12 - Kesuksesan Besar

"Kamu harus tenang, aku pikir Jimmy tahu kebenarannya." Rangga berbisik lembut, mencoba menenangkan Nina yang tampak gemetar menahan gejolak batinnya.

Nina hanya mengangguk, tak sanggup bicara. Matanya sembab, namun tekadnya bulat.

"Erick, sesuai perjanjian kita... kamu menyetujuinya, bukan?" Suara Nina akhirnya keluar, penuh ketegasan.

"Apa-apaan ini?!" bentak Nyonya Besar Shin, menghentakkan tongkatnya ke lantai.

"Karennina! Kamu bukan lagi bagian dari keluarga Shin! Untuk apa kamu datang kembali ke sini?!"

"Karena aku IBU dari Jimmy!" tegas Nina dengan nada bergetar, namun penuh keberanian.

"Kau gagal menjadi istri! Bahkan kau tak pantas disebut ibu! Jimmy adalah penerus keluarga Shin, bukan milikmu!!" seru Nyonya besar, nyaris menjerit karena amarahnya.

Erick berusaha menenangkan, "Ma... Sudahlah. Semua sudah berlalu. Lagian... kalau bukan karena perusahaan Nina dulu, kita tidak akan punya apa-apa saat ini."

"ERICK SHIN!!!" Nyonya besar melotot, lalu dramatis menekan dadanya, berpura-pura kehilangan kesadaran. "Aku... aku tidak kuat...!"

"MAMAAAA!!!" Soraya berteriak panik sambil menopang tubuh mertuanya yang pura-pura limbung.

Erick ikut sigap. Keduanya membantu sang mama duduk, menciptakan pemandangan keluarga dramatis ala sinetron murahan.

Sementara itu, Rangga diam-diam mendekati Jimmy yang berdiri bingung di pojok ruangan.

"Hey... boleh kita kenalan?" tanyanya lembut.

Jimmy mengangguk malu-malu. "Boleh, Om..."

"Om ini teman ibumu. Dia sering cerita tentang kamu, tahu? Katanya... kamu adalah segalanya untuk dia."

Deg!

Air mata Nina yang sejak tadi menggantung akhirnya jatuh berderai. Ia tak mampu lagi menahan gejolak itu. Dengan tubuh bergetar, ia jatuh bersimpuh merentangkan kedua tangannya.

Tanpa ragu, Jimmy berlari secepat yang dia bisa dan langsung memeluk ibunya dengan tangisan pecah. Pelukan itu erat, seperti tak ingin dipisahkan lagi oleh siapa pun.

"Ibu... Ibu minta maaf, nak... Ibu kurang berjuang keras untuk merebutmu kembali... Tapi mulai sekarang, Ibu nggak akan pernah biarin kamu jauh lagi."

"Jimmy kangen ibu... Jimmy mau tinggal sama ibu aja... Jangan kirim aku balik ke rumah itu lagi!"

Lalu, suara polos Jimmy memecah udara. "Omma dan mami Soraya jahat padaku... Mereka sering bilang aku anak pembawa sial..."

JEDEERRR!!!

Bagaikan bom yang meledak di tengah ruangan.

Nina menggigil. Matanya terbelalak, marah, sedih, dan terluka dalam satu waktu.

"Mulai saat ini kamu tinggal dengan ibu..."

Jimmy mengangguk senang, Nina melengkungkan senyumnya. Di saat orang-orang masih sibuk dengan pingsannya Nyonya Besar, Nina telah membawa Jimmy pergi.

"Rangga, aku serahkan sisanya padamu."

"Aku benar-benar sangat berterima kasih padamu..."

"Kita bertemu di apartemenku esok ya..."

"Iya..." Rangga terharu melihat pertemuan ibu dan anak barusan. Ia tidak bisa berkata banyak. Justru kini dia tengah memperingatkan Nina agar segera pergi dari tempat itu dan membawa Jimmy pulang ke tempat aman.

Tanpa basa-basi, Nina membawa Jimmy ke bandara dan meninggalkan Bali secepatnya. Rangga mengurus sisanya dengan keluarga Shin, sesuai rencana yang telah mereka susun sejak pertemuan di kamarnya tempo hari.

"Di mana Jimmy?!!" Soraya panik.

"Dia berada dengan orang yang tepat!!" jawab Rangga dingin.

"Erick Shin, berikut surat panggilan pengadilan... Karennina resmi menggugat hak asuh anaknya. Minggu depan kamu harus hadir di pengadilan di ibu kota untuk mengikuti semua proses hukum."

Tanpa basa-basi, Rangga meletakkan map coklat di atas meja, lalu melangkah pergi dari hadapan keluarga Shin.

"APAAA??!!" pekik Soraya, tidak terima.

Bukan karena ia menyayangi Jimmy, melainkan karena kehilangan Jimmy berarti kehilangan alat tekan untuk memeras Nina di masa depan.

"Sudahlah, Soraya... Kita sedang membutuhkan suntikan dana untuk perusahaan yang tengah krisis."

"Rangga menawariku penawaran yang bagus... Bukankah anak itu berguna? Menukarnya dengan kesehatan likuiditas perusahaan, kita tidak rugi, malah untung."

Erick mencoba menjelaskan dengan nada gemetar. Meski selama ini ia kejam, darah dagingnya sendiri tak seharusnya diperlakukan sebagai barang tukar demi kekuasaan dan uang. Terlebih, ia dan Soraya belum juga dikaruniai anak hingga kini.

Aku tidak menyangka bisa kembali bertemu Nina. Dia bahkan terlihat lebih cantik dari terakhir kali aku mengusirnya...

Erick membuka dan membaca berkas panggilan dari pengadilan. Ada getaran aneh dalam hatinya. Mungkin, itu adalah penyesalan. Atau perasaan yang selama ini dia tekan dan pura-pura tidak ada. Wanita itu, Nina, pernah menjadi istrinya. Pernah menjadi bagian dari hidupnya selama setahun penuh.

Aku sangat emosi saat tahu keluargamu menghina keluargaku, Nina. Semua ini tentu karena ulahmu! Jika saja keluargamu tidak angkuh memandang rendah aku dan keluarga kecilku, mungkin kita masih bisa berbahagia sampai detik ini...

***

Disisi lain…

"Putar balik!!" pekik Hanssel tiba-tiba, membuat Farell, sang sopir, menoleh cepat ke arah spion.

"Tuan?" tanya Farell heran.

Hanssel gelisah, duduknya tak tenang sejak tadi. Seharusnya kini mereka sudah hampir sampai di bandara. Namun, bayangan wajah Nina terus menari di kepalanya, memukul hatinya dengan rasa sesal yang tak berujung.

"Cepat! Kembali ke hotel sebelumnya!"

"B-Baik, Tuan!"

Mobil segera berbalik arah, melaju cepat ke hotel tempat mereka menginap sebelumnya. Sesampainya di lobby, Hanssel langsung turun tanpa menunggu pintu dibukakan. Langkahnya panjang dan terburu-buru. Namun, baru beberapa meter berjalan, dia berpapasan dengan Rangga.

"Lah, lu masih di sini, bro?" tanya Rangga, heran melihat sahabatnya muncul kembali.

"Ada urusan sebentar," jawab Hanssel singkat, matanya menyapu sekeliling.

"Lu pulang sekarang?"

"Yoi," sahut Rangga santai.

"Tunggu di situ!" teriak Hanssel sambil terus berjalan menuju resepsionis.

Rangga mengernyit bingung, namun menuruti permintaan itu. Hanssel segera menghampiri meja resepsionis, nadanya tergesa dan mendesak.

"Tamu atas nama Karennina... Dia masih di sini?"

Resepsionis memeriksa data sejenak, lalu menjawab sopan, "Maaf, Tuan. Ibu Karennina sudah check-out satu jam yang lalu."

BRAK!

Hanssel tanpa sadar menggebrak meja. Wajahnya penuh frustasi. Resepsionis terkejut, namun tak berani berkata apa-apa.

"Sial..." desis Hanssel pelan, lalu memutar badan dan kembali menghampiri Rangga.

Rangga yang baru selesai menerima panggilan telepon, langsung menyapa, "Udah beres urusan lu?"

"Udah," jawab Hanssel dengan nada hambar.

"Gua juga udah, langsung mau cabut. Fokus sidang di Jakarta."

"Balik bareng aja, deh," ujar Hanssel lesu.

Rangga menatapnya heran, "Lah... Emang kerjaan lu di sini udah kelar?"

"Kelar... Tapi ya sudahlah."

Mereka berjalan berdampingan menuju mobil yang terparkir di depan. Obrolan mereka terdengar seperti percakapan biasa, tapi aura yang terpancar dari Hanssel sangat berbeda.

"Nyampe Jakarta langsung ke Mo ya. Ajak anak-anak sekalian," ucap Rangga lagi.

Hanssel mengangguk lesu.

"Eh... Naga-naganya lu lagi patah hati ya?!" ejek Rangga sambil menyenggol bahu sahabatnya.

"Pria Casanova kayak lu mana kenal sama yang namanya patah hati ya nggak sih?! Hahahaha!"

"B*ngke lu!" Hanssel mengumpat pelan, kesal.

Dalam hati, Hanssel mencengkram kuat emosi yang mendidih.

Tunggu aku, Nina... Kita belum selesai. Aku akan pastikan kamu menyesal karena pernah membuatku merasa seperti ini. Kamu akan datang padaku... Berlutut dan memohon... Aku bersumpah itu akan terjadi...

Senja di balik kaca mobil tak seindah biasanya. Bagi Hanssel, hanya awan mendung yang kini bergulung di dadanya.

***

Hanssel telah berada di apartemennya. Setelah sampai di bandara, dia dan Rangga memilih berpisah. Niat awalnya adalah minum di bar, namun Hanssel membatalkannya dengan alasan lelah. Meski alasan sesungguhnya adalah karena perasaan yang benar-benar kacau akibat ulah sekertaris pribadinya yang kini menghantui pikirannya.

"SIAAAALAN!!"

PRAAANG!

Gelas wine di tangannya melayang menghantam lantai, pecah berantakan. Amarahnya belum reda. Dengan kesal, Hanssel menyuruh Farell merapikan kekacauan di ruang tamu sebelum akhirnya dia pergi ke suatu tempat dengan langkah cepat dan penuh emosi.

Sedangkan di apartemen lain, Nina tengah bersuka cita.

"Sayang, kamu sudah bersih..."

Dengan penuh kasih, Nina memakaikan piyama tidur untuk putranya. Masih tak percaya bahwa kini Jimmy benar-benar bersamanya kembali. Setibanya di ibu kota, Nina langsung mengajak Jimmy membeli semua keperluannya. Pakaian, sepatu, tas, topi, hingga aksesoris lain yang membuat mata si kecil berbinar.

"Sekarang giliran ibu mandi ya, kamu tunggu dulu nonton TV."

"Baik, Ibu..." jawab Jimmy patuh dan manis.

Nina tersenyum dan menciumi kedua pipi anaknya dengan rasa syukur dan bahagia yang tak bisa disembunyikan.

Ting... Tong...

Bel pintu berbunyi, membuat Jimmy menolehkan kepala kecilnya.

"Ibuu, ada tamu... Perlu aku bukakan?"

"Buka aja sayang, mungkin Om Rangga," sahut Nina dari dalam kamar mandi.

"Baik, Ibu!"

Jimmy segera berlari kecil menuju pintu. Saat pintu terbuka...

"Halo..."

"WOOAAAH! Mr. Teddy Big Bear!!!" pekik Jimmy dengan mata membulat penuh takjub.

Rangga muncul dari balik boneka teddy bear raksasa, menyembunyikan wajahnya di balik kepala boneka itu.

"Kamu suka?" tanya Rangga sambil tersenyum.

"SUKAAAA!!" Jimmy langsung memeluk erat boneka yang ukurannya hampir dua kali tubuh mungilnya.

Rangga tertawa melihat ekspresi bahagia itu.

"Boleh Om masuk?" tanyanya, menyadari belum mendapat izin dari tuan rumah cilik.

"Oh iya, Om! Maaf, Jimmy keasyikan peluk Teddy!"

"It's okay. Kamu bisa coba menggendongnya."

"I can't!!" Jimmy mencoba melingkarkan tangannya, namun terlalu kecil untuk merangkul seluruh tubuh boneka.

"Kamu bisa seret kalau mau. Atau Om bantu bawa masuk?"

"Okaaay!"

Keduanya tertawa dan masuk ke dalam. Tak lama, suara pintu kamar mandi terbuka.

Nina keluar hanya berbalut kimono handuk, rambutnya masih tertutup handuk kering. Rangga terdiam. Matanya tak berkedip menatap Nina, yang tampak memesona dalam kesederhanaan itu. Saliva terasa sulit ditelan.

"Ibu, lihat! Om Rangga bawa boneka raksasa buat aku! Om Rangga baik banget!!" seru Jimmy sambil menunjuk hadiah barunya.

Nina melongo sebentar, takjub melihat ukuran boneka itu. "Beuh... gede banget!"

"Sampai jam berapa? Udah makan?" tanyanya santai, seolah tak menyadari tatapan Rangga yang sedang freeze mode.

"Ehem... Baru sampai 30 menit lalu," jawab Rangga, berusaha menguasai diri dan duduk di sofa tanpa menunjukkan rasa canggung.

"Sudah bilang terima kasih belum?" tanya Nina pada putranya.

"Oh iya!"

Jimmy kembali memeluk Rangga dengan penuh semangat.

"Thank you so much, Uncle!! You're my favorite person after my mom!"

Rangga tersenyum lebar. Hatinya terasa hangat. Untuk pertama kalinya dalam waktu lama, dia merasa benar-benar dihargai dan dibutuhkan.

Bersambung…

Episodes
1 01 - Sekretaris Angkuh
2 02 - Pertengkaran
3 03 - Sekali Pakai
4 04 - Jebakan Manis
5 05 - Tarik Ulur
6 06 - Kecurigaan
7 07 - Mulai Terbongkar
8 08 - Rencana Mengejar Cinta
9 09 - Wanita yang Sama
10 10 - Merusuh
11 11 - Luka yang Dirindukan
12 12 - Kesuksesan Besar
13 13 - Hasrat Terpendam
14 14 - I'm Obsessed
15 15 - Maukah jadi Pacarku?
16 16 - Lets not Fall in Love
17 17 - Sosok Pengintai
18 18 - Babak Awal Kesepakatan Kita
19 19 - Benih Kecemburuan
20 20 - Keputusasaan
21 21 - Kamu, Rumahku...
22 22 - Hancurnya Sebuah Rasa
23 23 - Kembali Merajut Asa
24 24 - Secercah Harapan
25 25 - Menikah Kilat
26 26 - Kalah Telak
27 27 - Kebahagian Singkat dari Sebuah Pernikahan Kilat
28 28 - Bermain Petak Umpet
29 29 - Terluka Lebih Dalam
30 30 - Sedikit Lagi, kenyataannya...
31 31 - Pertikaian dari Berbagai Arah
32 32 - Pertemuan Tidak Terduga.
33 33 - Penculikan atau—
34 34 - Antara Cinta & Ambisi
35 35 - Cemburu
36 36 - Bisikan Racun di Kantor
37 37 - Cinta yang Terasa Semu
38 38 - Penuh Emosional
39 Bab 39 - Tuduhan
40 Bab 40 - Pukulan Telak
41 Bab 41 - Prasangka
42 Bab 42 - Let's not Fall in Love
43 Bab 43 - Playing Victim
44 Bab 44 - LOSER!
45 Bab 45 - Identitas
46 Bab 46 - I'm Sorry but I Love U
47 Bab 47 - Blue
48 Bab 48 - Risalah Hati
49 Bab 49 - Fear
50 Bab 50 - Resurrecting Queen
51 Bab 51 - Karma di bayar kontan!
52 Bab 52 - Epic Comeback
53 Bab 53 - That XX!
54 Bab 54 - Stupid Liar
55 Bab 55 - Only Look @ Me
56 Bab 56 - Skandal
57 Bab 57 - Lies
58 Bab 58 - Melawan Restu
59 Bab 59 - Bad News
60 Bab 60 - FxxK it!
61 Bab 61 - Wedding Dress
62 Bab 62 - I'm a Good Girl!
63 Bab 63 - Number #1
64 Bab 64 - GARA GARA Go!
65 Bab 65 - Let's talk about Love
66 Bab 66 - Bukan Cinderella
67 Bab 67 - Bad boy
68 Bab 68 - Black
69 Bab 69 - Surprise!
70 Bab 70 - Serendipity
71 Bab 71 - Quality Time
72 Bab 72 - Cafe
73 Bab 73 - Happy but not Ending
74 Bab 74 - VIP
75 Bab 75 - Time to Love
76 Bab 76 - Mr and Mrs
77 Bab 77 - Jaringan Hitam
78 Bab 78 - Stay Tonight
79 Bab 79 - Monster
80 Bab 80 - Snapping
81 Bab 81 - Gotta Go
82 Bab 82 - Untitled
83 Bab 83 - 1, 2, 3!
84 Bab 84 - but Tonight I'm fuckin U!
85 Bab 85 - Baby Good Night!
86 Bab 86 - Tanda Cinta
87 Bab 87 - Cemburu Ph.3
88 Bab 88 - Seperti yang Kau minta.
89 Bab 89 - Terluka tapi tak berdarah!
90 Bab 90 - Garis Dua
91 Bab 91 - No Going Back!
92 Bab 92 - Croocked
93 Bab 93 - Last Farewell
94 Bab 94 - Knock Out
95 Bab 95 - Sober
96 Bab 96 - Coffee
97 Bab 97 - Bullsh*t
98 Bab 98 - Kesempatan Kedua
99 Bab 99 - Girlfriends
100 Bab 100 - Weakness
101 Bab 101 - May be I Missing You
102 Bab 102 - You're Mine!
103 Bab 103 - Takut
104 Bab 104 - Peri Cintaku
105 Bab 105 - Mrs. Keenan
106 Bab 106 - Still life
107 Bab 107 - Sweet
108 Bab 108 - Mantra Cinta
109 Bab 109 - Mimpi Buruk!
110 Bab 110 - Praduga
111 Bab 111 - Cuek
112 Bab 112 - At my Worst
113 Bab 113 - Janji Setia
114 Bab 114 - Let your inner out!
115 Bab 115 - Terbongkar!
116 Bab 116 - Kejam kah?!
117 Bab 117 - Zoom
118 Bab 118 - Drugs!
119 Bab 119 - Puzzle
120 Bab 120 - Di belakang ku...
121 Bab 121 - Breath of Life
122 Bab 122 - Cahaya Cinta
123 Bab 123 - Menutupi Kenyataan
124 Bab 124 - Salah Sangka!!
125 Bab 125 - Piony
126 Bab 126 - Day by Day
127 Bab 127 - Feeling Guilty
128 Bab 128 - Calon Mantu
129 Bab 129 - I Know
130 Bab 130 - The Ring!
131 Bab 131 - Fall in Love
132 Bab 132 - Stop it !!
133 Bab 133 - Lil-Psych
134 Bab 134 - Preparation!
135 Bab 135 - Battle (1)
136 Bab 136 - Battle (2)
137 Bab 137 - Battle (3)
138 Bab 138 - Pengorbanan
139 Bab 139 - Caught!
140 Bab 140 - Hopeless
141 Bab 141 - Someone You Loved!
142 Bab 142 - Dirty Trash
143 Bab 143 - Loving you is a losing game!
144 Bab 144 - Tell Me Goodbye!
145 Bab 145 - Good Vibes
146 Bab 146 - Love is so Mean...
147 Bab 147 - Kamu untuk Selamanya.
148 Bab 148 - Bonus Chapther_Sending Message!
149 PROMOSI : Naluna-Dua Cinta Satu Hati
150 PROMOSI : SAVAGE LOVE
151 CS FARAH & KEENAN
Episodes

Updated 151 Episodes

1
01 - Sekretaris Angkuh
2
02 - Pertengkaran
3
03 - Sekali Pakai
4
04 - Jebakan Manis
5
05 - Tarik Ulur
6
06 - Kecurigaan
7
07 - Mulai Terbongkar
8
08 - Rencana Mengejar Cinta
9
09 - Wanita yang Sama
10
10 - Merusuh
11
11 - Luka yang Dirindukan
12
12 - Kesuksesan Besar
13
13 - Hasrat Terpendam
14
14 - I'm Obsessed
15
15 - Maukah jadi Pacarku?
16
16 - Lets not Fall in Love
17
17 - Sosok Pengintai
18
18 - Babak Awal Kesepakatan Kita
19
19 - Benih Kecemburuan
20
20 - Keputusasaan
21
21 - Kamu, Rumahku...
22
22 - Hancurnya Sebuah Rasa
23
23 - Kembali Merajut Asa
24
24 - Secercah Harapan
25
25 - Menikah Kilat
26
26 - Kalah Telak
27
27 - Kebahagian Singkat dari Sebuah Pernikahan Kilat
28
28 - Bermain Petak Umpet
29
29 - Terluka Lebih Dalam
30
30 - Sedikit Lagi, kenyataannya...
31
31 - Pertikaian dari Berbagai Arah
32
32 - Pertemuan Tidak Terduga.
33
33 - Penculikan atau—
34
34 - Antara Cinta & Ambisi
35
35 - Cemburu
36
36 - Bisikan Racun di Kantor
37
37 - Cinta yang Terasa Semu
38
38 - Penuh Emosional
39
Bab 39 - Tuduhan
40
Bab 40 - Pukulan Telak
41
Bab 41 - Prasangka
42
Bab 42 - Let's not Fall in Love
43
Bab 43 - Playing Victim
44
Bab 44 - LOSER!
45
Bab 45 - Identitas
46
Bab 46 - I'm Sorry but I Love U
47
Bab 47 - Blue
48
Bab 48 - Risalah Hati
49
Bab 49 - Fear
50
Bab 50 - Resurrecting Queen
51
Bab 51 - Karma di bayar kontan!
52
Bab 52 - Epic Comeback
53
Bab 53 - That XX!
54
Bab 54 - Stupid Liar
55
Bab 55 - Only Look @ Me
56
Bab 56 - Skandal
57
Bab 57 - Lies
58
Bab 58 - Melawan Restu
59
Bab 59 - Bad News
60
Bab 60 - FxxK it!
61
Bab 61 - Wedding Dress
62
Bab 62 - I'm a Good Girl!
63
Bab 63 - Number #1
64
Bab 64 - GARA GARA Go!
65
Bab 65 - Let's talk about Love
66
Bab 66 - Bukan Cinderella
67
Bab 67 - Bad boy
68
Bab 68 - Black
69
Bab 69 - Surprise!
70
Bab 70 - Serendipity
71
Bab 71 - Quality Time
72
Bab 72 - Cafe
73
Bab 73 - Happy but not Ending
74
Bab 74 - VIP
75
Bab 75 - Time to Love
76
Bab 76 - Mr and Mrs
77
Bab 77 - Jaringan Hitam
78
Bab 78 - Stay Tonight
79
Bab 79 - Monster
80
Bab 80 - Snapping
81
Bab 81 - Gotta Go
82
Bab 82 - Untitled
83
Bab 83 - 1, 2, 3!
84
Bab 84 - but Tonight I'm fuckin U!
85
Bab 85 - Baby Good Night!
86
Bab 86 - Tanda Cinta
87
Bab 87 - Cemburu Ph.3
88
Bab 88 - Seperti yang Kau minta.
89
Bab 89 - Terluka tapi tak berdarah!
90
Bab 90 - Garis Dua
91
Bab 91 - No Going Back!
92
Bab 92 - Croocked
93
Bab 93 - Last Farewell
94
Bab 94 - Knock Out
95
Bab 95 - Sober
96
Bab 96 - Coffee
97
Bab 97 - Bullsh*t
98
Bab 98 - Kesempatan Kedua
99
Bab 99 - Girlfriends
100
Bab 100 - Weakness
101
Bab 101 - May be I Missing You
102
Bab 102 - You're Mine!
103
Bab 103 - Takut
104
Bab 104 - Peri Cintaku
105
Bab 105 - Mrs. Keenan
106
Bab 106 - Still life
107
Bab 107 - Sweet
108
Bab 108 - Mantra Cinta
109
Bab 109 - Mimpi Buruk!
110
Bab 110 - Praduga
111
Bab 111 - Cuek
112
Bab 112 - At my Worst
113
Bab 113 - Janji Setia
114
Bab 114 - Let your inner out!
115
Bab 115 - Terbongkar!
116
Bab 116 - Kejam kah?!
117
Bab 117 - Zoom
118
Bab 118 - Drugs!
119
Bab 119 - Puzzle
120
Bab 120 - Di belakang ku...
121
Bab 121 - Breath of Life
122
Bab 122 - Cahaya Cinta
123
Bab 123 - Menutupi Kenyataan
124
Bab 124 - Salah Sangka!!
125
Bab 125 - Piony
126
Bab 126 - Day by Day
127
Bab 127 - Feeling Guilty
128
Bab 128 - Calon Mantu
129
Bab 129 - I Know
130
Bab 130 - The Ring!
131
Bab 131 - Fall in Love
132
Bab 132 - Stop it !!
133
Bab 133 - Lil-Psych
134
Bab 134 - Preparation!
135
Bab 135 - Battle (1)
136
Bab 136 - Battle (2)
137
Bab 137 - Battle (3)
138
Bab 138 - Pengorbanan
139
Bab 139 - Caught!
140
Bab 140 - Hopeless
141
Bab 141 - Someone You Loved!
142
Bab 142 - Dirty Trash
143
Bab 143 - Loving you is a losing game!
144
Bab 144 - Tell Me Goodbye!
145
Bab 145 - Good Vibes
146
Bab 146 - Love is so Mean...
147
Bab 147 - Kamu untuk Selamanya.
148
Bab 148 - Bonus Chapther_Sending Message!
149
PROMOSI : Naluna-Dua Cinta Satu Hati
150
PROMOSI : SAVAGE LOVE
151
CS FARAH & KEENAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!