Kediaman Jeno alexander.
Suasana kala itu tampak begitu hening hanya terlihat beberapa asisten rumah tangga yang berlalu lalang dengan alat kebersihan yang dibawanya, hingga akhirnya Nayeon terlihat berjalan memasuki ruang tengah kemudian menyapa beberapa ART yang dilaluinya.
“nona Nayeon semakin cantik aja, lama tidak terlihat.” Ucap salah seorang ART yang tak terpaut jauh usianya dari Nayeon.
“hey kak Lili, hehe makasih ya, kak Lili bisa aja deh.” Respon Nayeon seraya menyunggingkan senyum ramahnya.
“pasti mau bertemu tuan Jeno ya, sepertinya tuan sedang berenang dibelakang non.” Paparnya.
“ahh begitu ya, yaudah aku mau nemuin Jeno dulu ya kak Lili, ahh iya, minta tolong buatkan aku..”
“jus strawberry.” Potong Lili yang sudah bisa menebak minuman yang biasa Nayeon minta kala berkunjung ke kediaman kekasihnya tersebut, lengkap dengan tawa renyahnya ia pun kemudian pergi berlalu menuju dapur untuk membuatkan minuman pesanan Nayeon.
***
Setibanya di halaman belakang kediaman Jeno, pandangan Nayeon langsung menangkap keberadaan kekasihnya yang ternyata masih asyik berenang kesana kemari, layaknya seorang atlet renang yang mengikuti olimpiade.
Tak ingin mengganggu focus kekasihnya, Nayeon pun melangkahkan kakinya menuju kursi yang ditempatkan di tepi kolam kemudian duduk sembari masih memperhatikan kekasihnya yang belum menyadari kehadirannya.
Sampai, akhirnya Jeno pun berhenti dan mencoba menyeka seluruh wajahnya yang basah oleh air kolam, samar-samar ia melihat seorang gadis yang tengah terduduk dikursi sembari terus menatap ke arahnya.
Senyumnya pun mulai mengembang kala menyadari jika gadis yang dilihatnya tersebut adalah kekasihnya, ia pun kembai berenang menuju tepi yang lain untuk menghampiri Nayeon.
“kau sudah lama disini?” tanya Jeno begitu sampai di tepi kemudian memunculkan kepalanya.
Nayeon pun berjalan menuju tepi lalu berjongkok agar bisa lebih dekat dengan Jeno.
“aku baru sampai, tumben kau berenang siang-siang bolong begini.” Ucap Nayeon seraya mengelus pipi kekasihnya tersebut dengan lembut lengkap dengan tatapan yang dipenuhi rasa kasih sayang.
“amm, hanya ingin aja.” Respon Jeno
“nona Nayeon minumnya saya taruh disini ya.” Seru Lili dari belakang sembari meletakan minuman yang dipesan Nayeon diatas meja kecil disamping kursi yang sebelumnya diduduki oleh Nayeon, Nayeon pun bangkit seraya menoleh ke belakang untuk menanggapi sang ART tersebut lengkap dengan senyuman dan anggukan yang jika diartikan akan berbunyi, ‘baik, terimakasih’.
Bersamaan dengan perginya sang ART, Jeno pun mencoba naik ke permukaan menandakan telah berakhirnya waktu ia berenang.
“kau sudah selesai?” tanya Nayeon kala melihat Jeno sudah berada dihadapannya dengan air yang masih mengucur disekujur tubuhnya, seakan mengerti apa yang kini kekasihnya tersbut butuhkan, ia pun langsung berjalan menuju meja tempat dimana jubbah mandi Jeno diletakan.
Kemudian tanpa diminta Nayeon pun membantu memakaikannya ke tubuh Jeno dengan senang hati, membuat Jeno kembali tersenyum manis kepadanya.
“muach..” satu kecupan pun mendarat dibibir Nayeon, sebagai tanda terimakasih karena sudah memperlakukan dirinya dengan sangat baik.
“ahh iya, sepertinya asisten Ansell ya yang mengantarkan kita pulang? Aku tak ingat sama sekali apa yang terjadi tadi malam.
Aku hanya dengar dari bibi kalau yang membawaku pulang adalah seorang lelaki yang bernama Abighail.” Ucap Jeno seraya berjalan menuju kursi untuk mengistirahatkan tubuhnya sejenak.
“tadi malam?” ulang Nayeon yang seolah dirinya pun tak ingat sama sekali dengan kejadian yang terjadi semalam.
“iya, tapi bagaimana bisa Abi ada disana, bukankah kita hanya bertiga saat itu.” Lanjut Jeno yang kemudian meneguk minuman milik kekasihnya tersebut.
“astaga!!” pekik Nayeon seraya membulatkan kedua matanya sebab ia baru saja teringat sedikit demi sedikit kumpulan kejadian tadi malam.
“apa.. apa?! Kau melakukan kesalahan tadi malam?” seru Jeno yang ikut merasa panik melihat ekspresi yang ditunjukan oleh Nayeon.
Nayeon pun langsung merogoh ponsel dari dalam tasnya masih dengan raut wajah paniknya ia hendak menelfon seseorang.
“ada apa sih, Nay?!” tanya Jeno lagi yang kemudian bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan mendekati Nayeon yang tengah menggigit bibir bagian bawahnya selagi menunggu seseorang mengangkat telfon darinya.
“Ahreum!!” panggil Nayeon begitu telfonnya tersambung.
“Ahreum, memangnya apa yang terjadi tadi malam?” oceh Jeno yang masih berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada kekasihnya tersebut tadi malam.
“kau baik-baik saja kan?!
Apa kau terluka?! Kau dimana sekarang?!” panik Nayeon.
“tenanglah, aku baik-baik saja kok, sekarang aku sedang dalam perjalanan menuju gedung.” Sahut Ahreum dalam telfon.
“tidak, aku ingat sekali, aku mengayunkan botol kosong padamu, yak! Jangan pura-pura baik-baik aja dong, apa kau sekarang ada dirumah sakit?!” serunya lagi yang masih belum bisa tenang sebab ia tak melihat langsung keadaan karibnya tersebut.
“kau hanya ingat bagian itu aja?” ucap Ahreum yang membuat Nayeon terdiam sejenak.
“maksudmu?” tanya Nayeon.
“botol yang kau layangkan itu mengenai tangan Ansell, bukan aku.” Jelasnya, yang membuat Nayeon akhirnya sedikit bernafas lega untuk sesaat setidaknya karibnya itu baik-baik saja, sebelum melanjutkan bertanya kondisi Ansell yang terkena pukulan botol kosong darinya kala itu.
“syukurlah kalau kau baik-baik saja, ah iya bagaimana Ansell bisa ada disana?
Bukankah kau bilang jika Ansell menghilang.” Lanjutnya.
“entahlah, kau bisa tanyakan sendiri padanya nanti saat bertemu.” Timpal Ahreum.
“amm, tapi dia baik-baik saja kan, tangannya mungkin hanya tergores sedikit kan? Tak ada yang perlu dikhawatirkan.”
“dia bilang lengannya sobek dan perlu beberapa jahitan di lukanya, mungkin dia juga akan balas dendam padamu.” Ahreum memaparkan.
“augh sial, bagaimana dong,
Lagipula aku juga tak bermaksud menyakitinya kan, ditambah aku juga sedang mabuk saat itu, tolong bujuk dia ya untuk memakluminya.” Pinta Nayeon lengkap dengan nada seputus asa mungkin.
“memang sih, kan tujuan mu menyakitiku.” Respon Ahreum yang membuat Naeyon sontak menelan ludah sebab merasa maju kena mundur pun kena.
“bu.. bukan seperti itu juga, thania!!
Astaga, sudah ah, lebih baik kita ngobrol langsung saja, setelah urusanmu selesai kabari aku, oke.”
“iya.” Pungkas Ahreum yang kemudian langsung mengakhiri percakapan singkatnya di telfon.
“ada apa sebenarnya?
Siapa yang terluka? Ahreum?!” oceh Jeno saat telfon tersebut terputus.
“nanti saja ku ceritakan, lebih baik kau mandi dulu, memangnya kau tidak kedinginan?” ucap Nayeon seraya menatap Jeno yang tampak sangat penasaran mengenai keseluruhan cerita yang sebenarnya terjadi tadi malam.
“jawab dulu, apa Ahreum terluka?” kekeh Jeno.
“tidak, Ahreummu itu baik-baik saja, sudah ayo masuk dan mandi, aku akan menunggumu dibawah ya.” Perintah Nayeon sembari mengaitkan lengannya kemudian menarik paksa Jeno masuk ke dalam.
***
Di mobil yang ditumpangi Ansell dan Ahreum.
"kalau saja aku tidak datang di waktu yang tepat, mungkin kepalamu sudah hancur berkeping-keping." gumam Ansell begitu Ahreum menutup sambungan telfonnya.
Mendengar gumaman tersebut, Ahreum pun hanya bisa memandangi Ansell tanpa berkata-kata.
"apa..
apa..?" seru Ansell lengkap dengan raut wajah songongnya.
Tak ingin menanggapinya dengan serius, Ahreum lebih memilih untuk membuang muka ke arah lain, dan mengabaikan Ansell yang sesekali masih memperhatikannya.
***
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments