Lets Not Fall In Love
Halooo reader terSayang Aku Gak?
Mohon maaf, buku ini dalam proses perbaikan atau revisi. Dari segi perubahan typo atau menghilangkan alur yang tidak dibutuhkan. Terima kasih atas kunjungan dan apresiasinya, semoga terhibur ❤️
*✿❀ Lets not Fall in Love ❀✿*
"Tuan, Nona Nancy mengunjungi anda."
Seorang Presdir dari sebuah perusahaan multinasional di ibu kota menoleh pada suara sekretarisnya. Pagi hari ini terlihat cerah, meski demikian Direktur Utama Adamson Group sudah terlihat masam di tengah banyaknya berkas yang harus segera ia verifikasi segera.
“Hm…”
Pria nomor satu di kantor itu merespon angkuh sekretarisnya. Pria itu bernama lengkap Hanssel Adamson. Putra satu-satunya dan juga penerus dari keluarga besar Adamson. Di tengah kesibukannya, dia selalu dikunjungi oleh wanita kencan yang selalu berbeda di tiap bulannya. Bagi pria tampan nan kaya itu, wanita adalah baju sekali pakai, jika sudah bosan, maka bisa diganti kapanpun sesuka hatinya.
“Hansseeel, Sayaaang!” Suara pekikan nyaring yang terdengar menggelikan mulai memecah keheningan. “Aku bawakan makan siang!”
Hanssel tersenyum miring menanggapi wanita kencannya itu. Pria itu memperhatikan sekilas tampilan wanita kencannya kali ini.
Nancy adalah wanita kencan Hanssel yang kesekian. Dia adalah seorang artis pendatang baru yang membutuhkan dukungan kuat agar bisa dilirik oleh media untuk memuluskan jalannya menjadi artis papan atas. Salah satu upayanya adalah dengan menjadi kekasih Hanssel, pria itu memiliki pengaruh kuat dalam industri hiburan.
Tanpa rasa malu, gadis itu duduk langsung di pangkuan pria nomor satu di AG, sekretarisnya sudah sangat terbiasa. Dia lantas berbalik badan dan keluar dari ruangan tuannya.
“Mmm, aaah, Hanssel… Kamu nakal!” seru kekasih Hanssel manja saat bibir pria itu mulai mengecup perlahan leher jenjangnya.
Tak berapa lama, sekretarisnya kembali datang dengan dingin dan angkuh membuka pintu begitu saja. “Maaf Tuan, saya mengingatkan anda kembali.”
Hanssel menatap sinis sekretarisnya yang paling tahu membuyarkan kesenangan.
“Anda memiliki janji temu dengan petinggi LeeHi jam satu ini, jadi— persiapkanlah!”
“Cih, kamu paling tahu menghentikan kesenanganku!” tukas Hanssel kesal mendorong kekasihnya.
Sekretarisnya hanya menaikan bahu merespon ketidaksukaan atasannya. Tak lama, dia kembali keluar ruangan dengan dingin seperti biasa.
Nama sekretaris Presdir Adamson Group adalah Karennina, atau akrab disapa Nina bagi yang mengenalnya dekat. Namun, tidak ada satupun orang yang menyukai Nina di kantor mereka. Dia terkenal dengan sebutan Ratu Antagonis di perusahaan. Wanita mandiri itu telah bekerja selama dua tahun, satu-satunya sekretaris AG yang bisa bertahan sampai sejauh ini. Tidak ada yang bisa menggertak bahkan mengintimidasinya, sekelas Hanssel Adamson sendiri tidak berani melawan titahnya, pria besar itu paling takluk pada sekretaris kejamnya itu.
“Kamu pulang lah, aku banyak kerjaan!” usir Hanssel pada teman kencannya.
“Iish, aku baru saja sampai!” keluh Nancy tidak terima. “Aku beneran gak suka sama Sekretaris kamu itu!”
Bagi Nancy yang sudah menjalin hubungan sebulan lamanya dengan Hanssel, sekretarisnya adalah ancaman terbesar dalam ikatan hubungan mereka. Apapun yang dikatakan Nina pasti selalu dikerjakan Hanssel seolah-olah wanita itu adalah pemegang kendalinya.
“Kamu itu atasannya, kenapa dia berani mengaturmu?” protesnya kembali dengan nada penuh kekesalan.
“Sudahlah, kamu tahu sendiri. Dia adalah kaki tanganku… Semua urusan perusahaan, dia yang paling tahu!” Hanssel bangkit menegaskan jasnya dan berlalu mendahului Nancy keluar dari ruangannya.
“Cih…” umpat Nancy kesal berkacak pinggang. “Apa bagusnya Si Karennina itu!!”
“Dia wanita jelek, kuno, gak ngerti fashion! Bagaimana bisa wanita buruk rupa itu bisa jadi sekretaris Presdir selama dua tahun berturut-turut?” Nancy menatap tajam ke arah ruangan Nina yang terlihat dari tempatnya. Setelahnya gadis itu pergi meninggalkan ruangan dengan penuh kekesalan.
***
“Semoga kerjasama kita berjalan lancar!” Hanssel bangkit mengulurkan tangannya yang disambut hangat oleh tuan Ron atau rekan bisnisnya yang merupakan Presdir Lee Hi Group.
“Ya, senang bekerja sama dengan anda, Tuan Hanssel!” sambutnya ramah. “Sungguh, yang memenangkan atas kesepakatan kita adalah sekretarismu, Hanssel!”
Hanssel menoleh pada Nina yang terlihat tersenyum canggung mendengar pujian kolega bisnisnya.
“Aku tidak tahu, ada sekretaris yang tahu persis cara melayani pelanggan dengan baik.” pujinya lagi. “Terima kasih bingkisannya, aku tidak pernah merasa memberitahu siapapun apa makanan kesukaanku, haha!” Pria separuh baya itu terbahak membuat keadaan menghangat.
“Hanya sebuah kebetulan yang menguntungkan,” ucap Nina lirih menundukkan tubuhnya.
Hanssel semakin menatap takjub ke arah sekretarisnya yang lagi-lagi selalu mendapatkan pujian dari seluruh kolega bisnisnya. Bukan tanpa alasan mengapa Hanssel atau Adamson Group mempertahankan Nina. Semua karena dibawah arahan Nina, AG bisa semakin melebarkan sayapnya seperti sekarang.
‘Seandainya saja rupa Nina secantik kebanyakan Sekretaris lainnya, mungkin dia semakin sempurna…’ batin Hanssel tiba-tiba memikirkan hal personal dari sekretarisnya. ‘Aku sungguh tidak percaya bisa tahan dengan penampilannya ini. Sudah hampir dua tahun, sungguh sebuah prestasi!’
Hanssel terlalu sibuk memperhatikan sekretarisnya sampai mengabaikan obrolan dengan koleganya. Tuan Ron menaikan sudut bibirnya. “Apa anda juga kebingungan bagaimana sekretaris anda ini begitu cemerlang?”
“Eh?” Hanssel tersadar, dia menoleh pada koleganya. “M-maksud, anda?”
“Kamu menyukai Nina?”
“Tidak!!”
Dengan cepat keduanya menjawab serentak, mereka menoleh bertatapan sejenak kemudian memekik bersamaan. Tuan Ron kembali terbahak puas, tak lama perjamuan pun berjalan lancar dan kembali ke tempatnya masing-masing.
Di dalam mobil, Hanssel begitu kesal oleh ulah sekretarisnya yang hampir mencoreng nama baiknya. Bagaimana mungkin dia bisa menyukai wanita yang bukan tipenya.
“Apa jadwalku selanjutnya?” tanya Hanssel terdengar kesal.
“Tidak ada!” sahut Nina dingin.
“Seriously?”
“Ya— anda sudah meminta saya meng-arrange ulang di minggu depan.”
Hanssel mengerucut masam atas penjelasan Nina yang datar. “Bagaimana bisa?”
“Anda seorang Presdir yang masih tergolong muda, lebih muda dari saya. Tapi—”
“Mau kamu apa, Nina?!” sungut Hanssel menyela.
“Anda sungguh pikun!”
Di kursi belakang Hanssel sudah mengeluarkan asap bersiap mencekik sekretarisnya.
“Makin aku baikin, kamu makin ngelunjak, Karennina!” umpat Hanssel kesal dan gelisah di bangkunya.
“Heh—” Nina menyeringai dingin. “Anda lupa, sebelumnya anda bilang kosongkan jadwal di minggu ini. Teman anda Rangga Adyatama akan datang ke Indo!” Karennina begitu tenang di kursinya, tidak seperti tuannya yang sungguh kekanak-kanakkan di kursi belakang.
Hanssel cengengesan, dia menggaruk kepalanya yang jelas tidak gatal itu. “Sorry—”
“Hm!”
Hanssel kembali menegaskan rahangnya mendengar respon Nina yang dingin. “Ehm— Nina, malam ini kamu temani aku ya?”
Nina menoleh menatap bosnya dengan tatapan kebingungan. “Maksud anda?”
Hanssel terlihat mencurigakan dengan gerakan tangannya yang gelisah. “Tadi siang, kamu sudah merusak kesenanganku!”
“Apa hubungannya denganku?”
Hanssel menatap takjub pada sekretarisnya. “Kamu yang harus menggantikannya!”
Nina menyeringai penuh makna mengerti kemana arah pembicaraan tuannya. “Baiklah…”
“Hah?” Hanssel tidak percaya akan jawaban sekretarisnya yang datar begitu saja, mulutnya bahkan terbuka lebar beberapa saat. “Serius?”
Nina tidak menjawab, Hanssel terdiam termenung dengan ide konyolnya barusan. ‘Wanita ini memang bukan tipeku. Tapi— sepertinya ada kesenangan lain saat dia mulai menunjukkan jati dirinya seperti ini.’
‘Cih, kamu ternyata berpura-pura tidak tertarik padaku. Setelah dua tahun berlalu, kamu baru sadar. Aku pria tampan dan kaya, siapa yang bisa melewatkan pesonaku?’ Hanssel bermonolog dalam benaknya, dia terlihat tengah senyum-senyum sendiri membayangkan hal konyol apa yang akan dilakukan Nina di mansionnya.
Hanssel kembali dibawa mengingat pertama kali sekretarisnya itu bekerja untuknya. Wanita yang jauh lebih tua tiga tahun darinya itu memiliki style fashion yang kuno. Dengan kaca mata tebal dan rambut yang selalu diikat kebelakang semakin membuat Hanssel tidak berselera rasanya. Jika bukan karena Kareninna merupakan gadis yang pintar dan lulusan dari universitas luar, mungkin Hanssel sudah mendepak Nina dari posisi sekretarisnya.
Lamunan Hanssel buyar saat Nina menyuruh supir menepikan mobil mereka di halte bus yang sudah terlihat.
“Kamu ngapain?” tanya Hanssel penasaran. “Kan aku bilang kamu ikut denganku ke mansion!” sambungnya geram.
Nina tersenyum culas menatap bosnya. “Aku perlu membersihkan diri dan aku juga harus berpenampilan lain, bukan?”
Hanssel membuka mulutnya saat Nina dengan berani mengatakan hal tersebut. ‘Sepertinya perkiraan cuaca menunjukkan akan datang badai sebentar lagi’
***
Mansion Beverly Hill, 07.00 PM.
Waktu bergulir dengan cepat, terdengar bunyi bel pintu di sebuah mansion yang tak lain milik Presdir Adamson Group. Pria itu bergegas mendekati pintu dengan perasaan yang campur aduk, tidak seperti biasanya. “Bagaimana bisa aku sungguh menantikannya. Apa mungkin dia akan menunjukan tampilan aslinya?”
Hanssel membuka pintu dengan wajah dinginnya. “Siapa kamu?”
“S-selamat malam, Tuan!” sapa seorang wanita yang terlihat masih muda di depan mata Hanssel. “Saya dipesan untuk menemani anda malam ini.” Gadis itu terlihat gugup dan menunduk saat aura dingin Hanssel keluar dari seluruh tubuhnya.
“Siapa yang menyuruhmu?”
“Ehm– anu— saya juga tidak tahu, pokoknya saya—”
“Pergilah!” Hanssel kembali berbalik badan dan menutup pintu dengan kesal.
Hanssel mengeratkan genggaman tangannya. “Karenninaaa!!”
Disisi lain, orang yang membuat ulah pada tuannya tengah menyeringai puas. “Kamu ingin mengerjaiku, Hanssel? Hahaha… Kamu masih bau kencur!”
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Aunty
bru mulai baca ni kak
2024-06-04
1
Putri Lubiis
,
2022-12-20
1
Putri Lubiis
.
2022-12-14
1