Melihat chemistry yang terpancar dari Jeno juga karibnya, Ahreum, membuat hati kecil Nayeon merasa sangat iri, dan perlahan rasa penyesalan menjalar menyelimuti dirinya yang tampak mulai gelisah.
Ditambah sedari tadi ia terus mendengar selentingan percakapan beberapa staff yang menyaksikan prewedd tersebut berlangsung, yang mengatakan jika mereka berdua pasangan yang sangat serasi.
Tak ada 1 pun orang yang menyangka jika mereka berdua hanya tengah berpura-pura menjadi sepasangan kekasih, terbukti dari hasil jepretan foto yang diambil oleh sang fotograper, foto itu benar-benar menangkap sebuah moment dimana keduanya seolah tengah dimabuk asmara.
Tak ada rasa canggung, kikuk atau ketidaknyamanan diantara mereka berdua, hanya tampak nyata seperti sepasang kekasih pada umumnya.
Hingga tanpa terasa bulir air mata mengalir dari pelupuk mata Nayeon, bagaimana tidak, yang awalnya ia hanya ingin membantu karibnya tersebut agar bisa memiliki foto prewedd, kini malah berubah menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.
“kenapa tiba-tiba hatiku sakit sekali.” gumam Nayeon yang masih memandangi kemesraan antara kekasih dan karibnya tersebut, sebelum akhirnya ia pun pergi ke tempat lain untuk menenangkan hati dan fikirannya.
***
Flashback 3 tahun yang lalu.
Saat itu karena Jeno dan Ahreum sedang ada kelas, membuat Nayeon harus menyantap makan siangnya bersama dengan temannya yang lain di kafetaria.
“ahh iya Nay, ku dengar kau berkencan dengan Jeno ya?” tanya temannya yang bernama Salma.
“Iya nih, waah ternyata berita itu cepat sekali menyebar ya.” Sahut Nayeon lengkap dengan tawa riangnya seperti biasa.
“hahaha, tapi ku kira pada awalnya yang berkencan itu Ahreum dan Jeno loh.” Timpalnya lagi seraya mengunyah makanan yang sudah berada dimulutnya.
“ahh itu, mereka berdua memang sudah berteman sejak kecil.” Balas Nayeon seadanya seraya mengaduk-aduk sayurnya.
“memangnya kau percaya ada pertemanan antara lelaki dan perempuan?
Ciih!! kau ini munafik sekali Nay.” Celoteh Salma yang seolah ingin mengompori pertemanan yang terjalin diantara mereka bertiga.
“aku percaya kok, karena jika mereka saling menyukai kenapa ngga dari dulu aja mereka berkencan, iya kan?” kekeh Nayeon seraya memulai suapan pertamamya.
“bagaimana kalau mereka bukannya tidak mau berkencan, melainkan memang tidak bisa, karena Jeno dan Ahreum terjebak dalam friend zone.” Oceh Salma lagi.
“maksudmu?”
“iya, mungkin sebenarnya mereka saling menyukai tapi sama-sama ga sadar aja, atau bisa jadi mereka saling menyembunyikan perasaan itu karena takut jika diungkapkan bisa saja mempertaruhkan pertemanan yang sudah mereka jalin sampai saat ini.” Jelasnya dengan raut wajah yang sangat mendukung, hingga mampu mengikis rasa percaya diri yang berada dalam diri Nayeon seketika.
***
1 jam berlalu, akhirnya sesi foto prewedding antara Jeno dan Ahreum pun telah usai, mereka berdua saling melempar senyum serta mengucapkan rasa terimakasih pada seluruh staff yang bekerja pada saat itu, begitu juga dengan sang ketua yakni Olivia yang mengatur berjalannya sesi foto prewedding antara Jeno dan Ahreum.
“mba Ahreum, mba Ahreum, maaf dong, sebentar aja, boleh minta foto ngga bareng mba sama mas nya, sekali aja ya, hihihi.” Tiba-tiba saja salah seorang staff berlarian kecil menghampiri Ahreum dan Jeno yang tengah berpamitan dengan seluruh staff yang ada.
Untuk sejenak Ahreum terdiam sebab tak tahu harus merespon bagaimana, sampai akhirnya Jeno yang mewakilinya untuk bersuara.
“oke ayo, kita foto-foto dulu.” Timpal Jeno sembari merangkul Ahreum agar lebih dekat dengannya, dan bersiap untuk berpose di depan kamera.
Tidak seperti Jeno yang tampak menunjukan senyum lebarnya, raut wajah Ahreum malah terlihat seperti orang yang sedang tertekan, ia mencoba memaksakan tersenyum dalam jepretan pertamanya.
Menyadari ekspresi karibnya yang tampak kurang nyaman, Jeno pun mulai menggodanya dengan mencubit pelan pipi Ahreum untuk pose yang keduanya, hingga membuat gadis tersebut terkejut lengkap dengan kedua bola matanya yang hampir keluar dari cangkangnya.
“hahhaa, mba beruntung banget sih punya calon suami yang humoris, iihh aku jadi iri deh.” Ujar staff tersebut seraya memanyunkan kedua bibirnya untuk mendukung ekspresi cemburunya.
“tapi dia bu..”
“makasih ya, ku doakan semoga mba nya juga dapet calon suami yang seperti aku, sudah tampan humoris lagi wkwkwk!!” potong Jeno, seolah tak membiarkan Ahreum mengklarifikasi apa yang sebenarnya terjadi.
“sayang, maaf ya, sesi foto yang awalnya ingin dibuat sesingkat mungkin ehh malah jadi keterusan sampe malem gini, abisnya kalian sih serasi banget mubazir kan kalau hanya beberapa kali jepret, sekali lagi maaf ya.” Ucap Oliv yang baru saja bergabung di tengah-tengah Ahreum, Jeno, juga salah satu staffnya yang meminta foto barusan.
“saya pamit ya mba Ahreum dan mas Jeno, mau bantu beres-beres hehe, makasih fotonya ya mba, mas.” Pamit staff tersebut seraya menyunggingkan senyum ramah sebelum berlalu pergi.
“iya ga apa-apa kok tante, oh iya dimana Nayeon?” tanya Ahreum sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk mencari sosok karibnya tersebut.
“tante rasa Nayeon menunggu di ruang fitting room, mungkin dia kelelahan menunggu kalian berdua selesai.” respon Oliv.
“kalau gitu Ahreum ganti pakaian dulu ya tante.” Pamit Ahreum lengkap dengan senyuman tipisnya.
“oke, disana nanti sudah ada staff tante yang akan membantumu berganti pakaian, maaf ya tante tidak bisa mengantarmu keluar, masih ada pekerjaan lainnya disini, kau hati-hati ya pulangnya sayang.” Ucapnya sembari mengelus salah satu pipi Ahreum dengan lembut.
“ahh iya, makasih ya mas Jeno karena sudah bersedia menggantikan calon pengantin prianya.” Pungkasnya yang kini beralih menatap Jeno yang berada disamping Ahreum, seraya mengusap bagian lengan atas Jeno lengkap dengan senyum ramahnya.
“iya tante dengan senang hati kok.” Timpalnya sembari membalas senyuman Olivia.
***
Fitting room.
Benar saja, ternyata Nayeon tengah terduduk di single sofa sendirian sembari memainkan ponselnya, bahkan saat Ahreum dan Jeno masuk ke ruangan tersebut pun Nayeon masih tampak acuh, seolah tak perduli dengan kehadiran kekasih dan karibnya tersebut.
“Nay, kau sudah dari tadi disini sendirian?” tanya Jeno yang langsung berjalan menghampiri Nayeon, sementara Ahreum lebih memilih untuk melepaskan gaun pengantinnya terlebih dahulu di ruang ganti.
“hmm..” respon Nayeon yang masih terfokus pada layar ponselnya dan mengabaikan kekasihnya yang duduk dilengan sofa, sembari mencuri-curi pandang ke layar ponsel Nayeon.
“kau lelah ya?
Sebentar ya aku ganti pakaianku dulu, lalu kita pulang, oke.” Ucap Jeno dengan nada yang selembut mungkin seraya mengelus bagian kepala atas Nayeon dengan penuh kasih sayang, kemudian ia pun beranjak dari tempat duduknya untuk menarik langkah menuju ruang ganti pria.
“Jeno..” panggil Nayeon dengan suara yang tampak serak, reflex Jeno pun kembali membalikan tubuhnya mendengar panggilan dari kekasihnya tersebut.
Dilihatnya Nayeon bangkit dari sofa tempatnya duduk kemudian secara tiba-tiba memberikan pandangan sendu pada Jeno, yang membuat lelaki tersebut keheranan dengan sikap Nayeon yang tidak seperti biasanya.
“aku menyayangimu..” lirihnya yang kemudian menghambur ke pelukan Jeno.
