Benar saja Ansell pun kembali, lengkap dengan raut wajah khawatirnya, ia pun berlari kecil menuju jendela ruangan Ahreum, kalau-kalau suara pecahan kaca tersebut berasal dari lemparan batu pada jendela ruangan Ahreum.
Namun kaca jendela itu tampak baik-baik saja hanya ada hembusan angin yang masuk melalui sela-sela jendela dan menerbangkan helaian rambutnya, ia pun membalikan tubuhnya seraya memandangi Ahreum dengan tatapan tajamnya.
“kau sengaja memecahkan gelasmu..?!” geram Ansell kala melihat serpihan gelas yang sudah berserakan dibawah ranjang Ahreum.
“ku mohon dengarkan aku dulu..” sanggah Ahreum.
“AHREUM..!!” bentak Ansell yang sudah mencapai puncaknya.
Membuat Ahreum sangat terkejut hingga menundukan kepalanya karena tak berani memandang Ansell yang tengah dipenuhi amarah.
Ansell pun menghela nafasnya sejenak, sebelum kemudian memencet tombol yang berada di dinding tepat diatas ranjang Ahreum, guna untuk memanggil seorang perawat ke ruangannya.
Suasana pun masih terasa hening sebab baik Ansell maupun Ahreum hanya terdiam, sementara Ahreum masih menundukan kepalanya, lain hal nya dengan Ansell yang masih menatap tajam kearah Ahreum, selagi menunggu sang perawat datang.
“ada yang bisa dibantu pak Ansell..?” ucap seorang perawat yang baru saja tiba lalu berjalan menghampirinya.
“panggilkan OB, bersihkan pecahan gelas ini..!” perintahnya seraya menunjukan pecahan gelas dibawah dengan kedua sorot matanya.
Sang perawat itu sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya, pecahan gelas kaca yang berserakan, ‘apa yang sebenarnya terjadi..?
Mungkinkah pak Ansell yang melakukannya..?
Bukan tidak mungkin sih, sebab dari tadi juga tampaknya pak Ansell sudah dipeuhi amarah.’ Dirinya membatin, seraya menatap pecahan gelas kaca tersebut.
“CEPAT..!!” bentak Ansell, sebab perawat tersebut malah tampak melamun dan tidak langsung menjalankan perintah dirinya.
“ahh.. i..iya..iya pak Ansell..” sahutnya seraya tergagap sebab lagi-lagi Ansell meneriakinya, ia pun langsung bergegas pergi untuk memanggil OB seperti yang Ansell perintahkan.
____
10 menit kemudian, setelah OB tersebut selesai mebersihkan ruangan Ahreum dari pecahan gelas, ia pun pamit pergi seraya menundukan kepalanya pada Ansell. Dan dibalas kibasan tangan oleh Ansell.
“apa kau harus bersikap sekasar itu pada semua orang Ansell..?” gumam Ahreum yang masih menundukan kepalanya.
“ciihhh..!!
Jika mereka tidak suka, mereka boleh pergi dari rumah sakitku.” Responnya seraya menggeser kursi sampai ke pinggir ranjang Ahreum, ia pun duduk dengan menopang 1 kakinya dan melipat kedua tangan diatas dadanya.
“apa yang ingin kau jelaskan..?” lanjut Ansell seraya menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi tersebut.
“Ilona..
Memang datang kemari..” ucapnya yang perlahan mulai menatap kedua mata Ansell kembali.
“sudah kuduga, kau memang..”
“kau masih belum bisa menangkapnya bukan..?” potong Ahreum sebelum Ansell bicara panjang lebar lagi.
“polisi dan anak buahmu, belum ada yang berhasil menemukannya sampai saat ini.” Lanjut Ahreum.
“cepat atau lambat aku pasti bisa menemukannya..” tukas Ansell penuh percaya diri.
“aku tahu dimana keberadaanya saat ini.” Ucap Ahreum yang membuat Ansell membulatkan kedua matanya juga menyondongkan tubuhnya ke arah Ahreum.
“dan aku ingin membuat kesepakatan denganmu..” tambah Ahreum lagi, yang direspon sebuah tawa geli oleh Ansell.
“apa kau sedang menipuku lagi Ahreum..?!” pekik Ansell.
“aku menempatkan sebuah pelacak dijaket yang dikenakan Ilona, jika kau tak menemukannya sampai pagi ini mungkin kau akan kehilangannya.” Katanya lagi mencoba meyakinkan Ansell.
“itu lebih tidak masuk akal lagi, ahhaha, kau fikir aku akan percaya padamu, lagipula darimana kau memiliki benda semacam itu, ciihh..!”
“apa kau mengenal pak Emanuel Richardo..?” Tanya Ahreum.
“kau mau bilang, kalau kau mengenalnya begitu..? hahaha, kau paasti mengetahui nama itu dari..”
“dia adalah paman Jeno, lelaki yang pernah kau pukuli, Jeno meminta benda itu dari pamannya hanya untuk mengetesnya apakah benda itu akan berfungsi dengan baik atau tidak, dia menempelkan benda itu pada tas Nayeon, sampai akhirnya Nayeon menyadarinya dan memberikan benda itu padaku.” Ceritanya panjang lebar.
“kau sedang mendongeng..?” respon Ansell yang masih ragu untuk mempercayai Ahreum.
Ahreum pun menghela nafasnya kemudian memalingkan wajahnya dari Ansell.
“oke.. oke.. anggap aku percaya pada ceritamu itu,
Sekarang kau ingin membuat kesepakatan apa..?” Tanya Ansell.
“jika aku bisa membantumu menemukan Ilona, kau harus berjanji padaku.” Ucapnya seraya kembali menatap kedua mata Ansell.
“apa..?”
“hanya masukan Ilona ke penjara, biarkan dia menerima hukumannya disana, aku tak ingin kau menambah hukumannya lagi dengan membuatnya terluka Ansell.” Pintanya.
“dia sudah membuatmu seperti ini dan kau masih ingin membelanya..?
Kau tahu, terkadang orang baik dan bego itu beda tipis..!” Pekiknya seraya menatap sinis Ahreum.
“aku tak tahu apa yang sudah diperbuatnya hingga kau bisa sebenci ini padanya, tapi Ansell, jika kau melakukan hal yang sama seperti Ilona, lalu apa bedanya kau dengan dia..?
aku tak ingin kau menyesalinya, bagaimana pun juga dia pernah menjadi bagian dalam hidupmu.” Ujarnya seraya kembali tersenyum tipis pada Ansell, membuat hati Ansell mulai goyah.
Perlahan Ansell bangkit dari kursinya kemudian melangkah lebih dekat lagi pada Ahreum yang tengah memperhatikan gerakannya seraya mengernyitkan keningnya, mungkin jika diartikan begini bunyinya ‘apa yang akan dilakukannya..?’.
Dan suatu hal yang tak terduga pun terjadi begitu cepat, tanpa aba-aba ataupun ijin dari Ahreum, lelaki berdarah dingin itu tiba-tiba mencium bibirnya, meski dirinya mencoba memberontak namun hal itu sia-sia sebab dirinya sudah terkunci oleh lengan dan tubuh Ansell yang bidang tersebut, membuat Ahreum menyerah dan membiarkan semuanya terjadi begitu saja.
-----
Sementara itu didepan ruangan Ahreum.
Tampak jelas sekali jika Carrisa sang ibu terkejut mendapati pemandangan yang sangat langka tersebut, kedua bola matanya hampir keluar dengan mulut yang menganga lebar seakan tak percaya jika yang dilihatnya saat ini adalah nyata.
“ada apa tante..?” Tanya Nayeon yang kebingungan, saat Carrisa menghentikan langkahnya tepat diambang pintu, cepat-cepat Carrisa membalikan tubuhnya kemudian menutup kembali pintu ruangan Ahreum lengkap dengan senyuman nakalnya.
“apa terjadi sesuatu didalam..?” Nayeon malah semakin penasaran seraya mencoba melihat ke dalam ruangan melalui jendela kecil yang berada dipintu.
“tidak ada..
Kau masih lapar ngga, tante traktir kmu makan lagi ayo..!!” ajak Carrisa seraya menarik paksa lengan Nayeon.
“engga ah, aku sudah kenyang,
Ahreummm..!!” panggil Nayeon dari luar, yang kemudian langsung dibungkam oleh Carrisa seraya menyeret paksa Nayeon dari depan ruangan Ahreum.
***
Kilas balik..
Sekitar 15 menit setelah kepergian Ansell.
“kau tidak cape, Nay, setiap bertemu dengan Ansell selalu aja ribut.” Ujar Ahreum yang kembali membukakan matanya kala pertikaian itu telah usai.
“dia yang mulai duluan kan, kau juga lihat sendiri tadi, ciihh..!!
Apa kau membelanya sekarang..?!” protes Nayeon seraya meraih tas kecil yang diletakan diatas meja disamping ranjang Ahreum, kemudian mencoba merogoh sesuatu dari dalam tas kecilnya tersebut.
“bukan begitu, Nayeon..!” Ahreum menekankan, “aku hanya..”
“aughh.. sial..!! dia ini benar-benar ya.” Umpat Nayeon kala ia menemukan sebuah barang yang asing dalam tas kecilnya, yang diduga adalah sebuah alat pelacak berukuran sangat kecil yang ditempel di pinggiran tas Nayeon.
“ada apa..?” Tanya Ahreum seraya mengernyitkan keningnya.
“alat pelacak, sudah pasti ini kerjaan Jeno, kalau bukan dia siapa lagi coba yang suka ngisengin aku dengan benda-benda anehnya.” Gerutunya seraya menunjukan alat pelacak kecil yang di jepit oleh kedua jemarinya.
“hahaa..
Setidaknya dia romantis bukan, tidak pemarah seperti Ansell.” Sahutnya.
“Iyaa sih, tapi tetap saja, dia menyebalkan saat dalam mode jahil.” Gerutunya seraya kembali memasukan alat pelacak tersebut.
“amm.. ini buatmu aja.” Ucapnya sembari memberikan alat pelacak pada Ahreum.
“untuk apa..?” Tanya Ahreum dengan raut wajah bingungnya.
“simpan saja, siapa tahu berguna, atau kau bisa tempelkan ini pada Ansell, hihihi.” Imbuhnya lengkap dengan tatapan jahilnya.
***
Di kantin rumah sakit.
Setelah memesan minuman baik Carrisa maupun Nayeon pun berjalan mencari tempat untuk duduk dan mengobrol.
“amm.. Nay,” ucap Carrisa yang mengawali pembicaraannya seraya meletakan kedua tangannya di atas meja dan menatap Nayeon lekat.
“iya tante.” Sahut Nayeon.
“tante harap, kau jangan terlalu membenci Ansell ya.” Lanjutnya lagi lengkap dengan senyum ramahnya diakhir kalimat.
Nayeon menaikan 1 alisnya, menandakan ia masih belum mengerti maksud dari perkataan seorang ibu yang ada dihadapannya itu.
“tante tau kok, Ansell pasti sering mengajakmu berseteru kan..? dia juga sering membuatmu jengkel dengan sikap kasarnya.
Karena semua teman-temannya sewaktu sekolah dulu juga tak ada yang mau dekat dengannya, Ansell selalu sendirian, kalaupun ada yang mau berteman dengannya itu pasti karena dia menginginkan uang jajan Ansell, tak ada yang benar-benar tulus mau berteman dengannya.”
“ya jelas tak ada yang mau berteman atau dekat dengannya tante, kalau sikap Ansell seperti itu, hehe..” ucapnya.
“dulu dia tidak seperti ini, Nay. Dia lelaki yang hangat, lembut juga penyayang, semua berawal dari pertengkaran tante dan om, yang membuat dirinya berubah menjadi pribadi yang kasar juga tertutup.
Dulu, karena kesalahpahaman om dan tante, kami berdua hampir bercerai dan pernah sampai meninggalkan Ansell bersama dengan neneknya selama beberapa tahun, karena kami disibukkan dengan masing-masing pekerjaan kami juga masalah perceraian kami yang belum menemukan akhirnya.
Hingga pada suatu ketika Ansell kabur dari rumah neneknya, membuat om dan tante tersadar karena telah melupakan suatu hal yang berharga selama ini hanya untuk ego masing-masing. Meski sudah berusaha mencari Ansell ke sekolah, tempat les dan juga ke semua rumah teman-temannya tante datangi, tak juga tante menemukannya.
Seolah menghilang ditelan bumi, Ansell menghilang begitu saja tanpa ada yang tahu jejaknya, sampai pencarian hari ke 7 tante dan om mulai putus asa, fikiran tante sudah tak karuan tante bahkan hampir gila saat itu karena Ansell masih belum juga ditemukan.
Sampai tante memohon dengan sangat pada Tuhan, tante berjanji akan menarik kembali tuntutan tante untuk tidak bercerai dengan om, asalkan Ansell bisa kembali pada tante. Tidak perduli jika om saat itu selingkuh atau tidak, yang jelas tante sudah tidak perduli, yang tante inginkan saat itu hanyalah Ansell kembali dengan selamat.” paprnya
“lalu, apa tante akhirnya bisa menemukan Ansell..?” Tanya Nayeon yang menunggu akan kelanjutan kisahnya.
“iya, berkat seorang anak lelaki yang tengah berdoa juga saat itu di gereja, tante tidak menduga jika pertemuan tante dengan anak lelaki tersebut bisa membawa tante pada Ansell.” imbuhnya.
----
“kau berdoa untuk kedua orang tuamu..?” Tanya Carrisa pada anak lelaki yang duduk disampingnya.
“iya tante..” jawabnya seraya merekahkan senyumnya pada Carrisa.
“kau datang sendirian..?
Dimana kedua orang tuamu..?” tanyanya lagi.
“ibu dan ayahku sudah bersama Tuhan tante.” Sahutnya lagi.
“oh astaga, maafkan tante ya, sayang.” Ucapnya seraya mengusap kepala anak lelaki tersebut.
“gak apa-apa tante, iya Abi datang sendirian, tempat tinggalku tidak jauh dari sini, hanya perlu berjalan sedikit ke belakang gereja.” katanya.
“begitu ya, kau tinggal dengan siapa..?” pembicraan itupun semakin berkembang
“banyak tante, teman-temanku ada segini.. (serunya seraya menunjukan semua jemari tangannya lengkap dengan senyum lebarnya)
Ada bunda Anna, kak Ririn, kak Minna, dan om Yudha, tapi kemarin-kemarin kita juga kedatangan teman baru tante, jadi coba sebentar aku hitung.. 1..2..3..4.. jadi temanku ada 11 sekarang, hehee.” jelasnya.
“teman baru..?” ulang Carrisa.
“iyaa, entah dia datang dari mana, saat pertama kali dia datang dia sudah berayun di ayunan belakang panti sambil bengong gitu, tante, Abi tanya namanya dia gamau jawab, Abi tanya lagi dari mana juga dia masih bengong.
Sampe Abi panggil bunda Anna, bunda Anna juga malah ikutan bingung, yaudah deh teman Abi yang baru itu digendong om Yudha masuk ke panti, dan bunda Anna meminta dokter Laras datang ke panti.
Dan beberapa hari kemudian, baru deh teman baru Abi itu mau bicara.” Ceritanya panjang lebar.
“oh iya, tante baru pertama kali ke gereja ini ya..?
soalnya Abi baru pertama kali lihat tante." lanjutnya.
"i..iyaa, kebetulan aja, tante lewat sini, jadi sekalian masuk."
"emangnya tante dari mana mau kemana..?"
brukbuukbuk.. tiba-tiba saja terdengar suara perut Carrisa yang keroncongan kala itu, sebab memang sudah beberapa hari terakhir ini dirinya tidak makn dengn benar.
"hehe, tante lapar ya..?
makan siang bareng Abi aja yuk, jam segini pasti bunda Anna udah siapin makan.
makanan bunda Anna enak loh, sekali coba pasti ketagihan." serunya penuh antusias.
"hehe, engga ah, tante belum pengen makan." tolaknya seraya tersenyum tipis.
"kenapa begitu..?
jangan ditahan tante, nanti kalau sakit gimana..?
ikut Abi aja yuk, nanti Abi kenalin ke semua temen-temen Abi." ajaknya lagi, namun kali ini seraya mencoba menarik lengan Carrisa untuk ikut bersamanya.
Merasa tidak tega untuk kembali menolaknya, akhirnya Carrisa pun bersedia untuk ikut pulang ke panti bersama bocah kecil yang bernama Abi tersebut.
Sesampainya di panti asuhan, lebih tepatnya di halaman depan panti.
"kita langsung ke belakang aja tante, biasanya kita makan siang dihalaman belakang." ajak Abi yang masih menggenggam lengan Carrisa.
"iya.." ucap Carrisa menurut.
"ANSELL..!!" panggil Carrisa saat kedua matanya langsung menangkap seorang bocah lelaki yang tengah ber ayun di halaman belakang panti.
****
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments