13 - Hasrat Terpendam

Ocehan Jimmy yang menggemaskan membuat haru kedua orang dewasa itu. Mereka saling melempar senyum, berbagi canda, dan menikmati kehangatan yang jarang mereka rasakan. Suasana apartemen malam itu begitu hangat, seolah luka-luka lama mereka perlahan mulai terobati.

Setelah mengganti pakaian tidur, Nina kembali ke ruang tengah. Ia mengenakan piyama santai dengan rambut yang sudah dikeringkan. Wajahnya tampak segar dan berseri.

"Kamu mau minum apa?" tanya Nina sambil berjalan ke dapur.

"Apa saja, yang penting bukan racun," jawab Rangga sambil terkekeh. Ia masih duduk di sofa, bercerita pelan pada Jimmy yang memeluk erat boneka barunya.

Nina mengulum senyum. Ia menyiapkan minuman hangat dan beberapa kudapan ringan. Sambil menunggu air mendidih, ia juga menyiapkan makan malam karena perutnya mulai lapar. Dua puluh menit kemudian, semuanya telah siap.

Ia melongok ke ruang tengah dan melihat Jimmy sudah terlelap di sofa sambil memeluk Teddy Bear kesayangannya.

"Tidur ya?" bisik Nina.

"Ssttt..." Rangga mengangguk pelan, takut membangunkan bocah itu.

"Aku bawa ke kamar, ya?" tanyanya lagi.

Nina mengangguk dan membukakan pintu kamarnya. Dengan hati-hati Rangga menggendong tubuh mungil Jimmy dan menidurkannya. Setelah memastikan Jimmy tertidur pulas, ia menutup pintu dan kembali ke ruang makan.

Nina sudah menata mangkuk nasi dan sepiring beef teriyaki di atas meja.

"Maaf ya, cuma sempat masak ini," ujarnya sambil duduk di seberangnya.

"Aku justru suka. Ini favoritku," kata Rangga tulus. Ia berdoa sejenak sebelum mulai makan.

"Terima kasih," tambahnya setelah menyantap suapan pertama. Ia lalu meneguk air mineral hingga tandas. "Perfekto as always!"

"Di Inggris aku beneran kangen banget sama masakanmu," ucapnya dengan ekspresi serius.

"Salah sendiri ngejar S2 ke sana," gurau Nina sambil meneguk minumannya.

"Namanya juga pelarian. Galau ditinggal nikah sama orang yang disayang, padahal dia nggak pernah bales perasaan itu," ujarnya setengah sarkas.

Nina terkekeh geli. "Rangga... Maaf. Aku nggak tahu kenapa... tapi aku selalu merasa nyaman sama kamu."

"Ya ya ya... Welcome to the Friend Zone!" Rangga memutar bola matanya dan pura-pura kesal, meski hatinya diam-diam senang bisa menghabiskan waktu seperti ini bersama Nina.

"Marathon drakor?"

"Kamu mau menginap di sini?"

"Boleh emang?"

"Idih, kayak baru pertama aja bro!" ujar Nina sambil merapikan bekas makan malam mereka.

Rangga tersenyum simpul dan ikut membantu. Memang sejak masa kuliah mereka di AS, Rangga sering main ke tempat Nina, kakak kelasnya yang terkenal bukan hanya cantik dan pintar, tapi juga jago masak. Keduanya tinggal bersebelahan waktu itu, dan dari situlah Rangga mulai jatuh hati diam-diam. Namun perasaannya hanya bisa dipendam selama bertahun-tahun.

Kini mereka duduk bersama di ruang tengah, memutar film pendek sambil bersandar di sofa. Rangga sedikit mendekat, tapi Nina tidak merasa risih. Entah kenapa, dia selalu menganggap Rangga seperti bocah manis. Bahkan sesekali dia gemas sendiri dan mencubit pipi pria tampan itu.

"Huh!" desah Rangga tiba-tiba, membuat Nina menoleh.

"Kenapa bro?"

"Kamu bisa pake kamar depan itu, kalau mau tidur duluan..."

"Gimana kalau kita tidur bareng aja?" goda Rangga sambil menyengir.

Nina mendelik geli. "Apaan sih?!" serunya sambil melempar bantal kecil ke arah wajah Rangga. Namun dengan cepat Rangga menangkap lengannya.