“aku sangat menyayangimu Jeno.” Sambungnya lagi seiring dengan pelukannya yang semakin erat.
“kau kenapa?” tanya Jeno yang malah kebingungan dengan sikap kekasihnya tersebut.
“tidak, aku hanya ingin bilang kalau aku sangat menyayangimu.” Katanya lagi seraya mendongakan kepalanya ke atas hingga Jeno pun bisa melihaat raut wajah kekasihnya yang tengah bermanja pada dirinya.
“iya aku tau, aku juga sangat menyayangimu, Nay.” Ungkap Jeno yang kemudian mengecup kening Nayeon dan meletakan kembali kepala Nayeon ke dalam dekapannya.
“kau benar-benar menyayangiku kan? Awas saja kalau kau sampai menyukai wanita lain, aku akan membunuhmu!” ancam Nayeon yang bergumam dalam dekapan Jeno yang membuat suaranya tidak terdengar jelas di telinga Jeno.
“ahh apa?..” tanya Jeno seraya melepas pelukannya dan menatap lekat kedua mata Nayeon.
“ahh engga,
Kau sudah ganti pakaian? Bagaimana kalau malam ini kita minum?” ucap Nayeon ketika merasakan adanya kehadiran Ahreum dibalik tubuh Jeno, membuat Jeno membalikan tubuhnya dan memastikan siapa yang Nayeon ajak bicara.
“tidak ah, kalian berdua aja, aku masih harus mengunjungi 2 tempat lainnya.” Sahut Ahreum sembari berjalan menuju meja kecil tempat dimana tasnya berada.
“ayolah!! Kan bisa besok lagi, ku temani deh besok ya, aku bisa bolos kuliah.” Paksa Nayeon yang kemudian mengaitkan lengannya ke lengan Ahreum.
“aisshh!! Kenapa tidak kalian berdua aja sih ah!!” ketus Ahreum karena merasa dirinya benar-benar tidak ingin menuruti keinginan Nayeon kali ini.
“aahhh ayoolaahhhh, ya.. ya.. ya..!!” rengek Nayeon sembari menggoyang goyangkan lengan Nayeon layaknya seorang bocah yang tengah meminta permen pada ibunya.
“oke oke, lepaskan dulu tanganku, aku lelah.” Ahreum pun mengalah dan mengikuti kemauan karibnya tersebut.
“hehehe, tunggu apa lagi, ayo ganti bajumu, kita tunggu di mobil ya!!” perintah Nayeon pada Jeno yang masih terdiam disudut sembari menyaksikan adegan yang terjadi antara dirinya dengan Ahreum.
“aah i..iya.” sahut Jeno yang kemudian melangkah pergi menuju ruang ganti pria, sedangkan Nayeon dan Ahreum pergi lebih dulu.
***
Aparteman Bougenville.
Bruugghhh!!
Terdengar suara bantingan pintu yang menghubungkan kamar dan balkon luar, membuat Ansell yang kala itu tengah menyeruput teh hangat di balkon kamarnya sontak memuntahkan kembali air teh yang belum sempat mengalir dikerongkongannya, lalu berdiri menatap seseorang yang muncul dari balik pintu.
“ASTAGA, SIAL!! Kau kenapa sih!” tukas Ansell dengan mulut yang masih basah akibat semburan air teh beberapa detik yang lalu.
“Ahreum..” akhirnya sebuah nama keluar dari mulut Abi yang sedari tadi masih mencoba mengatur pernafasannya.
“ada apa lagi dengan gadis itu?” tanya Ansell santai kemudian meletakan cangkir teh nya yang sudah tinggal setengah, lalu beralih mengambil selembar tisu yang berada diatas meja dan mulai mengelap bagian wajahnya yang basah.
“Ahreum akan menikah..” sambung Abi yang masih terlihat gugup dan panik.
“apa sih kau ini, ya tentu Ahreum akan menikah, 1 minggu lagi kan.” Sahut Ansell, seraya melempar bekas tisu yang ia pakai ke atas meja, kemudian berniat kembali menyeruput teh hangat miliknya sebelum berubah menjadi dingin.
“bukan dengan kau, tapi Jeno!” jelas Abi yang akhirnya bisa menyampaikan keseluruhan kalimatnya.
“APA!!!” bentak Ansell yang kembali memuncratkan air tehnya, namun naas nya kali ini air semburan teh tersebut mengenai wajah Abi yang tepat berada dihadapannya.
***
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments