Di depan kampus Royal Collage of Music.
Saat ini waktu sudah menunjukan pukul 22.00 tepat, sudah hampir 8 jam Ansell menunggu di dalam mobilnya bersama dengan Abighail sang asisten. Namun tak juga ia melihat sosok Ahreum yang keluar dari kampus tersebut.
Mungkinkah dia masih berada dikampus..?
Tapi kenapa..?
Sampai kapan..?
Atau terjadi sesuatu di dalam..?
Berbagai pertanyaan terus saja berkecamuk memenuhi fikirannya hingga membuatnya sangat gelisah juga tidak tenang.
“Sebenarnya apa saja yang Ahreum lakukan di dalam, augh sial, fikiran ini terus saja menggangguku..!!” batin Ansell seraya meninju kaca mobilnya yang tak bersalah karena saking kesalnya.
“tidak bisa..
Kau ke dalam saja cari dimana gadis itu berada..!” perintah Ansell pada sang asisten yang kemudian langsung direspon sebuah anggukan olehnya.
“tunggu..! pakai kacamata itu.” Tambah Ansell seraya menunjuk sebuah kacamata yang berada di dalam laci mobil dengan sorot matanya.
Sebuah kacamata yang biasanya selalu dipakai oleh agen mata-mata dalam drama, sebab kacamata tersebut bukan hanya kacamata biasa, namun terdapat sebuah kamera kecil yang ditempatkan dikedua sudut frame kacamata tersebut.
Hingga Ansell dapat melihat apa yang akan Abighail lihat nantinya melalui aplikasi yang sudah terhubung ke dalam ponsel Ansell.
“baik pak..” respon Abi seraya memakai kacamatanya kemudian pergi berlalu, untuk mencari Ahreum seperti apa yang sudah diperintahkan oleh Ansell.
-----
“awas saja jika ternyata aku melihatmu sedang bermesraan dengan seorang lelaki didalam kelas..! lagipula memangnya ada kelas semalam ini, cihhh..!!
Setelah menikah nanti, aku akan membuatmu merasa di dalam neraka..!!” geram Ansell seraya terus memperhatikan layar ponselnya yang menunjukan semua hal yang dilihat Abighail.
-----
Karena saat itu lift sudah tidak bisa beroperasi juga beberapa lampu sudah dimatikan oleh salah satu satpam kampus yang tenagh berjaga saat itu, mau tak mau Abighail harus berjalan mencari Ahreum dengan menaiki tangga darurat seraya mencoba mengecek 1 1 ruangan yang di temuinya.
Sampai..
Samar-samar ia mendengar langkah kaki yang begitu keras tengah berlarian di tangga darurat tersebut, membuat Abi terkejut lalu kemudian mencoba mengecek ke bagain atas tangga darurat. Untuk memastikan apa yang sebenarnya tengah terjadi di atasnya.
Abi pun langsung mengarahkan lampu senter yang ada diponselnya ke arah tangga darurat di atasnya, tampak jelas sekali jika suara langkah yang tengah berlarian tersebut berasal dari suara langkah Ahreum yang berada di atasnya.
Tak sampai disitu, Abi pun menyorotkan lampu senternya ke belakang Ahreum mencoba mencari tahu apa alasan yang membuat Ahreum berlarian di anak tangga tersebut.
Suasana semakin menegangkan kala ia melihat seorang lelaki yang berperawakan tinggi besar berpakaian serba hitam juga masker dan topi yang membuatnya sulit dikenali, tengah berlari mengejar gadis malang tersebut.
Tak menunggu lama Abi pun bergegas menaiki anak tangga selanjutnya untuk menghampiri Ahreum yang tampak sangat ketakutan.
Dan sepertinya Abi juga melihat ada luka memar di wajah Ahreum saat ia menyorotkan lampu tepat ke bagian wajah gadis malang tersebut.
Sampai..
Bruuggghh..!! suara tubuh Ahreum yang menubruk tubuh Abi membuatnya sedikit terkulai lemah dalam dekapan Abi. Seseorang yang mengejar Ahreum pun ikut menghentikan langkahnya kala Abighail hadir diantara mereka berdua.
Meski suasana pada saat itu sangat gelap, namun karena Abi masih menyalakan lampu senter dalam ponselnya membuat dirinya bisa melihat dengan jelas perawakan lelaki yang telah mengejar Ahreum tersebut.
Tak ingin menyerah begitu saja, ternyata lelaki tersebut mencoba untuk menyerang kembali dengan mengacungkan pisau kecilnya ke arah Abi juga Ahreum yang masih dalam dekapan Abi.
Dengan sigap Abi pun menarik Ahreum untuk menghindar dari ancaman pisau lelaki tersebut.
Kemudian mencoba mendudukan Ahreum disudut, dan memberikan ponsel nya pada Ahreum agar lampu senter di ponselnya tetap menerangi mereka berdua yang akan berduet di persimpangan anak tangga.
Kedua telapak tangan Ahreum gemetar kala menyaksikan Abi dan lelaki tersebut bertarung begitu sengit, seolah sama kuatnya mereka berdua terus melayangkan tinju dan tendangan secara bergantian diruangan yang cukup sempit tersebut.
Tak lama..
Saat Abi sudah bisa melumpuhkan lelaki misterius tersebut, Ansell pun tiba-tiba hadir diantara mereka. Pandangannya langsung terfokus pada Ahreum yang masih terduduk disudut seraya memegangi ponsel milik Abi.
Melihat kedua mata Ansell yang dipenuhi amarah, dengan cepat Ahreum pun bangkit lalu memegang lengan Ansell dengan sekuat tenaga.
“tidak Ansell,
Aku baik-baik saja, aku baik-baik saja..” ucapnya seraya menatap wajah Ansell yang tampak seperti orang yang telah dirasuki.
“baik-baik saja..!!
Wajah mu penuh lebam seperti itu kau bilang baik-baik saja..!!” bentak Ansell yang sudah tak tahan lagi ingin menghabisi lelaki yang sudah terbaring dilantai.
Rupanya lelaki itu juga masih saja menatap Ahreum dengan tatapan tajamnya, meski tubuhnya sudah dikunci oleh 1 kaki Abi yang menindih punggungnya.
“YAAAK..!! beraninya kau melihat Ahreum seperti itu..!!” pekik Ansell yang mulai naik pitam, kemudian mencoba melepaskan genggaman Ahreum dari lengannya.
“tidak Ansell, jangan..!!
Ku mohon, perutku sangat sakit bisakah kau membawaku ke rumah sakit.” Pinta Ahreum seraya membalikan tubuh Ansell lalu memeluknya sangat erat, agar Ansell tidak melihat lelaki itu lagi.
Mendengar itu Ansell pun mengurungkan niatnya untuk menghajar lelaki tersebut, ia menghela nafasnya seraya memegangi wajah Ahreum yang di penuhi luka lecet juga lebam.
Merasa memiliki kesempatan untuk melawan, lelaki yang tengah terbaring dilantai itu pun mengerahkan seluruh tenaganya untuk mendorong tubuh Abi yang kebetulan tengah lengah juga.
Seraya mengacungkan pisau kecilnya lelaki itu mencoba untuk menyerang Ansell yang tengah berdiri membelakanginya, namun dengan cepat Ahreum menukar posisi tubuhnya dengan tubuh Ansell hingga pada akhirnya, dirinyalah yang terkena tusukan pisau dari lelaki misterius tersebut.
“Arrggh..!!” ringis Ahreum kala pisau kecil tersebut menusuk ke bagian pinggangnya, dan semakin menyakitkan lagi ketika pisau itu dicabut secara paksa oleh lelaki tersebut, kemudian ia pun berlari sekuat tenaga untuk kabur dari kekacauan yang telah ia sebabkan.
“Ahreum..!!
CEPAT KEJAR DIA..!!!!” teriak Ansell pada asistennya.
Meski sedikit pusing sebab lelaki tadi mendorong nya cukup keras hingga membuat kepalanya terbentur ke dinding, namun ia tetap berusaha bangkit lalu berlari mengejar pelaku yang telah membuat Ahreum jatuh terkulai ke pangkuan Ansell dengan darah yang terus mengalir dari pinggulnya.
“Ahreum..!! sadarkan dirimu, Ahreum..!!” panik Ansell seraya menekan bagian pinggul Ahreum untuk memblokir darahnya agar tidak terus mengalir.
“Ahreumm..!!” panggil Ansell sebab kedua mata Ahreum perlahan menutup, membuatnya semakin panik dan kebingungan harus melakukan apa di situasi seperti ini.
***
Keesokan harinya.
Rumah sakit Haneul Jakarta, lebih tepatnya diruangan VVIP tempat dimana Ahreum dirawat.
Tampak seorang ibu yang tengah terduduk dikursi di samping ranjang Ahreum, sudah 2 jam dari kedatangannya namun putrinya itu masih belum juga sadarkan diri. Sedangkan sang ayah tengah keluar untuk berbincang dengan sang dokter yang bertugas mengoperasi putrinya tadi malam.
Enzy masih memegangi 1 lengan putrinya lengkap dengan raut wajah cemas layaknya seorang ibu yang mengkhawatirkan putrinya.
“Ahreum..” ucap sang ibu saat melihat putrinya itu perlahan membukakan kedua matanya.
“kau sudah bangun sayang..” Enzy pun bangkit dari tempat duduknya seraya mengusap kepala Ahreum lembut.
“ibu panggilkan dokter dulu ya...” serunya seraya tersenyum bahagia karena akhirnya Ahreum siuman.
“ibu..” cegah Ahreum saat ibunya hendak pergi dengan menggenggam lengan ibunya.
“iya sayang..” ucap Enzy seraya kembali pada posisinya.
“pelan-pelan jangan berlari, ibu sedang hamil.” Ahreum mencoba mengingatkan sebab terkadang ibunya itu selalu bersikap seolah ia tidak berbadan 2, hingga tak jarang membuat suami dan juga putri nya itu merasa khawatir.
“hehe.. iya sayang, sebentar ya, ibu panggilkan dokter dulu.” Sahut sang ibu yang kemudian dibalas sebuah anggukan pelan oleh Ahreum.
Beberapa menit kemudian.
Enzy pun kembali ke ruangan Ahreum bersama dengan Seno juga sang dokter yang berjalan lebih dulu dari Enzy dan Seno.
“karena luka nya tidak begitu dalam saya rasa Ahreum akan baik-baik saja, dan untuk sementara waktu kau tidak boleh mandi dulu ya. Paling di lap-lap gitu kalau sudah merasa tidak nyaman.”
“tidak ada luka yang serius kan dok..?!” Tanya sang ibu.
“tidak, Ahreum hanya menjalani operasi kecil karena tusukan pisau itu tidak terlalu dalam, jadi tidak usah khawatir, Ahreum hanya perlu memulihkan tubuhnya saja.” Jelas sang dokter tersebut.
“dokter yakin..?
Ahreum akan bisa kembali beraktivitas seperti biasa kan..?” timpal sang ayah.
“ayah, ibu, Ahreum baik-baik aja, hanya terasa perih aja kok.
Baik dokter, terimakasih ya.” Timbrung Ahreum yang ingin mengkhiri percakpan tersebut.
Sang dokter pun keluar setelah berpamitan lengkap dengan senyum ramahnya diakhir sebelum ia pergi meninggalkan ruangan Ahreum.
“sebenarnya apa yang terjadi kali ini, nak..?
Kau tak menyembunyikan apapun kan dari ayah dan ibu..?” Tanya sang ayah seraya menghampiri Ahreum ke sisi lainnya.
“ada yang mau menjambret tasku, ayah, karena aku melawan jadi dia menusukku.” Dustanya, sebab ia tak mungkin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi malam itu pada kedua orang tuanya.
“kau ini, berani sekali Ahreum, lain kali jika terjadi seperti itu biarkan saja tas mu dibawa, karena tak ada yang lebih berharga selain dirimu, sayang.” Timbrung sang ibu seraya kembali menggenggam erat lengan Ahreum dan duduk di kursi semula.
“iya betul, apa yang dikatakan ibumu, Ahreum, kau ini ada-ada aja, orang yang seperti itu kok dilawan, jika tidak ada orang disekitarmu untuk dimintai tolong sebaiknya relakan saja tas atau dompetmu dibawa.
Daripada harus membahayakan dirimu seperti ini.” Sambung sang ayah yang tak kalah mencemaskan putri tunggalnya tersebut.
“iya.. iya.. Ahreum tidak akan membuat ayah dan ibu cemas lagi, sudah ya, Ahreum ingin istirahat ayah, jika ayah ataupun ibu mau pulang gpp kok. Tolong hubungin Nayeon saja.”
“jadi kau lebih nyaman bersama temanmu, ketimbang denagn kedua orang tuamu sendiri..?” protes Seno.
“bukan begitu ayah, ibu juga kan harus banyak istirahat, sudah semalaman kan ibu dan ayah disini menjagaku..?” Ahreum beralasan.
“tidak, ibu dan ayah baru saja datang beberapa jam yang lalu, Ansell yang menjagamu semalam.” Sahut sang ayah.
“Ansell..?” ulang Ahreum.
“Iya, sepertinya Ansell tidak ingin mengganggu ibu dan ayah tadi malam, jadi dia baru memberi kabar saat pagi tadi.” Sambung Enzy.
“ohh, kau cuma alasan saja ya meminta Nayeon untuk datang kemari, karena sebenarnya kau ingin Ansell yang menemanimu disini..” goda Seno seraya memberikan tatapan yang penuh arti.
“yasudah kalau begitu, ibu telfon Ansell dulu yaa, eeh Nayeon maksudnya, hehee..” sang ibu pun malah ikut-ikutan menggoda Ahreum, seraya bangkit dari kursinya dan mengambil ponsel miliknya dalam sebuah tas yang ia letakan di atas meja disampin ranjang.
“iyaa terserah ibu dan ayah aja deh..” respon Ahreum yang tak ingin melayani godaan dari kedua orang tuanya tersebut.
Karena merasa tidak ada gunanya jika melayani kedua orang tuanya, ia hanya bisa pasrah dan kembali tertidur saja.
Sementara itu kedua orang tuanya terus saja melemparkan senyum bahagia, sebab akhirnya perjodohan itu tampaknya akan berjalan mulus.
***
Tak beberapa lama kemudian.
Tok..tok..tok..
Terdengar suara ketukan dari balik pintu ruangan Ahreum, refleks baik Seno maupun Enzy mengarahkan pandangannya ke pintu seolah tengah menunggu seseorang yang akan muncul dari balik pintu tersebut.
"Selamat siang, pak Seno dan bu Enzy.." sapa seseorang itu yang tak lain adalah Abighail sang asisten Ansel.
Keduanya pun membalas sapaan Abi dengan anggukan yang dilengkapi senyuman ramah.
Mendengar suara yang tak asing, membuat Ahreum kembali membuka matanya dan mencari asal sumber suara tersebut.
"kak Abi.." ucap Ahreum lemah.
"siapa..?" bisik sang ibu pada Ahreum, sebab ia merasa baru pertama kali melihat lelaki tersebut.
"saya Abighail bu, asisten pribadi pak Ansell." ucap Abi yang lebih dulu memperkanalkan dirinya.
Lalu keduanya pun mengangguk secara bersamaan.
"memangnya saat ibu dan ayah datang, tidak ada kak Abi..?" tanya Ahreum.
"tidak, ibu hanya melihat Ansell yang tidur dengan setengah tubuhnya berada dipinggiran ranjangmu.
Kau tau kan bagaimana posisinya, seperti ini nih, dan oh iya, ibu juga ingat, tangannya mengusap usap lenganmu lembut seperti ini." paparnya seraya memperagakan apa yang dilihatnya ketika ia memasuki ruangan putrinya pagi tadi dengan begitu antusias.
Abi yang mendengar hal itu seolah tak percaya, ia hanya bisa mengernyitkan keningnya merasa hal itu terasa tidak mungkin dilakukan oleh seorang Ansell.
"kenapa..?! Kau tak percaya padaku..?
memang begitu yang teejadi, uhh jika saja ada CCTV dalam ruangan ini." kesalnya sebab asisten ansell tampaknya tak percaya pada ceritanya barusan.
Ahreum hanya bisa tersenyum tipis melihat sikap ibunya yang terlihat seperti anak-anak yang suka ngambekan.
“maaf, tapi pak Seno dan bu Enzy, boleh saya bicara berdua dengan nona Ahreum sebentar..?” pinta Abi pada kedua orang tua Ahreum.
Enzy pun reflex melirik ke arah suaminya yang berdiri disampingnya, Seno pun mengangguk menandakan jika ia memperbolehkannya.
Kemudian Enzy pun bangkit dari kursinya dengan bantuan sang suami, seraya memegangi perutnya yang semakin membesar.
Tangan Seno pun meraih tas Enzy yang diletakan di atas meja kecil disamping ranjang Ahreum, sebelum akhirnya berpamitan dengan putri dan juga Abighail.
“ayah dan ibu ada di kantin ya, jika kau membutuhkan ayah, telfon saja ayah, ini ponsel mu.” Pamit sang ayah seraya mengecup kening putrinya dan memberikan ponsel milik putrinya tersebut.
Tak mau kalah, Enzy pun ikut-ikutan mengecup kening putrinya lalu mencubit pipi Ahreum pelan lengkap dengan senyum lembutnya seorang ibu yang sangat menyayangi putrinya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
~Ķímhwä~
Holla Thor, Kim mampir💜...Semangat berkarya ya
2022-09-02
0