Menduduki kursi jabatan tertinggi pemilik mall terbesar dan terbanyak di Indonesia tak lantas membuat seorang Damar Prayoga bahagia. Damar memang memiliki keluarga besar yang begitu bahagia dan menyayangi dirinya. Ayah kandungnya pun masih kerap memerhatikan dan menyambangi dirinya di saat-saat tertentu. Tapi ada sesuatu yang kosong dalam hatinya.
Tempo hari memang ia sempat akan menikahi seorang perempuan. Sebenarnya bukan benar-benar menikah, melainkan hanya sandiwara. Sandiwara yang bertujuan untuk menguak niat busuk rekan bisnisnya yang menjebak dirinya sehingga harus berakhir menikahi perempuan bayaran itu. Menjadi seorang petinggi di sebuah perusahaan besar memang kerap mendapati pertentangan dan niat buruk dari lawan bisnis. Dan itu pula yang sempat Damar hadapi sehingga harus berpura menerima tuntutan seorang perempuan untuk menikahinya karena mereka terpergok dalam sebuah kamar hotel. Demi mengungkapkan siapa dalang dari penjebakan itu ia sampai harus berpura menyiapkan pernikahannya di luar kota. Hanya Diwangga dan Aglian yang tahu skenario itu. Selebihnya mengira ia benar-benar akan menikah dan tepat di hari pernikahannya, ia membongkar segala kebusukan rekan bisnisnya kemudian menjebloskan semua yang terlibat ke dalam penjara.
Damar menghela nafas panjang, sang adik kembar sudah memiliki target pendampingnya, tapi dirinya justru belum juga menemukan seseorang yang mampu menggerakkan hatinya hingga tiba-tiba saja ia teringat pada sosok perempuan yang tengah menjemput anaknya di sekolah yang beberapa saat lalu ia sambangi.
"Astagfirullah," gumamnya seraya mengusap wajahnya kasar. "Gila, ngapain coba mikirin bini orang kayak nggak ada cewek lain aja," gumamnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir dengan otaknya itu yang tiba-tiba teringat dengan seorang perempuan beranak dua yang sempat bersitatap dengannya di sekolah yang disambanginya tadi.
"Bini orang? Siapa bang?" celetuk Kevin yang entah kapan masuk ke ruangan Damar.
"Astagaaaa! Loe ngagetin Abang aja Vin," tukas Damar sambil merebahkan punggungnya di sandaran kursi kebesarannya.
"Abang naksir bini orang?" celetuk Kevin lagi dengan mata memicing masih dalam mode kekepoan tingkat tinggi.
"Siapa? Mana ada," kilah Damar dengan tatapan yang sudah beralih ke layar laptopnya. Lalu tangannya mulai mengetik sesuatu di dalam sana.
"Ck ... nggak usah bohong deh bang. Kuping gue masih normal. Jadi ayo, buruan ngaku deh, kakak naksir bini orang," lanjut Kevin tak mau menyerah.
"Haish, sudah dibilang nggak ada. Ngapain naksir bini orang coba kalau yang gadis pada antri pingin jadi pasangan Abang. Jangan-jangan kamu lagi yang naksir bini orang atau kuping kamu sedang bermasalah." Damar tetap saja berkilah. Mau ditaruh dimana wajahnya kalau sampai ada yang tahu dia naksir bini orang.
Naksir bini orang?
'Haish, gara-gara Kevin ini!'
"Jangan sesumbar bang, entar ketulah lho!" cibir Kevin yang kini sudah duduk di sofa ruang kerja Damar.
"Beneran Damar, abang nggak ada naksir bini orang. Oke, oke, Abang cerita nih ya, tadi di sekolah yang Abang sama Karin sambangi, Abang liat ibu-ibu anak dua. Emang sih masih keliatan cantik banget terus tiba-tiba aja Abang ingat dia barusan, bukannya naksir. Paham!" jelas Damar akhirnya yang mau tak mau menceritakannya agar Kevin tak melanjutkan kekepoannya itu.
Puk puk puk ...
"Paham, paham banget malah. Wah, pasti calon kakak iparku itu cantik banget sampai seorang Damar Prayoga, CEO Angkasa Mall terbayang-bayang. Jadi penasaran, secantik apa kakak iparku itu," goda Kevin seraya terbahak.
"What's? Kamu mau kakakmu ini jadi pebinor, hah? Jangan gila deh kamu, Vin! Awas aja kalau sampai bilang macam-macam ke mama, Abang mutasi ke daerah luar pulau Jawa, baru tau rasa loe!" desis Damar sekaligus mengancam membuat Kevin membungkam mulutnya seketika.
"Abang bercandanya nggak asik. Mending gue nemuin bocil kesayangan dulu lah! Bocil, i'm coming," teriaknya sambil melambaikan tangan lalu keluar dari ruangan Damar.
Namun sebelum ia benar-benar pergi, Kevin membalikkan badannya menghadap Damar, "Gue doain dia beneran jodoh Abang," ucapnya lalu segera kabur seraya terbahak meninggalkan Damar yang justru mengumpati kelakuan adiknya itu.
...***...
Hari sudah menunjukkan hampir pukul 10 malam, tapi tak ada tanda-tanda Hendrik akan pulang. Entah sudah berapa kali Oryza coba menghubungi, tapi tak ada satu panggilan pun yang diangkat. Oryza mendesah kasar lalu kembali mengompres dahi Ratu yang sore ini tiba-tiba saja demam.
"Bunda, ayah mana kok belum pulang juga?" tanya Ratu lirih. Setitik air mata jatuh dari sudut matanya. Hati Oryza mendadak pilu melihatnya.
"Sabar ya sayang, mungkin ayah sedang kena macet di jalan," ujar Oryza mencoba memberi pengertian.
"Emang jalanan malam masih suka macet juga ya Bun?"
"Iya sayang kak ada yang pulang kerjanya malam jadi macet," dusta Oryza. Terpaksa ia berdusta sebab ia bingung harus memberikan penjelasan apa lagi. Sudah terlampau sering Ratu menanyakan ayahnya, tapi ayahnya seolah lupa kalau ia memiliki seorang putri juga seorang putra yang membutuhkan kasih sayang dan perhatiannya.
Tak lama kemudian, ponsel Oryza berdering. Dengan cepat, Oryza mengangkat panggilan yang ternyata dari suaminya itu.
"Halo, mas," ucap Oryza.
"Sayang, maaf, malam kini aku nggak pulang. Aku masih di luar kota. Mau pulang tapi udah kemalaman jadi besok pagi aku baru bisa pulang. Udah dulu ya, aku masih di jalan. Mau cari hotel."
Tut Tut Tut ...
Panggilan tiba-tiba saja ditutup sepihak tanpa mendengarkan jawaban Oryza lagi. Tiba-tiba, air mata menyeruak membasahi pipi putih Oryza.
"Mas, apa pekerjaanmu lebih penting dari kami, anak dan istrimu?" lirih Oryza seraya menatap nanar ke arah ponselnya.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Katherina Ajawaila
itu pasti lg di atas perut lawan jenis. hendrik gitu loh org kerja aja di lahap🤭
2024-10-17
0
himmy pratama
tanda2 suami selingkuh
2024-09-15
0
Silvi Vicka Carolina
kak cerita dwiwangga di novel aoa kk
2024-08-22
0