Ch.14 Kisah cinta yang terulang juga

Sebuah mobil Aston Martin DB11 berwarna hitam pekat tampak membelah lengangnya jalanan malam dengan kecepatan cukup tinggi. Di dalamnya tampak seorang pria dengan ketampanan di atas rata-rata mengemudikan mobilnya dengan wajah dingin.

Masih teringat di benaknya saat ia mendapatkan sederet informasi tentang siapa itu Oryza Sativa. Perempuan mudah beranak dua yang berhasil memikat dirinya sejak pandangan pertama. Tapi siapa yang duga sebenarnya itu bukanlah pertemuan pertamanya. Seulas senyum manis terbit di bibir penuh milik CEO Angkasa Trade Center itu. Mungkin takdir tengah berbaik hati mempertemukan mereka lagi. Seolah de Javu, mungkinkah kisah cinta sang mama dan papa sambungnya akan terulang juga pada dirinya. Semoga saja pikirnya, yah. Bukan bermaksud menjadi pebinor, tapi bukankah suaminya sendiri yang membuat istrinya kecewa. Ia hanya akan memuluskan jalannya dengan cara membantunya dari balik layar.

Sementara itu, di ranjang pasien, tampak seorang perempuan muda dengan garis kecantikan yang masih terjaga meskipun ia telah dikaruniai 2 orang anak sedang duduk termangu. Masih segar diingatannya bagaimana kronologis terjadinya kecelakaan dirinya pagi menjelang siang itu. Namun, ia tidak mengingat sama sekali siapa yang menolongnya. Hingga akhirnya ia tak sengaja melihat berita viral kecelakaan yang menimpanya. Di video yang diunggah entah siapa itu, ia dapat melihat seorang pria yang begitu tampan tampak berusaha menyelamatkan dirinya yang terjebak di dalam mobil yang sudah dipenuhi asap. Oryza masih mengingat jelas wajah itu. Wajah seseorang yang sama yang sempat menarik atensinya saat di sekolah Raja dan Ratu. Pria tampan dengan tubuh tinggi dan gagah.

"Siapa dia ya? Jadi penasaran," gumamnya sambil tersenyum tipis.

Saat ini ia sedang sendirian di rumah sakit. Tidak ada seorang pun yang menemaninya. Ibu mertuanya telah pulang untuk melihat cucu-cucunya. Suaminya? Oryza sama sekali tidak peduli. Mungkin seperti biasa, ia tengah menghabiskan malamnya dengan wanita simpanannya.

"Za," seru seseorang dari ambang pintu dengan nafas tersengal-sengal.

Mata Oryza membulat saat melihat dua orang gadis cantik telah berdiri di ambang pintu dengan salah satunya tampak sedang berusaha mengontrol nafasnya yang tersengal.

"Tisya?" serunya dengan mata membulat. "Dan kamu ... Yesha, Ayesha yang ... "

"Yes, it's me," potongnya sambil menyengir.

"Za, kok loe ini sahabat gue bukan sih kok nggak ngabarin kalau loe kecelakaan. Mana gue tadi nggak buka-buka akun sosmed jadi nggak tahu berita viral hari ini apa aja. Kalau nggak ada bang Da ... eh Yesha maksudnya nggak ngasi tau tentang kecelakaan loe hari ini mungkin gue nggak bakalan tahu sama sekali tentang kejadian ini. Jahat banget sih loe! Gue jadi nyesel biarin loe pulang sendiri tadi. Seharusnya gue temenin loe udah tahu temen lagi dalam keadaan nggak baik-baik aja malah dibiarin nyetir sendiri," cerocos Tisya dengan mata yang sudah tergenang air mata.

Tak ingin membuat sahabatnya makin khawatir, Oryza lantas menyunggingkan senyum tipis mencoba untuk menenangkan sahabatnya itu.

"Ckk ... loe udah kayak emak gue aja ngomelin gue panjang lebar. Bukannya bersyukur gue baik-baik aja malah ngomel," ketus Oryza yang sebenarnya dia merasa amat sangat bersyukur masih ada seseorang yang begitu memperhatikan dirinya.

"Baik? Dimana letak baik-baik ajanya? Tuh, jidad loe bocor, masih bilang loe baik-baik aja?" sengit Tisya membuat mata Oryza melotot, sedangkan Ayesha yang menemani Tisya terkekeh.

"Ck ... luka segini mah biasa. Tapi kalau loe tanya luka di dalam sini," tunjuknya ke arah dada, "baru gue bilang nggak baik-baik aja," imbuhnya sendu. "Sya, bantu gue dapetin kerjaan, please! Gue mau cerai sama laki-laki breng-sek itu. Dia jahat, Sya. Dia jahat. Dia benar-benar breng-sek. Dia ... udah nikah diam-diam dengan perempuan itu," lanjut Oryza yang kini telah terisak kembali.