Keesokan harinya.
Dikediaman Seno baghaskara, lebih tepatnya dikamar putri semata wayangnya Ahreum nathania, gadis manis itu tampak masih tertidur pulas bahkan ketika waktu telah menunjukan pukul 10:00 tepat.
Tidak seperti biasanya yang selalu bangun pagi dan berolahraga dipekarangan rumahnya, kini ia merasa malas sekali, bahkan hanya untuk membukakan kedua matanya ia merasa enggan, meski ia memang sudah terbangun dari 30 menit yang lalu.
Namun ia lebih memilih untuk berguling-guling saja diatas ranjang besarnya, sembari sesekali menghela nafas beratnya, seolah ia tengah memikirkan suatu hal yang terus mengusik fikirannya.
Ceklek..
Suara pintu kamar yang didorong oleh seseorang dari balik kamarnya, entah ia akan masuk ke kamarnya ataukah hanya untuk membangunkannya dari ambang pintu.
Yang jelas gadis yang masih terbaring diatas ranjang empuknya itu tidak perduli sama sekali, terbukti saat pintu itu kembali tertutup ia masih berada dalam posisi awalnya dan tidak berniat membukakan kedua matanya untuk memastikan siapa yang masuk ke dalam kamarnya.
Entah itu sang ibu ataukah ayahnya, yang pasti kehadiran mereka dengan tujuan yang sama yaitu untuk membangunkan Ahreum.
“kau tak akan bangun?!” ujar seseorang seraya menarik gorden kamar Ahreum hingga membuat kamar tersebut akhirnya bisa mendapatkan cahaya matahari.
Ahreum pun menggeliat seraya menutupi setengah wajahnya dengan punggung tangannya, karena sinar yang menyilaukan tepat mengenai wajahnya.
“bukankah kau akan mengecek gedung dan chatering?” lanjutnya kembali seraya berjalan mendekati pinggiran ranjang Ahreum.
Namun tampak nya Ahreum masih terlalu malas berpisah dengan kasurnya yang empuk pagi ini, hingga ia pun hanya membalikan tubuhnya ke sisi yang lain untuk mengabaikan lelaki yang tengah berdiri menatapnya dari sisi ranjang.
“ciih!!” Ansell mendengus kesal kemudian kembali berjalan mendekati sisi ranjang satunya agar bisa membangungkan Ahreum dengan paksa.
Saat lengan Ansell hendak menyentuh pipi Ahreum yang masih juga tak ingin bangun dari tidur-tidurannya, Ahreum secara mengejutkan membukakan kedua matanya dan dengan gerakan cepat Ahreum mencengkram erat kerah baju Ansell, kemudian menariknya dengan kekuatan penuh dan membaringkannya ke sebelahnya.
Posisi yang sudah pernah mereka alami sebelumnya, iya saat mereka bertemu untuk pertama kali di malam itu, dimana Ansell yang tergelincir dan menabrak tubuh Ahreum, karena tak ingin Ahreum terluka menahan berat tubuhnya ia pun dengan cepat menarik posisi hingga dirinyalah yang menempati posisi dibawah.
Ansell pun membulatkan matanya tanda ia benar-benar terkejut dengan sambutan Ahreum padanya dipagi hari, ia tak menyangka jika Ahreum secara tiba-tiba akan melakukan hal itu padanya.
“apa yang kau lakukan?” tanya Ansell yang keheranan seraya menaikan satu alisnya.
“ahh.. ti.. tidak.” Respon Ahreum terbata-bata yang kemudian mencoba menyingkir dari tubuh Ansell.
Namun Ansell tak membiarkannya begitu saja, saat Ahreum hendak beranjak dari posisinya, lengan Ansell yang kekar langsung menarik pinggul ramping Ahreum membuat wajahnya hampir saja bertubrukan.
“kau ingin memprovokasiku, Ahreum.” Bisik Ansell lengkap dengan tatapan nakalnya.
Merasa tertantang Ahreum pun membulatkan tekadnya untuk melakukan suatu hal yang akan kembali mengejutkan lelaki yang tengah terbaring tepat dibawahnya tersebut, iya gadis itu mulai memejamkan kedua matanya disusul dengan bibirnya yang dengan cepat mendarat diatas bibir Ansell membuat kedua bola mata Ansell lagi-lagi membulat.
***
1 jam berlalu.
Masih di kediaman Seno bagaskhara, namun kali ini bertempat diruang makan keluarga. Tampak seorang asisten rumah tangga tengah menyiapkan makan siang untuk putri majikannya yang katanya hendak turun beberapa menit lagi.
Berbeda dengan Ahreum yang masih berada dalam kamarnya, Ansell sudah berada diruang makan beberapa menit yang lalu seraya memainkan ponsel dalam genggamannya dan secangkir teh hangat yang dibuatkan oleh bi Ningsih.
“om Seno dan tante Enzy masih belum pulang ya dari rumah sakit?” tanya Ansell yang membuka percakapan dengan bi Ningsih yang masih sibuk menuangkan makanannya pada mangkuk yang sudah diletakan didekatnya.
“iya tuan, katanya untuk sementara nyonya Enzy harus dirawat dulu dirumah sakit, mungkin besok atau lusa sudah bisa pulang.” Sahut bi Ningsih seraya mulai menghidangkan makanannya satu persatu diatas meja makan.
“begitu ya,
Ahh iya bi, bibi bekerja dengan keluarga om Seno sudah berapa lama?” tanya Ansell lagi sembari meletakan ponselnya di meja dan beralih memandangi bi Ningsih yang masih bulak-balik mengambil makanan dan meletakannya di meja makan.
“amm, mungkin sekitar 5 tahun yang lalu, memangnya kenapa tuan?” giliran bi Ningsih yang bertanya sembari berdiri dihadapannya.
“ahh tidak,
Aku hanya ingin tanya, Ahreum itu gadis yang seperti apa.” Ucapnya sembari tertawa kecil.
“nona Ahreum gadis yang baik kok, hehe.” Timpal bi Ningsih lengkap dengan senyum lebarnya, kemudian meninggalkan meja makan dan kembali ke dapur karena tugasnya telah selesai.
Beberapa menit kemudian, tampak Ahreum tengah menuruni tangga, gadis manis itu mengenakan setelan gaun pendek motif kotak-kotak dan dipadupadankan dengan inner kemeja berwarna krem juga rambut ikal panjangnya yang dibiarkan terurai.
Tak lupa juga dengan tas selempang kecil yang berwarna coklat, dan diakhiri dengan sepatu bootsnya yang bernuansa kan coklat tua.
“kau tak perlu menemaniku, aku akan pergi sendiri.” Ucap Ahreum begitu mendudukan bokongnya dikursi diseberang kursi Ansell.
“tidak,
Aku akan menemanimu!” tegas Ansell sembari mengambilkan lauk pauk dan diletakannya diatas mangkuk yang sudah berisikan nasi untuk Ahreum.
“kenapa?” tanya Ahreum seraya menatap tajam ke arah Ansell.
“karena aku calon suamimu.” Sahut Ansell yang membalas tatapan Ahreum.
“ciih!!” Ahreum memalingkan wajahnya kemudian mulai menyantap makan siangnya.
“apa kau mulai menyukaiku, Ahreum?” ucap Ansell yang meletakan alat makannya untuk sejenak kemudian beralih menatap Ahreum kembali.
Meski ucapan Ansell tersebut terdengar cukup nyaring ditelinganya, namun ia tak berniat untuk merespon perkataan Ansell, ia mengabaikannya dengan tetap menyantap makan siangnya.
“jika iya,
Sebaiknya kau harus berhenti, aku tak ingin kau menjadi tempat pelarianku saja dan berakhir terluka. Karena aku tak bisa membalas perasaanmu. Aku..”
“baik, mari kita jalankan seperti pada rencana awal saja, hanya 1 atau 2 tahun lalu kita berpisah.” Potong Ahreum yang kemudian mengakhiri makan siangnya dan beranjak dari kursinya untuk pergi lebih dahulu meninggalkan Ansell.
“ahh iya, (tambah Ahreum seraya membalikan tubuhnya dan menatap ke arah Ansell yang masih terduduk dikursinya)
Untuk yang tadi maaf ya, kurasa tadi aku masih berada di alam bawah sadarku, karena yang aku lihat bukan wajahmu, tapi Jeno.” Pungkasnya lengkap dengan senyuman penuh arti, ia pun kembali berbalik dan melangkah pergi.
“brengsek! Kau kira bisa mempermainkan diriku.” Ahreum membatin seraya terus melangkahkan kakinya menjauh dari ruang makan.
Dan untuk yang kesekian kalinya Ansell dibuat terkejut oleh sikap atau perkataan dari gadis yang tampak polos dan baik hati tersebut.
"kenapa aku merasa seperti diselingkuhi." gumam Ansell yang masih shock sembari tetap mamandangi bagian belakang Ahreum yang mulai menghilang dari pandangannya.
***
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
Windy Anggita
makin penasaaraannn!!
2022-09-18
0