Keesokan harinya.
Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, pagi ini Ahreum berencana untuk mengunjungi mendiang mantan kekasih Ansell dirgantara yang sudah dikremasi dan kini abu pun sudah berada di rumah duka.
Pada awalnya Ahreum hendak pergi diam-diam dari Abi maupun Ansell, namun ketika pagi tiba ia tak menemukan Abi di sofa tempat semalam ia tidur, hal itu semakin memudahkannya untuk pergi tanpa harus mengelabui Abi.
“kemana kak Abi? Bukankah dia ditugaskan untuk menjagamu.” Ucap Jeno pada Ahreum yang tengah menatap penuh arti pada beberapa foto yang berada disamping guci abu Ilona.
Karena Ahreum tidak bisa pergi sendirian, ia pun memutuskan untuk meminta Nayeon dan Jeno menemaninya pergi ke rumah duka yang lokasinya tak jauh dari rumah sakit Haneul.
“jadi ini wanita yang membuatmu terluka?!” pekik Nayeon seraya ikut menatap foto-foto Ilona yang berada dilemari kaca tepat di hadapan wajahnya, kemudian melipat kedua tangan diatas dadanya.
“entahlah, saat aku bangun kak Abi sudah tidak ada.” Sahut Ahreum yang membalas pertanyaan Jeno.
“ciih!!
Dia laki-laki yang tidak bertanggung jawab, dia bilang akan menjagamu, gataunya malah pergi begitu aja.” Dumel Jeno kesal.
“sudahlah lagipula siapa lagi yang akan menyakitiku, toh wanita itu sudah tiada.” Ucap Ahreum yang kemudian membalikan tubuhnya, berniat untuk menyudahi kunjungannya tersebut.
“hey!
Tunggu dong, main tinggal aja.” Seru Nayeon seraya berjalan menyusul langkah Ahreum begitupun dengan Jeno yang langsung berjalan kala Nayeon berlari kecil menyusul Ahreum.
“hey!! Bukankah kau terlalu baik Ahreum, kau masih mau mendoakannya meski dia sudah menyakitimu.” Oceh Nayeon sembari berjalan beriringan dengan Ahreum menuju baseman tempat mobil Jeno terparkir.
“siapa bilang aku mendoakannya.” Sahut Ahreum.
“lalu jika bukan untuk mendoakannya, apa tujuanmu mengunjunginya?...” lanjut Nayeon.
Sedangkan Jeno hanya terdiam sembari menyimak percakapan kedua gadis tersebut dari belakang.
“amm, hanya ingin aja…” sahut Ahreum seraya tersenyum tipis ke arah Nayeon.
“ciih! Kau aneh sekali.” dumel Nayeon.
***
Dilain tempat.
Aparteman Bougenville, tempat dimana dahulu Ilona pernah tinggal selama 4 tahun disana, sebelum akhirnya dirinya diusir dari Aparteman tersebut akibat ulahnya sendiri yang berselingkuh di belakang Ansell.
Terlihat Abi tengah memasak didapur sedangkan Ansell yang baru saja bangun tidur tengah terduduk di sofa ruang tamu, seraya memijat-mijat kepala dengan kedua jemarinya, sebab masih terasa pusing akibat terlalu banyak minum semalam dikantor.
“kau yakin akan membatalkan perjodohanmu dengan Ahreum? Bukankah hanya tinggal 2 minggu lagi.” Ucap Abi seraya menuangkan sayur yang dibuatnya ke mangkuk besar.
“batal?
Kapan memang aku bilang akan membatalkan perjodohan.” Sahut Ansell seraya bangkit dari sofa kemudian berjalan menghampiri Abi di dapur.
Mendengar elakan Ansell, Abi hanya bisa menggelengkan kepalanya.
“kau benar-benar lupa apa yang sudah terjadi tadi malam?” ucap Abi seraya mengambilkan semangkuk nasi kecil untuk Ansell yang baru saja duduk di kursi.
“aughh, kepalaku sakit sekali, memang apa yang kulakukan tadi malam?” tanya Ansell seraya memukul-mukul pelan kepalanya agar bisa mengingat kembali kejadian yang sudah dilaluinya tadi malam.
***
Flashback kejadian semalam, sesampainya Abi di ruangan Ansell, ia mendapati Ansell sudah terbaring di sofa dengan beberapa minuman yang berserakan dilantai dan dimeja. Abi pun hanya menghela nafas dan kemudian mencoba membopong Ansell dengan sekuat tenaga yang ia miliki.
“Aughh sial!! Kau berat sekali sih.” Keluh Abi saat mencoba mengangkat Ansell.
Sesampainya di depan mobil, saat Abi hendak membukakan pintu mobil tiba-tiba Ansell berontak dari rangkulan Abi dan mencoba berdiri dengan kedua kakinya sendiri meski harus berdiri dengan sempoyongan, kemudian merogoh ponsel dari dalam saku celananya.
“ada apa?
Kau ingin ponselmu?!” ucap Abi yang kemudian mengeluarkan sebuah ponsel dari dalam saku jasnya dan menunjukannya pada Ansell.
Ansell pun tampak tertawa layaknya orang yang tengah mabuk lengkap dengan pandangan telernya ia mencoba mengambil ponsell miliknya dari genggaman Abi, namun dengan gesit Abi menyembunyikan ponsel Ansell ke balik tubuhnya.
“kau masuk dulu, baru ku berikan ponselmu oke.” Tambah Abi yang kemudian membukakan pintu mobil untuk Ansell.
Ansell pun mengangguk seraya menunjukan tanda ok dengan kedua jemarinya, lalu masuk ke dalam mobil. Abi pun menutup pintunya setelah Ansell menuruti perintahnya, lalu berjalan menuju sisi lain untuk mengemudikan mobilnya.
Sebelum Abi menyalakan mesin mobil, seperti janji sebelumnya pada Ansell, ia akan mengembalikan ponselnya jika Ansell masuk ke dalam mobil.
“POKOKNYA AKU TIDAK MAU!!” bentak Ansell yang membuat Abi sangat terkejut saat hendak menyalakan mesin mobil, hingga ia pun beralih untuk kembali menoleh ke belakang untuk mengecek apa yang sedang Ansell lakukan dengan ponselnya.
“JIKA MAMA TETAP INGIN MELANJUTKAN PERJODOHAN ITU, GANTIKAN SAJA AKU DENGAN ABIGHAIL, bukankah Abi putra mama juga!!
DAN JUGA MULAI SEKARANG JANGAN MENCARIKU!! AKU AKAN KEMBALI KE AMERIKA!! MENGERTI!!” pungkas Ansell ditelfon yang terhubung ke sang ibu, kemudian membanting ponselnya dan kembali terbaring di kursi mobil.
***
“astaga!” ucap Ansell saat ia kembali mengingat kejadian tadi malam.
“kau sudah ingat tadi malam?
Nih lebih baik sarapan dulu aja.” Ucap Abi seraya menyodorkan semangkuk nasi pada Ansell, kemudian duduk dikursi disamping Ansell.
“augh shiitt!! Bagaimana reaksi mama?
Perjodohan itu benar-benar dibatalkan?”
“entahlah, ibu Carrisa belum menghubungiku.” Respon Abi seraya memulai sarapan paginya, sedangakan Ansell masih tampak kebingungan dengan situasi yang terjadi.
“bagaimana dengan Ahreum, apa dia ada menghubungiku.”
“tidak juga.” Sahutnya.
“ahh iya, aku sudah mengatur jadwal keberangkatanmu ke Amerika siang ini, dan aku juga sudah meminta bi Ijah untuk mengemas pakaian dan berkas-berkas yang diperlukan ke dalam koper. Kau hanya tinggal berangkat saja nanti, aku akan menyusul 2 hari kemudian setelah urusan disini selesai.” Papar Abi seraya menikmati sarapannya.
“batalkan saja, aku hanya akan tinggal di aparteman untuk beberapa hari.” Timpal Ansell yang baru saja memulai sarapannya.
Dreedd.. dreedd ponsel Abi bergetar, membuat Abi langsung meletakan alat makannya sejenak untuk mengecek notifikasi apa yang masuk ke dalam ponselnya.
“kurasa nona Ahreum diam-diam pergi dari rumah sakit.” Gumam Abi seraya memandangi layar ponselnya yang tengah menampilkan sebuah video Ahreum dan kedua temannya keluar secara diam-diam meninggalkan ruangannya.
“apa?!” reflex Ansell pun langsung mengambil secara paksa ponsel Abi yang tengah digenggamnya, kemudian menonton video yang sebelumnya telah Abi lihat.
“apa lukanya sudah lebih baik?” tanya Ansell lengkap dengan raut wajah khawatirnya.
“iya, menurut dokter sih sudah lebih baik, kemungkinan dalam beberapa hari juga sudah diijinkan pulang.” Respon Abi seraya kembali melanjutkan sarapannya yang tertunda.
"begitu ya." sahut Ansell.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments