Ruangan yang sebelumnya terasa hangat, sekarang mendadak memanas.
“Tuan Ron, apa ada hal yang tidak aku ketahui?” Hans mencoba memancing salah satu rekan bisnisnya.
“Haha—” Pria paruh baya yang dihormati itu mendadak terbahak saat melihat respon Hans yang berubah seketika. “Bagaimana aku menjelaskannya, ya? Nina— apa kamu memiliki ide?” Tuan Ron menoleh ke arah Nina memberikan isyarat pada gadis muda yang terlihat serius dengan agenda notulennya.
“Oh— ya, begini—”
Hans mengeraskan rahang saat melihat sikap mencurigakan sekretaris dan juga tangan kanannya di perusahaan selama ini.
“Ada apa ini, Nina?” tanya Hans terlihat menahan amarah.
“Huh—” Nina menghela nafasnya berat sebelum mengutarakan niatnya. “Sebagaimana yang anda ketahui sebelumnya. Saya tengah mempersiapkan pengunduran diri saya dari Adamson Grup yang sudah bermurah hati menampung saya selama dua tahun ini.”
Pria besar itu terhenyak sejenak, dia menatap tajam ke arah sekretarisnya dengan perasaan yang sulit bisa diterima nalar. “Apa katamu?”
“Baiklah— Nina sudah mengatakannya, kemudian… Saya akan terus terang saja sekarang, waktu adalah uang, bukan?” Tuan Ron kembali mengambil alih percakapan semakin membuat Hans terlihat konyol disana.
“Kerja sama tender kali ini, nominalnya cukup besar… Resiko yang ditimbulkan pun tak kalah jauh lebih riskan… Oleh karena itu, demi mencapai kesepakatan. Saya pribadi mengajukan persyaratan yang sangat mudah…”
Hans terpaku sulit berucap, esofagusnya terasa dijejal bola es yang membekukan tenggorokannya.
“Saya akan membawa Nina menjadi sekretaris utama saya di Lee Hi, dengan begitu… Saya tidak akan lagi ragu untuk kerjasama proyek besar dengan Adamson kali ini.”
Hans benar-benar terbelalak tidak percaya, dia menoleh menatap Nina yang tengah menyeringai penuh kemenangan dihadapannya.
‘Kurang ajar… Nina bersikap seolah tengah mengolokku sekarang!’ batin Hans geram melihat aksi keberanian sekretarisnya dalam menghempas harga dirinya.
“Heh…” Hans menunduk perlahan dengan kekehan lirihnya. Nina lantas mengubah raut wajahnya dengan cepat.
‘Tumben sekali pria ini bisa terlihat menyeramkan sekarang? Apa yang akan dia lakukan? Apa dia akan membiarkanku pergi dari Adamson, atau?’ Nina mendelik menatap lekat tuannya yang tengah bersikap seperti bos dingin nan angkuh pada umumnya sekarang.
“Tuan Ron, apa anda tidak memahami dengan aturan etika mengenai karyawan?” Hans mendongak menatap nyalang rekan bisnisnya.
Tuan Ron menyeringai tenang, tentu saja… Pengalamannya jauh lebih banyak di dunia bisnis dibandingkan dengan Hans.
“Anda benar, memang saya seperti tengah melanggar kode etik perusahaan. Namun—” Tuan Ron terlihat tak gentar dengan intimidasi Hans yang sedang dilancarkan pria muda itu.
“Heh!” Hans bangkit menegaskan jas dengan wajah muram durjanya. “Jika sudah mengerti, maka jawabannya hanya ada satu!”
“Saya tidak akan pernah menyerahkan Nina pada siapapun, jika dia melanggarnya…Dia harus membayar sejumlah penalti pada Adamson Grup!”
Nina tidak percaya Hans terlihat seolah tengah mempertahankannya. Hatinya sejenak terharu akan tindakan bosnya yang diluar Nurul itu. Nina menunduk dengan senyuman tipis menghias wajahnya.
Hans menoleh ke arah Nina, dia sendiri menaikkan sudut bibirnya. ‘Heh— kamu pikir aku mau melepaskanmu begitu saja, Karennina? Jangan harap!!’
Nina mendongak dan beradu pandang dengan bosnya. Agenda kerja sama kedua pebisnis itu berubah jadi arena saling memperebutkan seorang wanita multi talenta.
“Aku sungguh tersanjung dengan ucapan Bapak, tapi— bukankah anda yang menginginkan saya keluar dari sini?” Nina kembali memprovokasi tuannya.
“Heh, sejak kapan aku menyuruhmu keluar?” Hans menatap nyalang sekretarisnya. Pada kenyataannya, Nina terlalu banyak tahu mengenai Adamson Grup.
“Ya gimana ya— kadang, rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau soalnya,” Nina mengerling ke arah Hans yang seketika merona dengan kelakuan sekretarisnya yang tidak terprediksi badan antariksa.
“Tuan Ron bahkan menawariku upah sepuluh kali lipat dari Adamson, loh!” Nina kembali memanasi dengan wajah annoyingnya.
“Pppfft, hahaha!” Tuan Ron terbahak dengan kelakuan dua anak muda di hadapannya itu. “Iya– Nina benar, Hans… Aku rela menaikkan gajinya dari Adamson, sepuluh kali lipat!” Tun Ron tidak ingin kehilangan kesenangan dan ikut serta bermain dengan Nina.
“Apa?” Hans terlihat tidak terima dengan pernyataan paling gegabah yang terlontar dari tuan Ron untuknya. “Disini gajimu bahkan lebih besar dari Manager Keuangan, apa kamu sangat tamak, Nina!!”
Ingin rasanya Hans mencekik leher Nina sekarang juga, bisa-bisanya sekretarisnya akhirnya menunjukkan niat busuk terhadapnya sekarang.
“Ya mau gimana lagi, ada yang berani bayar lebih, kenapa aku harus berpikir bodoh menolaknya, benarkan Tuan Ron?” Nina menatap tuan Ron dengan senyum sumringahnya.
“Hah?” Hans kembali membuka mulutnya lebar-lebar. “Kamu kurang ajar, Nina!”
“Sudah-sudah, saya tidak ingin membuang waktu. Bagaimana Hans? Jika tidak bisa, maka—” Tuan Ron menghentikan diskusi alot mereka dan bangkit segera. “Kita sudahi diskusi ini sampai disini, dan Nina— mulai besok kamu akan bekerja di Lee Hi, kerja sama ini akan tetap berlanjut—”
“Tunggu!” Hans segera menunjukkan taringnya. “Aku akan membayarmu dua belas kali lebih besar dari yang ditawarkan, Lee Hi!!”
Nina menyeringai penuh kemenangan, akhirnya… tidak ada yang bisa menolak dari permainan kotornya sejauh ini. “Ah, aku sungguh tersanjung! Deal… Maaf, tuan Ron… Saya sepertinya akan tetap disini!” Nina segera menyetujui sebelum tubuhnya meledak dengan nominal uang yang akan semakin memuncak. Gadis itu juga menundukkan tubuhnya sebagai bentuk rasa terima kasih juga permintaan maafnya.
“Haha!” Tuan Ron justru terlihat terbahak senang. “Baiklah, saya mengerti…”
“Nina, besok kirimkan salinan kerja sama kita…”
“Tentu saja, Tuan…”
Nina dan Tuan Ron saling berjabat tangan sebagai bentuk hasil akhir dari rapat mereka juga awal dari kerja sama bisnis keduanya.
‘Sialaaan, harusnya aku tahu bahwa semua ini hanya jebakan Karennina sialan!!’ Hans sungguh lemas, dia terduduk di kursinya, Nina tengah mengantarkan tuan Ron keluar ruangan meeting mereka.
Braaak!
“Shiiit!” Hans memukul meja dengan keras, emosinya sungguh sudah dalam batas toleransinya.
“Hanya kamu yang sungguh berani seperti ini padaku, Karennina!!”
Nina sudah berada di depan lobby gedung perusahaan, dia tengah mengantar tamu kehormatan mereka. “Terima kasih, Tuan… Anda sungguh berbaik hati membantu saya…”
Sekali lagi Nina menundukkan tubuhnya di depan pria yang terlihat seperti ayahnya itu.
“With pleasure, Nina…” Tuan Ron tersenyum lembut juga hangat menepuk bahu gadis cantik yang sejujurnya sudah sangat dikenal olehnya tidak hanya sebagai sekretaris rekan bisnisnya.
“Oh ya, Nina… Ada yang ingin saya bahas denganmu lebih banyak lagi,” ucap tuan Ron terlihat murung. “Bagaimana jika kita bertemu di Restoran Hotel Emperor jam delapan malam ini?”
“Eh?” Nina terhenyak sejenak. “Apa ada hal penting lainnya?”
“Ya— kita perlu waktu santai untuk membahasnya, bagaimana? Besok, saya sudah memiliki jadwal untuk berkunjung ke Berlin dalam pelelangan bisnis…”
“Baiklah, aku akan datang,” jawab Nina lembut dengan senyuman.
“Ok, jaga dirimu baik-baik. Sepertinya Hans tidak begitu senang dengan apa yang kamu lakukan sekarang,” pesan tuan Ron sebelum dirinya menghilang dari sana.
“Anda tenang saja, saya cukup mengenal baik dan buruknya atasan saya. Sekali lagi, semua ini karena kemurahan hati anda dalam membantu saya, terima kasih!” Nina kembali menunduk sopan sebagai bentuk ucapan terima kasihnya.
“Wakatta… It doesn’t matter, Nina…” Tuan Ron melambai setelahnya dia memasuki mobil mewah yang sudah terbuka pintu masuknya oleh asistennya.
“Huh—” Nina menghela nafas berat, dia menoleh ke arah atas gedung perkantoran yang tengah dipijakinya. “Semangat, Nina! Anggap saja kedepannya anj-ing yang sedang menggonggong!”
Bersambung…
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments