Di sebuah kedai pinggir jalan, tempat dimana Ahreum, Jeno dan Nayeon kini menghabiskan malam bersama untuk melepas penat setelah seharian ini beraktivitas.
“sudah cukup, kau sudah tak bisa lagi minum Nay.” Ujar Ahreum sembari menarik kembali botol minuman yang berada dalam genggaman Nayeon.
Namun tak ingin mengalah begitu saja, Nayeon malah kembali merebut botol minuman tersebut yang sudah dipindahkan ke tempat yang lebih jauh darinya.
“YAAK!!
Berhenti merebut semua yang menjadi MILIKKU!! Dasar wanita jahat.” Racau Nayeon yang tampaknya sudah mabuk berat, berbeda dengan Jeno yang malah tertidur lelap diatas meja setelah menghabiskan 1 botol soju (minuman keras/alcohol).
“engga, kau ga boleh minum lagi, Nay, sudah cukup!!” tegas Ahreum yang kembali memperebutkan botol yang hendak dituangkan ke gelas oleh karibnya tersebut.
“AUGGHH SHITTT!!” umpat Nayeon ditambah dengan sebuah pukulan keras yang mendarat ke kepala Ahreum.
“aaww..” ringis Ahreum yang reflex memegang kepalanya yang barusan digeplak oleh karibnya tersebut.
“kembalikan!! Itu MILIKUU!!” bentak Nayeon dengan nada layaknya orang mabuk pada umumnya.
Karena tidak didengar, Nayeon pun bangkit dari tempat duduknya sembari lengan yang satunya mencoba meraih botol kosong yang berada di sudut meja, Ahreum hanya bisa menatap nya dengan tatapan kebingungan, ‘apa yang akan dilakukannya 'fikir Ahreum.
Kedua bola mata Ahreum membulat kala ia menyadari hal apa yang akan dilakukan karibnya tersebut, saat lengan Nayeon siap melayangkan botol kosong tersebut tepat ke arah kepala Ahreum, Ahreum yang tak sempat menghindar hanya bisa mengahalangi kepalanya dengan menyilangkan kedua tangannya.
Prannnngg!! Terdengar nyaring bunyi botol yang pecah mengahantam sesuatu tepat dihadapnnya, namun anehnya ia tak merasakan botol itu menghantam tubuhnya, lalu apa yang sebenarnya terjadi saat kedua matanya terpejam, batin Ahreum.
Gadis itu pun perlahan menurunkan kedua lengan yang memblokir wajah dan kepalanya, untuk melihat apa yang baru saja ia lewatkan.
Betapa terkejutnya Ahreum kala melihat lengan yang bersimbah darah tepat dihadapan wajahnya hingga menetes mengenai celana jins yang dipakainya. Kedua matanya membulat bersamaan dengan mulutnya yang mulai menganga.
Untuk sesaat Nayeon terdiam masih dengan menggenggam ujung botol yang runcing, seraya menggeleng-gelengkan kepalanya untuk membuat dirinya tersadar.
“tanganmu..” ucap Ahreum dengan nada gemetar dan mencoba meraih tangan Ansell yang terluka akibat hantaman botol yang dilayangkan oleh Nayeon.
Tak lama kemudian Abi pun muncul dengan sedikit berlari menghampiri Ahreum dan Ansell, seraya melepas dasi yang melilit di kerah bajunya, kemudian ia berikan pada Ansell untuk memblokir peredaran darahnya agar tidak terlalu banyak darah yang menetes.
“kau urus mereka berdua, biar aku yang mengantarkan Ahreum.” Perintah Ansell pada Abi, sembari melilitkan dasi milik Abi ke telapak tangannya.
“tunggu, tapi..”
“oeek.. oeekk..” karena terlalu banyak minum, Nayeon pun kini mulai merasakan pusing dan rasa mual yang menyerang lambungnya.
“Nay.. jangan disini, ayo ke kamar mandi.” Ucap Ahreum yang sigap merangkul Nayeon dan hendak membawanya ke kamar mandi.
“kau disini aja,
Antarkan dia ke kamar mandi.” Cegah Ansell seraya menahan lengan Ahreum.
“OEEKK!!” Nayeon sudah hampir tak bisa menahannya lagi, hingga ia pun mencoba berjalan sendiri menuju kamar mandi meski dengan langkah sempoyongan, disusul dengan Abi yang mengikutinya dari belakang untuk berjaga-jaga bila terjadi sesuatu pada gadis tersebut.
“sebaiknya kau ke rumah sakit Ansell, aku yang akan mengurus kedua temanku disini.” Elak Ahreum sembari mencoba melepas genggaman tangannya.
“kau?
Mengurus kedua temanmu, bagaimana caranya?! Tadi saja kepalamu hampir pecah dibuatnya.” Timpal Ansell yang tak bersedia melepaskan genggamannya.
“itu.. tadi..” Ahreum tergagap.
“LEPASKAN TANGANNYA!!” bentak Jeno seraya bangkit dari tempat duduknya.
Sontak baik Ansell maupun Ahreum menoleh ke arah sumber suara tersebut.
“kau sudah sadar, Jen?” tanya Ahreum seraya menatap lekat Jeno untuk memastikan jika karibnya tersebut sudah tersadar atau masih dalam pengaruh alcohol.
“Ahreum.” Panggil Jeno dengan suara paraunya ia pun mulai berjalan mendekati Ahreum.
Tanpa diduga Jeno langsung menjatuhkan tubuhnya dan menyandarkan kepalanya dibahu Ahreum, ia pun tersenyum sejenak sebelum kembali melanjutkan kalimatnya.
“aku menyukaimu.” Bisik Jeno yang terdengar jelas ditelinga Ahreum.
Mendengar pengakuan yang mengejutkan tersebut membuat Ansell yang berdiri tak jauh dibelakang Ahreum, langsung menarik secara paksa lengan Ahreum hingga masuk ke dalam dekapannya, sedangkan Jeno terjatuh ke lantai sebab ia sudah tak memiliki sandaran lagi untuk membantunya berdiri tegap.
“apa yang kau lakukan, Ansell.” Ahreum memberontak dalam dekapan Ansell.
“nona Nayeon sudah berada dimobil pak, saya akan membawa pak Jeno sekarang.” Ucap Abi yang kembali bergabung dengan mereka.
“oke.” Sahut Ansell seraya menganggukan kepalanya, dan melepas dekapan erat yang membuat Ahreum terperangkap didalamnya.
“Jeno,” panggil Ahreum saat Abi hendak membopong karibnya tersebut.
Namun saat kakinya mulai melangkah untuk mendekati Jeno, dengan gesit lengan kekar Ansell menahan bagian perut Ahreum lalu menariknya kembali ke arahnya.
“Abi yang akan mengantar kedua temanmu itu pulang, kau ikut bersamaku.” Ucap Ansell yang lebih terdengar seperti perintah.
“tapi Ansell..” elak Ahreum yang masih mencoba berontak melepas tangan Ansell yang merangkul tubuhnya.
“kau ingin aku menggendongmu?!” ancam Ansell, yang berhasil membuat Ahreum berhenti merengek dan mengikuti langkahnya.
“padahal kita bisa pulang bersama.” Gumam Ahreum dalam perjalanannya menuju mobil Ansell yang terparkir dipekarangan kedai.
“aku tak suka berbaur dengan orang mabuk.” Sahut Ansell yang masih menggenggam erat lengan Ahreum, untuk berjaga-jaga saja takutnya gadis itu akan berlari secara tiba-tiba.
“aku juga minum kok tadi sedikit.” Balas Ahreum.
“kalau kau tidak apa-apa.”
“kenapa?” tanya Ahreum seraya menghentikan langkahnya sejenak tepat di depan mobil.
“karena kau calon istriku.” Ucap Ansell yang kemudian berbalik menatap kedua mata Ahreum yang juga tengah menatapnya.
“ciih..” Ahreum hanya mendengus kemudian melepas paksa genggamannya untuk melanjutkan langkahnya naik ke dalam mobil mendahului Ansell.
***
Dalam perjalanan.
“bukankah seharusnya kau memberikan penjelasan padaku, Ahreum?” ucap Ansell yang membuka pembicaraan diantara mereka berdua.
“penjelasan apa?” tanya Ahreum yang masih belum mengerti arah pembahasan Ansell.
“yang akan menikah denganmu itu aku, kenapa kau malah melakukan foto prewedd dengan lelaki lain?!” pekiknya seraya menatap sinis ke arah Ahreum sesaat sebelum akhirnya kembali terfokus pada jalanan didepannya.
“bukankah kau ingin membatalkan pernikahan kita.” Ucap Ahreum dengan pandangan yang mengarah ke balik kaca jendela mobil.
“apa?!
Mama mengatakan itu padamu?” tanya Ansell seraya sesekali melirik ke arah Ahreum.
“tidak,
Yang mengangkat telfon darimu dimalam itu, adalah aku.” Ungkapnya yang membuat Ansell terkejut hingga membanting stirnya ke bahu jalan, lalau menatap tajam ke arah Ahreum seolah ia tengah menantikan kalimat penjelasan yang lebih lanjut dari Ahreum.
“sebenarnya malam itu, (lanjut Ahreum seraya mengarahkan pandangannya tepat ke wajah Ansell) tante Carrisa datang mengunjungiku, dan saat kau menelfonnya tante sedang dikamar mandi, karena itu telfon darimu jadi kuputuskan untuk mengangkatnya.” Katanya lagi panjang lebar yang kemudian diakhiri dengan senyuman tipisnya.
***
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments