“kau fikir, kau bisa terus bersembunyi dariku Ilona!” ucap seseorang yang tak lain adalah Ansell Dirgantara.
Suara langkah kaki itu semakin jelas terdengar kala Ansell berjalan mendekat ke arah Ilona yang malang.
“bukankah kita sudah sepakat untuk mengakhirinya dengan damai Ansell?
Aku sudah mengembalikan aparteman, mobil dan semua kartumu, aku juga sudah menjauh dari pandanganmu, lalu apa lagi yang kau inginkan dariku!” sahutnya yang mencoba memberanikan diri untuk menghadapi lelaki berdarah dingin tersebut.
“YAK!!” bentak Ansell seraya mencekik leher Ilona lengkap dengan kedua mata yang berapi-api dan senyum smirknya yang membuat Ilona kelabakan.
“sudah ku bilang pergi dengan tenang bukan, tapi kau malah melampiaskan kekesalanmu pada calon istriku dengan menyakitinya!!
Kau fikir aku akan membiarkanmu begitu saja, dasar wanita j**ng!!” umpatnya seraya mendorong Ilona hingga jatuh tersungkur.
“uhuuk..uhukk..” Ilona pun terbatuk seraya memegangi bagian lehernya yang tampak memerah selepas di cekik oleh Ansell.
“dia hanyalah gadis biasa, bahkan tak sebanding denganku, tapi kau membelanya sampai sejauh ini? Apa selama 5 tahun kita bersama tidak ada artinya sama sekali buatmu Ansell?!” lirihnya seraya memandangi Ansell yang berdiri kokoh disampingnya.
“bukankah kau sendiri yang menghancurkan SEGALANYA!!” bentak Ansell seraya meninju sebuah cermin besar yang berada tak jauh darinya hingga membuat cermin tersebut hancur berkeping-keping.
Seolah ada yang mencekiknya Ilona sampai kesulitan bernafas, gadis itu benar-benar tak menyangka jika Ansell akan melakukan hal se ekstrim itu di hadapannya. Ditambah darah yang menetes dari tangan Ansell membuatnya semakin ketakutan dan sangat gelisah.
“kau tahu bagaimana aku tetap mempertahankanmu, disaat kedua orang tuaku dan kakek nenekku terus menekanku untuk meninggalkanmu. Bahkan saat malam itu aku berencana untuk meninggalkan semuanya dan hanya pergi jauh berdua bersamamu, TAPI..”
“AKU JUGA MUAK DENGAN SEMUA KELUARGAMU!!” potong Ilona seraya berdiri dan menajamkan pandangannya pada Ansell.
“apa gunanya hanya kau yang memperlakukanku dengan baik, sedangkan semua keluargamu memperlakukanku seperti SAMPAH!!” lanjutnya diiringi dengan isakan yang mulai mengisi suasana hening kala itu.
“apa maksudmu?” respon Ansell seraya menaikan satu alisnya.
“dulu, saat awal kita menjalin hubungan, nenekmu mendatangi tempat kerjaku, meminta aku keluar untuk berbicara dengannya, kita pun mengobrol di kantin perusahaan dan kau tau apa yang nenek mu lakukan padaku?”
“nenekmu menamparku dan terus menghinaku di hadapan semua teman kantorku, tidak sampai disitu, aku pun sampai dipecat tanpa alasan yang jelas oleh atasanku, ku fikir itu adalah perbuatan nenekmu.
Semua itu terus terjadi berulang-ulang, sampai beberapa tahun kemudian nenekmu meninggal, kau tahu, aku benar-benar merasa lega karena ku fikir aku telah berhasil melewati rintangan itu dan tetap bersamamu.”
“ternyata aku salah,
Aku lupa, jika yang membenciku bukan hanya kakek dan nenekmu, tapi juga kedua orang tuamu. Iya, ibumulah yang menggantikan nenekmu untuk menekan dan menyiksaku, sampai akhirnya aku muak, dan berfikir untuk berselingkuh darimu.” Papar Ilona di sela isakannya yang semakin keras.
“kenapa kau tak pernah bilang hal itu padaku?!” sahut Ansell lengkap dengan raut wajah terkejutnya.
“KARENA KELUARGAMU MENGANCAM AKAN MEMBUNUHKU!!” bentak Ilona.
Klik..
Tak ingin mendengar lebih jauh lagi, Ahreum pun memilih untuk mematikan rekaman yang tengah berlangsung tersebut. Kedua tangannya tiba-tiba gemetar hingga ponselnya pun terlepas dari genggamannya, air matanya pun kini mulai menetes membasahi punggung tangannya.
Untuk sejenak ia mencoba menghela nafasnya dalam-dalam, sebelum akhirnya ia kembali meraih ponselnya dan berniat untuk menelfon seseorang yang ada di daftar kontak telfonnya.
“ibu..” ucapnya saat panggilan tersebut sudah tersambung.
“iya sayang, ada apa? Kau butuh sesuatu?” respon sang ibu lembut.
“aku mulai takut, haruskah aku tetap melanjutkan perjodohan ini?” ucapnya lagi dengan suara bergetar yang membuat Enzy mulai merasakan ada yang aneh pada putrinya tersebut.
“kau kenapa, Ahreum?
Kau baik-baik saja kan, tidak, ibu akan kesana sekarang juga!” Panik Enzy yang kemudian mematikan panggilannya untuk bergegas menemui putrinya di rumah sakit.
***
Kampus Royal collage of music.
Lebih tepatnya di koridor kampus, Nayeon tengah berjalan santai dengan membawa setumpuk lembaran tugas milik para mahasiswa dikelasnya, untuk dikumpulkan di meja dosen yang mengajar beberapa menit yang lalu.
“sini biar ku bawakan.” Ucap seseorang yang tiba-tiba saja muncul dari belakang lalu mencoba mengambil setumpuk lembaran tugas dari dekapan Nayeon, dengan senang hati Nayeon pun memberikannya pada Jeno.
“kelasmu baru selesai?” tanya Jeno basa-basi.
“jika belum selesai seharusnya aku masih ada di kelaskan.” Ketus Nayeon seraya berjalan beriringan dengan Jeno.
“eeyyy.. kau masih marah tentang alat itu, aku kan sudah minta maaf, aku hanya bercanda.” Goda Jeno seraya menyenggol tubuh Nayeon dengan sikutnya.
“ciihh! Berapa kali kau mengisengiku dengan barang-barang anehmu itu.”
“kau tahu, aku mengisengimu itu karena kau menggemaskan, aku suka saat kau ngambek seperti ini, rasanya..”
“apa?!” ketusnya lagi seraya memanyunkan bibirnya.
“aku ingin menciummu!” bisiknya lalu berlari meninggalkan Nayeon yang masih terdiam tersipu malu oleh tingkah Jeno.
“ahhh yaaaakk tunggu akuuuu!!” respon Nayeon dengan nada manjanya seraya berlari kecil mengejar Jeno.
***
Kembali ke ruangan Ahreum.
Tampak seorang perawat masuk ke dalam ruangannya dengan membawa sebuah wadah stainless kecil yang diapit diantara lengan dan pinggangnya. Ahreum pun mencoba bangun dan terduduk untuk menantikan sang perawat melakukan hal yang biasa ia lakukan.
“Sore nona Ahreum, saya akan memeriksa luka nona ya.” Ucapnya seraya meletakan wadah stanles kecil tersebut diranjang Ahreum, kemudian menutup semua tirai sebelum perawat tersebut meminta Ahreum untuk menaikan setangah bajunya.
“sepertinya sudah lebih baik sekarang.” Imbuh sang perawat seraya mengoleskan sesuatu pada luka jahitan Ahreum.
“apa aku boleh ijin keluar, sus?” ucap Ahreum.
“ijin keluar? Untuk apa?” tanyanya seraya menatap wajah Ahreum.
“besok pagi, aku mau melayat temanku, hanya beberapa jam aja.” Jelasnya.
“amm, saya ijin pak Ansell dulu ya.” Sahutnya seraya menyunggingkan senyum ramahnya dan menata kembali peralatan ke dalam wadah stainless kecil yang dibawanya.
“tidak, jangan memberitahunya.” Cegah Ahreum seraya memegang lengan perawat tersebut.
“tapi itu menyalahi aturan nona, karena saat ini pun nona sedang dijaga oleh pak Abi kan, akan sulit jika ingin diam-diam keluar.” Ucap sang perawat tersebut seraya menurunkan lengan Ahreum dan beranjak pergi.
“aku mohon, hanya 1 jam saja, ku pastikan Ansell tak akan tahu tentang ini.” Pinta Ahreum lengkap dengan raut wajah yang dipenuhi dengan keputusasaan.
Sang perawat itu pun kembali membalikan tubuhnya, dan memandangi wajah Ahreum untuk sesaat.
“baiklah, sebelum jam 9 pagi nona harus sudah kembali kesini.” Ucapnya sebelum kembali melanjutkan langkahnya.
“oke, terimakasih suster Rachel.” Balas Ahreum saat perawat tersebut menarik handle pintu dan kemudian menyunggingkan senyum ramahnya lagi sebelum kembali menutup pintu ruangannya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments