Kamu bebas menghinaku, yang jelas aku tidak ingin membuang waktu dengan orang sepertimu…” Nina kembali meneruskan langkah kakinya dengan santai keluar ruangan.
Hanssel mengusap dagunya dengan wajah yang nyaris terpesona pada sosok wanita kuno yang kini mulai menerima atensinya.
“Hanssel, Sayang… Lihat kelakuan sekretaris bar-barmu itu!!” Nancy bangkit dengan membuang rasa malunya di hadapan pria yang sudah jadi kekasihnya selama sebulan ini. “Bukankah Sayang seharusnya menghukum wanita kuno itu?” rutuk Nancy kembali tidak terima dengan sikap semena-mena Nina.
“Heh—” Hanssel terkekeh sinis kembali mengitari meja menuju kursi kebesarannya. “Seingatku, hari ini tepat satu bulan hubungan kita, bukan?” Hanssel menatap dingin manik mata Nancy yang tercekat seketika.
“Kamu cukup baik saat bersamaku, aku cukup terhibur.” Hanssel menarik satu buku ceknya. “Tapi, hari ini kamu cukup berani membuat keributan di hadapanku!”
Hanssel merobek kertas cek di hadapan Nancy yang sudah terlihat berwajah pucat. “Hans, Sayang… M-maafkan aku… Aku tidak—”
“Keluarlah!” titah Hanssel dingin tidak seperti biasanya.
Tuuut!
“Iya, Pak?” sahut Nina segera di balik teleponnya.
“Kamu beritahu Agency X, Nancy akan memerankan pemeran antagonis utama di film terbaru yang disutradarai pihak x. Katakan aku yang menjaminnya, tapi— aku tidak ingin melihat wajahnya lagi di hadapanku!”
“Dimengerti, Pak!”
Tuuut!
Nina segera memutus sambungan, di tempatnya, wanita itu tersenyum sinis menggelengkan kepala. Hal itu memang sudah bukan jadi yang pertama. Dia sudah terbiasa juga melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan pemutusan wanita penghibur atasannya.
“Heh— ingin mendapatkan pekerjaan dengan mudah tanpa usaha keras, jalannya sungguh menjijikkan. Apa artis-artis ini tidak ada satupun dari mereka yang bisa mengatakan diri mereka suci? Cuih…” gumam Nina lirih segera menghubungi pihak terkait atas perintah atasannya.
Bruuuk!
Nancy kembali terjatuh lemas di lantai, hancur sudah harapan akan mimpinya memiliki pacar seorang pria yang memiliki kuasa di kotanya. “M-maafkan aku, Hans… Aku berjanji aku akan—”
“Aku tidak ingin mengatakan perintahku untuk kedua kalinya. Apa kamu mau aku seret paksa keluar dari sini?” Mata Hanssel menatap tajam seolah tengah mengoyak jantung Nancy tanpa perlu menyentuhnya.
“Aarh!” Ini pertama kalinya Nancy melihat sikap arogan mantan kekasih atau sugar daddynya. “B-baik, saya mengerti… Saya pamit undur diri, terima kasih atas kemurahan hati anda, Tuan Hanssel!” Nancy bangkit dengan bergetar, dia juga tidak lupa mengambil cek yang diberikan Hans sebagai bentuk kompensasi atas pekerjaan Nancy menghibur pria itu selama ini.
Gadis itu bergegas keluar dari ruangan, sebelum benar-benar menghilang dari lantai teratas gedung Adamson Grup, Nancy sempat menatap lekat ke arah ruangan sekretaris khusus Hanssel Adamson. ‘Cih, ternyata benar… Semua yang pernah jadi mainan Hanssel selalu memperingatiku akan eksistensi sekretarisnya yang ternyata musuh dalam selimut!’
Nina menoleh ke arah luar, dia tidak sengaja bertatapan dengan Nancy yang menatapnya penuh permusuhan. Dengan tak gentar Nina justru menyeringai senang ke arahnya. ‘Bye…’
***
Waktu berjalan dengan cepat, seolah apa yang terjadi sebelumnya tidak pernah ada. Nina kembali bangkit dan melangkahkan kaki menuju ruangan bosnya.
Tok… Tok… Tok…
“Masuk!”
“Sore, Tuan!” Nina membuka perlahan pintu ruangan dan mendatangi tuannya. “Sore ini Presidir Lee Hi sudah berada dalam perjalanan menuju kantor. Sebaiknya anda melakukan persiapan untuk menyambutnya segera,”
Hanssel dengan kesadaran penuh menghentikan aktivitas pekerjaannya, dia menatap ke arah Nina yang membuatnya mengembangkan senyuman lebarnya. “Iya, bawel!”
“Cih,” Nina mengumpat sejenak dan segera berbalik badan keluar dari sana.
Hanssel menggelengkan kepala dengan kekehan, jujur saja, Hanssel tidak seperti kebanyakan CEO yang terlihat dingin dan angkuh di hadapan sekretarisnya. Keadaannya justru berbanding terbalik, pria itu akan terlihat pasrah akan perintah sekretarisnya.
Keduanya memiliki perbedaan usia hanya selisih dua tahun. Namun, umur Nina sendiri jauh lebih tua dari Hanssel. Beruntungnya, wajah cantik Nina menutupi usia yang sebenarnya. Lagi pula, Nina memiliki gaya hidup yang sempurna, tak heran jika penampilan aslinya memang jauh lebih muda dari usianya.
Beberapa waktu kemudian Nina juga Hanssel sudah keluar dari ruang teratas menuju salah satu ruang meeting di lantai bawah.
“Selamat sore, Tuan Ron…” sambut Hanssel langsung mengulurkan tangannya.
“Hans!” sambut tuan Ron dengan senyuman lebar serta menyambut jabat tangan Hanssel.
Gelak tawa terdengar saat keduanya tanpa basa-basi membahas lelucon saat dalam perjalanan menuju ruangan.
Dengan sigap Nina juga asisten khusus tuannya mempersiapkan hal apa saja yang akan digunakan untuk meeting mereka.
“Jadi— bagaimana keputusannya, Tuan Ron?” tanya Hans berusaha mengakhiri diskusi bisnis mereka yang berjalan sedikit melambat. Mereka sudah menghabiskan waktu satu jam di dalam ruangan.
“Hm… Sejujurnya saya setuju saja. Mengenai alokasi dana juga peruntukan serta pemilihan supplier bahan baku, tidak ada masalah bagiku… Tapi—”
Mendadak keadaan sedikit memanas, entah apa yang salah. Hans merasa akan terjadi sesuatu yang tidak terduga kedepannya.
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Toko john 125
OMG, Lee Min Ho tandingannya 😍😍😍,, aw,, aw,, aw,, 😂😂😂
2023-06-09
1