"Assalamu'alaikum," seru seorang pria tampan rupawan nan gagah saat memasuki rumah keluarga besarnya.
"Wa'alaikum salam, bang," sahut Anggi, Diwangga, Karin, dan Kevin bersamaan.
Lalu pria tampan itu menyalami orang tuanya bergantian dan mencium punggung tangan mereka dengan takdzim. Bergantian Kevin dan Karin menyalami dan mencium punggung tangan Damar
"Lelah banget bang," ucap Kevin sembari memakan rempeyek bayam buatan sang mama.
"Hmmm ... banget. Rin, pijitin Abang dong," ucap Damar dengan wajah memelas.
"Ogah, Karin juga capek tahu bang. Karin baru pulang juga. Makanya bang, buruan cari calon istri, biar ada yang urusin. Jangan sampai kalah sama Kevin tuh yang udah ada calon inceran,"
"Oh ya! Jadi kamu udah ada calon nih, Vin?" goda Anggi sambil tersenyum lebar.
"Wah, sepertinya kita bakal segera dapat calon mantu nih, ya nggak ma?" timpal Diwangga seraya terkekeh.
"Apaan sih ma, pa, belum juga deketin. Ibaratnya masih ngawang-ngawang, belum jelas. Belum tentu diterima," sanggah Kevin dengan wajah memerah karena digoda mama dan papanya. "Kamu sih Rin, usil bener. Bukannya kamu sendiri nih yang udah punya bakal calon," balas Kevin membuat wajah Karin merona.
"Wah, kalian ya kok bisa barengan gitu sih mentang-mentang kembar!" seru Anggi sambil geleng-geleng kepala.
"PDKT aja belum, gimana mau jadi calon coba," sungut Karin. "Dia juga masih dinas di desa gimana mau PDKT, huh."
Anggi, Diwangga, Kevin, dan Damar tergelak melihat wajah cemberut sang adik.
"Wah, sulung papa gimana nih? Masa' kalah sama Karin dan Kevin," tukas Diwangga.
Damar menggaruk kepalanya yang tak gatal, salah tentunya. Padahal usianya sudah menginjak 27 tahun tapi ia belum menemukan gadis yang cocok dengannya, yang menyentuh hatinya, dan menarik hatinya.
"Santai aja kali pa, umur Damar juga kan baru 27. Lagian Damar belum ketemu seseorang yang cocok dan menarik perhatian Damar. Jadi daripada grasak-grusuk cari pasangan, mending santai aja. Jodoh nggak kemana, ya kan pa!" sahut Damar.
"Emang sih kalau jodoh nggak kemana tapi kalau nggak dicari dia bisa kemana-mana lho," ujar Anggi mencoba memprovokasi sang putra.
"Kalau pun sempat kemana-mana kan berlabuhnya entar tetap ke dermaga sang jodoh sesungguhnya, ma. Contohnya aja papa sama Mama, hayoooo bener kan!" balas Damar telak membuat Anggi mencebikkan bibirnya.
Anak sulungnya ini memang bisa saja. Ya, apa yang dikatakan Damar tadi ada benarnya. Ia pernah membina rumah tangga dengan Adam sehingga lahirlah 3 buah hati yang kini sedang bercengkrama dengan mereka, tapi nyatanya kapal yang ia tumpangi karam di tengah lautan lepas sehingga ia harus berjuang beralih ke kapal lain yang ternyata kapal itulah yang mampu membawanya ke dermaga sesungguhnya. Pelabuhan terakhirnya.
Diwangga lantas meraih pundak Anggi dan mengecup pelipis istrinya itu dengan penuh sayang membuat ketiga anak mereka mendelik iri.
"Ih, mama sama papa romantis-romantisan melulu sih! Nggak tau kalau jiwa jomblo kami udah meronta-ronta," cibir Karin yang sudah mengerucutkan bibirnya.
"Iri, bilang bos." sahut Diwangga seraya terkekeh.
"Iiih, papa nyebelin deh!" sungut Karin.
"Biar iri tapi kami bahagia. Makasih ya pa udah mau jadi papa kami. Kami sayang papa," ujar Damar yang sudah memeluk keduanya dari samping Anggi yang diikuti Karin dan Kevin.
"Sayang mama dan papa," seru Karin.
"Kevin juga, sayang banget sama mama dan papa."
"Ma, pa, Abang, kak Kevin, mbak Karin, kok pada peluk-pelukan sih! Ikuuut ... " seru Arditta, Arletta, dan Arasya yang baru saja tiba di rumah.
...***...
"Siti, gimana, mau Dodi saya sekolahin? Kalau mau siniin berkas-berkasnya biar bisa segera saya urus," tukas Oryza dengan sebisa mungkin memasang wajah tenang seolah tak ada masalah sama sekali. Padahal batinnya menjerit karena penasaran bagaimana hubungan Siti dan suaminya di masa lalu sehingga lahirlah Dodi di dunia ini.
"Be-benarkah ibu mau sekolahin Dodi? Tapi biayanya malah nggak Bu?" tanya Siti ragu-ragu.
"Nggak usah pikirin itu. Buruan biar bisa sekalian saya jemput Raja dan Ratu," tukasnya lagi memberi perintah yang dituruti Siti.
Siti pun bergegas masuk ke dalam kamarnya untuk mengambil berkas yang telah ia kumpulkan.
Saat Siti masuk ke dalam kamarnya, Oryza mendekati Dodi yang tengah bermain dengan robot-robotan yang diberikannya sama seperti milik Raja.
"Suka mainannya?" tanya Oryza sembari mengusap kepala Dodi.
Dodi tersenyum lebar menunjukkan gigi ompongnya membuat Oryza terkekeh gemas sekaligus merasa miris dalam hati.
'Bagaimana anak sekecil ini harus menanggung penolakan dari keluarga ayahnya? Padahal Dodi anak yang lucu, tapi mama justru membencinya hanya karena dia dilahirkan dari rahim seorang pembantu. Aku pikir mama wanita dan seorang ibu yang mulia. Yang pantas jadi panutan tapi nyatanya ... sikap mulia itu hanya untuk menutupi borok sang putra.'
"Ini Nya," ujar Siti seraya menyerahkan map berisi berkas-berkas identitas Dodi membuat Oryza tersentak dari lamunannya.
"Eh, iya. Sini."
Oryza menyambut berkas itu menggunakan tangan kanannya, sedangkan tangan kiri tampak mengepal menggenggam sesuatu.
Setelah mendapatkan berkas-berkas itu, Oryza pun bergegas masuk ke dalam mobil dan menjalankan mobilnya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Murniyati
tes DNA y
2024-09-22
0
himmy pratama
kayak nya Danar mau di jodohin sama Riza ya Thor..boleh jg
apa yg di genggam ditangan kiri Riza
2024-09-15
0
Endah Setyati
Tangan kiri menggenggam sesuatu,,, rambut dodi kah,, niat tes DNA kayanya😎😎
2024-08-22
0