Nina terdiam sejenak. Tubuhnya perlahan ditarik jatuh ke sofa, namun dia tidak melawan. Ada satu bagian dari dirinya yang merasa, mungkin jika dia membuka sedikit pintu untuk Rangga, mereka bisa membangun chemistry yang selama ini terasa menggantung. Nina tahu, terlalu banyak kebaikan yang Rangga berikan. Namun untuk mencintainya, dia belum sanggup. Hatinya masih terikat pada luka lama.

Rangga menatap wajah Nina yang kini berada di bawahnya. Nafas mereka mulai memburu. Dengan tangan gemetar, Rangga menyentuh pipi Nina, lalu mengusap lembut rambutnya. Dia menelan salivanya, menahan getaran gugup di dadanya.

"Kak..." bisiknya lirih.

Nina memejamkan mata, bibirnya sedikit terbuka, dan detik berikutnya bibir mereka bersentuhan. Ringan dan lembut. Ragu di awal, namun kemudian Nina membalasnya. Lambat laun ciuman mereka berubah dalam. Nina membuka mulut Rangga dengan bibirnya, memainkan lidah, dan membuat pria polos itu terhanyut dalam rasa yang baru pertama kali ia alami bersama wanita yang selama ini hanya bisa ia kagumi dari kejauhan.

Ketegangan mulai naik. Ada sesuatu yang menegang, tapi bukan argumen politik. Rangga terdiam sejenak, menahan instingnya, lalu menarik diri perlahan. Matanya menatap Nina penuh keraguan dan gentleness.

"Maaf... aku takut kehilangan kamu kalau ini terlalu cepat," ucapnya pelan.

Nina menatapnya tanpa kata. Dalam hatinya, ada satu titik yang baru saja luluh.

Tapi apakah ia siap membuka hati... atau hanya memberi harapan kosong?

Malam itu, tanpa mereka sadari, benih cinta baru mulai tumbuh. Namun, seperti drama Korea favorit mereka, cinta itu tidak akan berjalan mulus.

"Aku akan menikahimu duluan!!!"

Dengan cepat, Rangga menjauh dari tubuh Nina. Wajahnya merah padam, seperti kepiting rebus yang dilempar ke air mendidih. Sesuatu yang menonjol di bawah sana membuatnya mati gaya. Nina yang melihat ekspresi gugup nan panik itu malah terbahak.

"HAHAHAHA! Ya ampun, Rangga!" Nina nyaris terjatuh saking geli dan tidak menyangka pria itu bisa sekaku itu dalam situasi seperti ini.

Dengan wajah penuh malu dan hasrat yang sudah di ujung batas, Rangga melesat menuju kamar mandi. Pintu kamar mandi ditutupnya dengan suara menggelegar.

BRAAAK!

Nina masih terkikik geli, tetapi dalam tawanya, ada rasa hangat yang sulit dijelaskan.

"Terima kasih, Rangga..." bisiknya lirih, seakan hanya ia dan udara malam yang mendengarnya.

Rangga yang masih di balik pintu sempat membalikkan tubuhnya sebelum menutup rapat. Matanya tajam menatap Nina.

"Jangan harap aku akan melepaskanmu, Karennina!"

Nina menggeleng pelan sambil tersenyum. Lalu ia beranjak ke lemari, mengambil handuk bersih, dan mengetuk pintu kamar mandi.

Tok... Tok... Tok...

"Rangga, ini handuknya..."

Pintu terbuka sedikit, hanya cukup untuk sebuah tangan menjulur ke luar. Rangga mengambil handuk itu, namun sebelum ia menariknya, tangan Nina menahan dan menggenggamnya erat.

"Terima kasih... karena kamu tidak menyapu bersih harga diriku." Ucap Nina dengan suara pelan tapi sarat makna.

Pegangan Rangga mengerat, tangannya terasa hangat di telapak Nina.

"Aku dididik untuk jadi pria baik-baik... Aku sangat mencintaimu, Nina. Aku nggak akan menyentuhmu sebelum waktunya."

Dan entah dari mana datangnya, satu tetes air mata jatuh tanpa izin dari sudut mata Nina.

"Terima kasih..." Bisiknya lagi, kali ini dengan suara yang lebih rapuh.

***

Pagi harinya, Nina mengajukan cuti tiga hari lewat aplikasi chat kantor. Ia berencana mencari tempat penitipan anak untuk Jimmy dan sekaligus memulai proses mencari pengasuh pribadi. Bersama Rangga, ia juga menyebarkan pengumuman melalui media sosial.

Tring!

Notifikasi pesan masuk membuat Nina mendesah kesal.[Ada urusan apa sampai kamu perlu cuti 3 hari? Bukankah jadwal pekerjaan kita sedang padat?]

Pesan dari Hanssel, atasannya, terdengar seperti bentakan virtual. Nina langsung mengerutkan kening dan menggerutu dalam hati.

“Sial... bos sedeng!” gumamnya spontan.

Rangga yang duduk di dekatnya langsung menoleh. “Kenapa kamu?”

“Bos gue nggak ngasih cuti! Padahal, dia sendiri yang ngatur jadwal kerja kayak orang dikejar setan!”

Rangga terkekeh, mencoba meredakan suasana. “Udah, nggak usah stres. Serahin aja Jimmy ke aku dulu.”

“Lho, maksudmu?”

“Aku bisa jagain Jimmy. Kantorku fleksibel, dan kalau lagi sibuk, sekretarisku bisa bantu. Lagipula, aku bisa ajak dia ke ruang kerja. Jimmy kan anak yang manis.”

Nina menggeleng cepat. “Eh... jangan, Rangga. Masa aku malah ngerepotin kamu segala?”

Tiba-tiba, suara kecil ikut menyela pembicaraan mereka.

“MAU IBU... Aku mau sama Om Rangga aja. Biar ibu kerja dengan tenang.”

Mereka berdua sontak menoleh ke arah Jimmy yang duduk tenang sambil memeluk bonekanya. Ekspresi Nina berubah jadi tak percaya.

“Siapa yang ngajarin kamu ngomong kayak gitu?” tanya Nina sambil berjalan mendekati putranya.

Jimmy menunduk pelan, dan Nina langsung bersimpuh di hadapannya.

“Maafin ibu ya, sayang. Ibu nggak bermaksud bikin kamu sedih... Tapi kalau kamu memang nyaman sama Om Rangga, ibu akan lebih tenang menitipkan kamu padanya.”

Jimmy mengangguk. Mereka berpelukan sejenak sebelum Nina kembali duduk untuk membalas pesan dari Hanssel. Namun sebelum tangannya menyentuh layar ponsel, pertanyaan mengejutkan keluar dari mulut Jimmy.

“Om... boleh nggak aku panggil Papa?”

Rangga melongo beberapa detik. “Benarkah?!!”

“Om MAU BANGET!!!”

Nina menghentikan gerak jarinya. Tatapannya kini terpaku pada dua orang yang tengah larut dalam percakapan menggemaskan.

"Kamu bilang seperti itu... Tapi kupikir kamu lebih cocok jadi kakaknya Jimmy, Rangga.”

Nina mencoba mengalihkan, setengah menggoda.Jimmy menggeleng. “Enggak... Aku nggak suka Papa Erick. Dia jahat... Dia usir ibu!”

Tubuh Nina bergetar mendengar kalimat polos itu. Ada rasa perih yang menyelinap di dada.

Rangga langsung mengusap kepala bocah itu lembut. “Kamu benar. Dia nggak pantas jadi papamu.”

“Kamu tenang ya, mulai sekarang Papa Rangga bakal bikin kamu bahagia! Tapi... boleh nggak, Papa Rangga beneran jadi papa kamu dan hidup sama ibu?”

"Rangga..." suara Nina lirih namun mengandung peringatan.

Ia bangkit dari duduknya dan menatap Rangga dalam-dalam. “Kamu kelewat batas,” ujarnya pelan tapi tegas.

Rangga menatap Nina dengan sorot serius, tidak gentar sedikit pun. “Aku serius, Nina. Dan aku tahu ini bukan saat yang tepat. Tapi... izinkan aku jadi rumah buat kalian berdua.”

"Huh!" Nina mendesah sambil memeluk tas kerjanya.

"Anakmu aja restuin loh," celetuk Rangga dengan nada menggoda.

Nina melirik sekilas ke arah Jimmy, lalu mengangguk kecil.

"Jimmy, kamu boleh memanggilnya Papa Rangga, tapi dia belum boleh tinggal bareng kita, oke?"

"Oke, Ibu!" sahut Jimmy ceria.

"Baik-baik ya sama Papa Rangga... Ibu berangkat kerja dulu."

"Hati-hati, Ibu!"

Jimmy mencium tangan Nina, lalu mereka berpelukan singkat seperti biasa sebelum perpisahan. Momen yang singkat tapi hangat.

Rangga berdiri di belakang mereka sambil menyaksikan, lalu berujar, "Sepertinya kamu butuh mobil sendiri, ya?"

Nina mengangguk sambil menarik napas panjang. "Iya, mungkin nanti sepulang kerja aku akan lihat-lihat. Capek juga terus-terusan ngandelin taksi online."

"Maaf ya, Rangga. Aku jadi nyusahin kamu terus..." ucap Nina sambil menepuk bahu pria itu lembut.

Rangga mendekat sedikit, lalu membisik, "Aku cuma minta bayaran kayak semalam aja..."

"BUUUG!!"

Sebuah pukulan ringan mendarat di lengan Rangga.Mereka tertawa bersamaan. Tak lama, suara klakson dari bawah terdengar.

"Taksiku udah datang. Aku pergi dulu, ya..."

"Hati-hati, Nina."

Nina melangkah keluar dari apartemennya dengan senyum kecil, merasa lebih ringan walau hari belum dimulai sepenuhnya.

Bersambung…

Episodes
1 01 - Sekretaris Angkuh
2 02 - Pertengkaran
3 03 - Sekali Pakai
4 04 - Jebakan Manis
5 05 - Tarik Ulur
6 06 - Kecurigaan
7 07 - Mulai Terbongkar
8 08 - Rencana Mengejar Cinta
9 09 - Wanita yang Sama
10 10 - Merusuh
11 11 - Luka yang Dirindukan
12 12 - Kesuksesan Besar
13 13 - Hasrat Terpendam
14 14 - I'm Obsessed
15 15 - Maukah jadi Pacarku?
16 16 - Lets not Fall in Love
17 17 - Sosok Pengintai
18 18 - Babak Awal Kesepakatan Kita
19 19 - Benih Kecemburuan
20 20 - Keputusasaan
21 21 - Kamu, Rumahku...
22 22 - Hancurnya Sebuah Rasa
23 23 - Kembali Merajut Asa
24 24 - Secercah Harapan
25 25 - Menikah Kilat
26 26 - Kalah Telak
27 27 - Kebahagian Singkat dari Sebuah Pernikahan Kilat
28 28 - Bermain Petak Umpet
29 29 - Terluka Lebih Dalam
30 30 - Sedikit Lagi, kenyataannya...
31 31 - Pertikaian dari Berbagai Arah
32 32 - Pertemuan Tidak Terduga.
33 33 - Penculikan atau—
34 34 - Antara Cinta & Ambisi
35 35 - Cemburu
36 36 - Bisikan Racun di Kantor
37 37 - Cinta yang Terasa Semu
38 38 - Penuh Emosional
39 Bab 39 - Tuduhan
40 Bab 40 - Pukulan Telak
41 Bab 41 - Prasangka
42 Bab 42 - Let's not Fall in Love
43 Bab 43 - Playing Victim
44 Bab 44 - LOSER!
45 Bab 45 - Identitas
46 Bab 46 - I'm Sorry but I Love U
47 Bab 47 - Blue
48 Bab 48 - Risalah Hati
49 Bab 49 - Fear
50 Bab 50 - Resurrecting Queen
51 Bab 51 - Karma di bayar kontan!
52 Bab 52 - Epic Comeback
53 Bab 53 - That XX!
54 Bab 54 - Stupid Liar
55 Bab 55 - Only Look @ Me
56 Bab 56 - Skandal
57 Bab 57 - Lies
58 Bab 58 - Melawan Restu
59 Bab 59 - Bad News
60 Bab 60 - FxxK it!
61 Bab 61 - Wedding Dress
62 Bab 62 - I'm a Good Girl!
63 Bab 63 - Number #1
64 Bab 64 - GARA GARA Go!
65 Bab 65 - Let's talk about Love
66 Bab 66 - Bukan Cinderella
67 Bab 67 - Bad boy
68 Bab 68 - Black
69 Bab 69 - Surprise!
70 Bab 70 - Serendipity
71 Bab 71 - Quality Time
72 Bab 72 - Cafe
73 Bab 73 - Happy but not Ending
74 Bab 74 - VIP
75 Bab 75 - Time to Love
76 Bab 76 - Mr and Mrs
77 Bab 77 - Jaringan Hitam
78 Bab 78 - Stay Tonight
79 Bab 79 - Monster
80 Bab 80 - Snapping
81 Bab 81 - Gotta Go
82 Bab 82 - Untitled
83 Bab 83 - 1, 2, 3!
84 Bab 84 - but Tonight I'm fuckin U!
85 Bab 85 - Baby Good Night!
86 Bab 86 - Tanda Cinta
87 Bab 87 - Cemburu Ph.3
88 Bab 88 - Seperti yang Kau minta.
89 Bab 89 - Terluka tapi tak berdarah!
90 Bab 90 - Garis Dua
91 Bab 91 - No Going Back!
92 Bab 92 - Croocked
93 Bab 93 - Last Farewell
94 Bab 94 - Knock Out
95 Bab 95 - Sober
96 Bab 96 - Coffee
97 Bab 97 - Bullsh*t
98 Bab 98 - Kesempatan Kedua
99 Bab 99 - Girlfriends
100 Bab 100 - Weakness
101 Bab 101 - May be I Missing You
102 Bab 102 - You're Mine!
103 Bab 103 - Takut
104 Bab 104 - Peri Cintaku
105 Bab 105 - Mrs. Keenan
106 Bab 106 - Still life
107 Bab 107 - Sweet
108 Bab 108 - Mantra Cinta
109 Bab 109 - Mimpi Buruk!
110 Bab 110 - Praduga
111 Bab 111 - Cuek
112 Bab 112 - At my Worst
113 Bab 113 - Janji Setia
114 Bab 114 - Let your inner out!
115 Bab 115 - Terbongkar!
116 Bab 116 - Kejam kah?!
117 Bab 117 - Zoom
118 Bab 118 - Drugs!
119 Bab 119 - Puzzle
120 Bab 120 - Di belakang ku...
121 Bab 121 - Breath of Life
122 Bab 122 - Cahaya Cinta
123 Bab 123 - Menutupi Kenyataan
124 Bab 124 - Salah Sangka!!
125 Bab 125 - Piony
126 Bab 126 - Day by Day
127 Bab 127 - Feeling Guilty
128 Bab 128 - Calon Mantu
129 Bab 129 - I Know
130 Bab 130 - The Ring!
131 Bab 131 - Fall in Love
132 Bab 132 - Stop it !!
133 Bab 133 - Lil-Psych
134 Bab 134 - Preparation!
135 Bab 135 - Battle (1)
136 Bab 136 - Battle (2)
137 Bab 137 - Battle (3)
138 Bab 138 - Pengorbanan
139 Bab 139 - Caught!
140 Bab 140 - Hopeless
141 Bab 141 - Someone You Loved!
142 Bab 142 - Dirty Trash
143 Bab 143 - Loving you is a losing game!
144 Bab 144 - Tell Me Goodbye!
145 Bab 145 - Good Vibes
146 Bab 146 - Love is so Mean...
147 Bab 147 - Kamu untuk Selamanya.
148 Bab 148 - Bonus Chapther_Sending Message!
149 PROMOSI : Naluna-Dua Cinta Satu Hati
150 PROMOSI : SAVAGE LOVE
151 CS FARAH & KEENAN
Episodes

Updated 151 Episodes

1
01 - Sekretaris Angkuh
2
02 - Pertengkaran
3
03 - Sekali Pakai
4
04 - Jebakan Manis
5
05 - Tarik Ulur
6
06 - Kecurigaan
7
07 - Mulai Terbongkar
8
08 - Rencana Mengejar Cinta
9
09 - Wanita yang Sama
10
10 - Merusuh
11
11 - Luka yang Dirindukan
12
12 - Kesuksesan Besar
13
13 - Hasrat Terpendam
14
14 - I'm Obsessed
15
15 - Maukah jadi Pacarku?
16
16 - Lets not Fall in Love
17
17 - Sosok Pengintai
18
18 - Babak Awal Kesepakatan Kita
19
19 - Benih Kecemburuan
20
20 - Keputusasaan
21
21 - Kamu, Rumahku...
22
22 - Hancurnya Sebuah Rasa
23
23 - Kembali Merajut Asa
24
24 - Secercah Harapan
25
25 - Menikah Kilat
26
26 - Kalah Telak
27
27 - Kebahagian Singkat dari Sebuah Pernikahan Kilat
28
28 - Bermain Petak Umpet
29
29 - Terluka Lebih Dalam
30
30 - Sedikit Lagi, kenyataannya...
31
31 - Pertikaian dari Berbagai Arah
32
32 - Pertemuan Tidak Terduga.
33
33 - Penculikan atau—
34
34 - Antara Cinta & Ambisi
35
35 - Cemburu
36
36 - Bisikan Racun di Kantor
37
37 - Cinta yang Terasa Semu
38
38 - Penuh Emosional
39
Bab 39 - Tuduhan
40
Bab 40 - Pukulan Telak
41
Bab 41 - Prasangka
42
Bab 42 - Let's not Fall in Love
43
Bab 43 - Playing Victim
44
Bab 44 - LOSER!
45
Bab 45 - Identitas
46
Bab 46 - I'm Sorry but I Love U
47
Bab 47 - Blue
48
Bab 48 - Risalah Hati
49
Bab 49 - Fear
50
Bab 50 - Resurrecting Queen
51
Bab 51 - Karma di bayar kontan!
52
Bab 52 - Epic Comeback
53
Bab 53 - That XX!
54
Bab 54 - Stupid Liar
55
Bab 55 - Only Look @ Me
56
Bab 56 - Skandal
57
Bab 57 - Lies
58
Bab 58 - Melawan Restu
59
Bab 59 - Bad News
60
Bab 60 - FxxK it!
61
Bab 61 - Wedding Dress
62
Bab 62 - I'm a Good Girl!
63
Bab 63 - Number #1
64
Bab 64 - GARA GARA Go!
65
Bab 65 - Let's talk about Love
66
Bab 66 - Bukan Cinderella
67
Bab 67 - Bad boy
68
Bab 68 - Black
69
Bab 69 - Surprise!
70
Bab 70 - Serendipity
71
Bab 71 - Quality Time
72
Bab 72 - Cafe
73
Bab 73 - Happy but not Ending
74
Bab 74 - VIP
75
Bab 75 - Time to Love
76
Bab 76 - Mr and Mrs
77
Bab 77 - Jaringan Hitam
78
Bab 78 - Stay Tonight
79
Bab 79 - Monster
80
Bab 80 - Snapping
81
Bab 81 - Gotta Go
82
Bab 82 - Untitled
83
Bab 83 - 1, 2, 3!
84
Bab 84 - but Tonight I'm fuckin U!
85
Bab 85 - Baby Good Night!
86
Bab 86 - Tanda Cinta
87
Bab 87 - Cemburu Ph.3
88
Bab 88 - Seperti yang Kau minta.
89
Bab 89 - Terluka tapi tak berdarah!
90
Bab 90 - Garis Dua
91
Bab 91 - No Going Back!
92
Bab 92 - Croocked
93
Bab 93 - Last Farewell
94
Bab 94 - Knock Out
95
Bab 95 - Sober
96
Bab 96 - Coffee
97
Bab 97 - Bullsh*t
98
Bab 98 - Kesempatan Kedua
99
Bab 99 - Girlfriends
100
Bab 100 - Weakness
101
Bab 101 - May be I Missing You
102
Bab 102 - You're Mine!
103
Bab 103 - Takut
104
Bab 104 - Peri Cintaku
105
Bab 105 - Mrs. Keenan
106
Bab 106 - Still life
107
Bab 107 - Sweet
108
Bab 108 - Mantra Cinta
109
Bab 109 - Mimpi Buruk!
110
Bab 110 - Praduga
111
Bab 111 - Cuek
112
Bab 112 - At my Worst
113
Bab 113 - Janji Setia
114
Bab 114 - Let your inner out!
115
Bab 115 - Terbongkar!
116
Bab 116 - Kejam kah?!
117
Bab 117 - Zoom
118
Bab 118 - Drugs!
119
Bab 119 - Puzzle
120
Bab 120 - Di belakang ku...
121
Bab 121 - Breath of Life
122
Bab 122 - Cahaya Cinta
123
Bab 123 - Menutupi Kenyataan
124
Bab 124 - Salah Sangka!!
125
Bab 125 - Piony
126
Bab 126 - Day by Day
127
Bab 127 - Feeling Guilty
128
Bab 128 - Calon Mantu
129
Bab 129 - I Know
130
Bab 130 - The Ring!
131
Bab 131 - Fall in Love
132
Bab 132 - Stop it !!
133
Bab 133 - Lil-Psych
134
Bab 134 - Preparation!
135
Bab 135 - Battle (1)
136
Bab 136 - Battle (2)
137
Bab 137 - Battle (3)
138
Bab 138 - Pengorbanan
139
Bab 139 - Caught!
140
Bab 140 - Hopeless
141
Bab 141 - Someone You Loved!
142
Bab 142 - Dirty Trash
143
Bab 143 - Loving you is a losing game!
144
Bab 144 - Tell Me Goodbye!
145
Bab 145 - Good Vibes
146
Bab 146 - Love is so Mean...
147
Bab 147 - Kamu untuk Selamanya.
148
Bab 148 - Bonus Chapther_Sending Message!
149
PROMOSI : Naluna-Dua Cinta Satu Hati
150
PROMOSI : SAVAGE LOVE
151
CS FARAH & KEENAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!