Keesokan harinya.
Kantor KT. Group, lebih tepatnya diruangan CEO dari perusahan KT. Group tersebut, tampak Ansell tengah berkutat dengan komputer yang berada dihadapannya sedari tadi, dengan sesekali meneguk ice Americano yang dibelikan oleh sekretarisnya beberapa menit yang lalu.
Ceklek, suara pintu ruangan pun terbuka, membuat Ansell mengalihkan pandangannya pada seseorang yang akan masuk ke ruangannya.
“pak Ansell memanggil saya..?” Tanya Abighail sang asisten.
“iya, bagaimana..?
Kau sudah membereskan semuanya, kartu, mobil, dan aparteman..?” tanya Ansell seraya menatap wajah Abighail yang berdiri dihadapannya.
“pak Ansell yakin akan menarik semuanya tanpa bersisa pak..?
Setidaknya nona Ilona pernah menjadi orang yang paling berharga untukmu.” Respon Abighail.
“kau berpihak padanya..?!” pekik Ansell lengkap dengan tatapan sinisnya.
“bukan begitu, hanya saja.” Sanggahnya.
“jika dia memang sudah menyukai yang lain seharusnya dia bicara jujur padaku, aku juga tak akan menahannya untuk tetap tinggal, mungkin aku juga tak akan bertindak sejauh ini.
Ciihh..!!
semua wanita sama saja hanya membuatku muak.” ocehnya.
“lalu bagaimana dengan nona Ahreum, bukankah pak Ansell juga sudah menyetujui pernikahan itu..?”
“dia..
Gadis yang sulit ditebak, aku tak tahu saat ini dia sedang pura-pura jual mahal atau memang dia tidak tertarik sama sekali denganku.
Yaa tapi idenya boleh juga, hanya 1 atau 2 tahun menikah lalu berpisah, setidaknya itu bisa membuat kedua orang tua kita diam, dan tidak merengek soal pernikahan lagi.” Paparnya.
“pak Ansell tak ingin mencari informasi terkait nona Ahreum, seperti yang pernah dilakukan pada nona Ilona dahulu..?” sarannya.
“tidak perlu, lagipula kita hanya akan menjadi 2 orang asing yang tinggal di atap yang sama, tidak lebih dari itu. Jadi tidak perlu bertindak berlebihan.” Responnya mantap dengan diakhiri senyum yang penuh arti.
***
Rumah abu.
Tempat dimana ibu kandungnya disemayamkan didalam Gucci yang berada di salah satu etalase lemari kaca tersebut. Untuk sejenak ia memandangi Gucci yang berisikan abu ibunya tersebut lengkap dengan tatapan lirihnya.
“mama..
Akhir bulan ini aku akan menikah, mama tak perlu khawatir, dia lelaki yang sangat baik hanya saja.. dia sedikit keras, hehee. Calon ibu mertuaku.. amm.. kurasa dia juga cukup baik, sama halnya ibu Enzy.
Ohh iya, ibu juga saat ini sedang mengandung, kalau perkiraan dokter sih bulan ini lahiran mah, doakan saja ya mah semoga lahiran ibu lancar begitu juga pernikahanku, hehee.
Dan juga.. terimakasih karena sudah melahirkan dan membesarkanku mah, waktu begitu cepat berlalu, aku tak menyangka jika saatnya kini telah tiba, pada waktunya pernikahanku.” Pungkasnya mengakhiri kalimatnya kala itu diiringi dengan senyum tipisnya yang manis.
Di dalam mobil.
“Ahreum tak ingin ditemani lagi..?” Tanya Jeno saat ia melihat Ahreum tengah berjalan menuju mobilnya yang terparkir dipekarangan rumah abu.
“iyaa..” sahut Nayeon yang tengah bercermin seraya memasangkan bondu berwarna putih untuk memberikan hiasan di rambutnya yang panjang terurai.
“seharusnya kau tak perlu memakai itu..” ucap Jeno sembari melirik ke arah Nayeon yang masih bercermin.
“memangnya kenapa..?” Tanya Nayeon seraya menoleh ke arah Jeno yang tengah memperhatikannya sedari tadi.
“kau akan terlihat semakin cantik, dan aku tak suka.” Rengek Jeno lengkap dengan mulutnya yang dimanyun manyunkan layaknya seorang bocah yang tengah ngambek.
“oh my..!!
Kau ini lucu sekali, aku jadi makin cinta padamu, hahaha, muach..muach..muach.” kecupan pun mendarat di pipi Jeno, saking gemasnya Nayeon pada sang kekasih ia sampai mengecupnya beberapa kali.
Seolah tak perduli dengan kemesraan yang ditunjukan oleh kedua temannya tersebut, Ahreum hanya terdiam saat memasuki mobil yang dikendarai karibnya itu, dengan pandangan yang mengarah keluar jendela.
“kau baik-baik saja..?” Tanya Nayeon khawatir seraya memutar sedikit tubuhnya untuk melihat Ahreum yang duduk di sudut dekat pintu.
“hmm..” responnya yang kemudian menyandarkan tubuhnya dan memejamkan kedua matanya.
Nayeon pun kembali pada posisinya dan memberi tanda pada Jeno untuk langsung menancapkan gas nya.
“kira-kira nanti gaun warna apa yang ku pakai yaa, merah atau putih aja..?” gumam Nayeon seraya menscroll layar ponsel nya yang menampilkan beberapa foto gaun yang dikirimi oleh butik langganannya.
“kau akan menyaingi pengantinnya jika gaun mu berwarna putih, bagaimana jika orang-orang malah mengira dirimu pengantinnya.” Komen Jeno seraya melirik sesekali ke arah Nayeon yang masih focus pada layar ponselnya.
“hentikan, kalian berdua membuatku mual..” keluh Ahreum yang akhirnya ikut berbicara.
“hahaha.. tapi kalau difikir-fikir kau memang sangat beruntung Ahreum bisa menikah dengan Ansell seorang pewaris tunggal KT. Group, juga pengusaha termuda yang pernah ada di Indonesia. Kau pasti pernah menyelamatkan dunia di kehidupan sebelumnya hingga kau mendapat jackpot yang sungguh luar biasa..!” serunya penuh dengan antusias.
“hey..!!
Aku juga tak kalah tampannya kok dengan dia, bahkan aku juga bisa saja mewarisi perusahaan ayahku. Lalu apa yang kurang dariku..?!” gerutu Jeno kesal jika kekasihnya itu malah memuji lelaki lain dihadapannya.
“hehehe maaf baby, aku hanya asal bicara saja, kau memang tidak ada tandingannya. Love you..” bujuknya seraya menoel-noel sikut Jeno dengan manja, hingga membuat Jeno tak lagi marah dan malah tersenyum malu-malu.
“ciih..!” Ahreum yang melihat adegan tersebut hanya bisa mendengus dan menggeleng kepalanya.
Beberapa menit berlalu, akhirnya mereka bertiga pun sampai di tempat tujuan.
Kemudian keluar dari mobil secara bersamaan menuju café tempat biasa dimana mereka menghabiskan waktu bersama untuk sekedar mengobrol ringan, baik membicarakan tentang tugas dikampus ataupun membicarakan teman sesama kampusnya.
“kau caramel latte seperti biasa kan..?” Tanya Nayeon seraya menatap wajah Ahreum yang hendak duduk dikursinya bersamaan dengan Jeno yang duduk disebelahnya.
Ahreum hanya menggangguk untuk menanggapinya.
“aku, caramel macchiato ya..” ucap Jeno yang ingin berganti varian minum yang biasanya ia pesan.
Nayeon pun memberikan isyarat ok dengan kedua jemarinya lengkap dengan matanya yang memberikan wink pada Jeno, membuatnya semakin kelepek-kelepek.
“jika kau ingin mewarisi perusahaan ayahmu, lalu bagaimana dengan impianmu..? bukannya kau ingin menjadi seorang penyanyi.” Ucap Ahreum yang mengawali pembicaraan saat Nayeon sudah jauh dari pandangan.
“itu..
Aku sendiri masih tak yakin apa sebenarnya yang aku inginkan. Bagaimana masa depanku nanti, entahlah.” Ungkapnya seraya menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
“AHREUM..!!” bentak seseorang yang tiba-tiba saja hadir diantara Ahreum juga Jeno, bersama dengan Abighail yang berdiri tepat dibelakangnya.
“jadi ini maksud dari perkataanmu kau tak perduli jika aku memiliki kekasih atau tidak, karena dirimu sendiri pun akan melakukan hal yang sama begitu..?!
Kau akan menikah denganku tapi tetap berpacaran dengannya..!!” seru Ansell dengan nada tinggi yang dipenuhi amarah.
“dia yang bernama Ansell..?” ucap Jeno pada Ahreum yang masih memandangi Ansell.
“IYA..!!
Ku peringatkan ya..”
“bisa kita bicara diluar..?” sela Ahreum seraya bangkit dari tempat duduknya.
“kenapa..?
Apa kau merasa malu sekarang..?!” pekik Ansell yang semakin menjadi jadi.
“pak Ansell sebaiknya anda menahan emosi anda saat ini, karena banyak sekali yang tengah mencoba merekam anda. Jika orang tua anda sampai tau, itu akan semakin menyulitkan.” Bisik Abighail.
“aku ingin bicara denganmu..!” perintah Ansell pada lelaki yang duduk disebelah Ahreum.
“Ansell..” ucap Ahreum.
“baik..” sahut Jeno yang kemudian mengikuti Ansell berjalan keluar café dan diikuti Ahreum juga Abighail dibelakang.
Bruugghh..!! suara hantaman kepalan Ansell mendarat di pipi Jeno hingga membuatnya jatuh terseungkur.
Abighail pun reflex langsung menahan Ansell yang kala itu masih ingin menghajar Jeno yang sudah terduduk di aspal dengan luka lecet di sudut bibirnya, akibat kerasnya hantaman Ansell.
“pak Ansell, tenangkan diri anda, banyak orang yang melihat pak.” Ucap Abi seraya mencoba menahan Ansell dengan sekuat tenaga.
Sementara itu Ahreum langsung berlari kecil menghampiri Jeno, seraya mengecek luka yang ditimbulkan oleh Ansell.
“astaga, Jeno, maaf ya kau jadi terluka karena aku.” Ahreum khawatir sebab perlahan ia melihat darah yang mengalir dari sudut bibir karibnya tersebut.
“HEY..!!
Kalau kau masih berani menyentuh laki-laki itu aku akan membuatnya semakin terluka..!!” teriak Ansell yang melihat Ahreum begitu dekat dengan Jeno.
“tidak, kau tidak boleh menikah dengannya Ahreum, kurasa dia tidak waras..!” celoteh Jeno seraya mencoba bangkit dengan dibantu oleh Ahreum.
“SIAL..!! YAAKK..!!” melihat Ahreum mencoba membantu Jeno berdiri semakin membuat Ansell kalang kabut hingga ia pun mendorong keras asistennya dan bergegas menghampiri Ahreum juga Jeno.
Namun saat ia akan melayangkan tinjunya kembali pada Jeno.
“YAAKKK..!!!!” teriak Nayeon seraya memukuli kepala Ansell dengan tas kecilnya.
Melihat pemandangan itu sang asisten pun cepat-cepat bangkit untuk menolong Ansell yang tengah di serang oleh seorang gadis yang tiba-tiba saja hadir meramaikan peperangan yang terjadi.
Meski Ahreum mencoba untuk melerainya namun ternyata kekuatannya tak cukup untuk melawan ganas nya Nayeon kala itu, membuatnya kewalahan untuk menghadapi peperangan yang terjadi.
“APA YANG KAU LAKUKAN PADA PACARKU..!! DASAR BRENGSEK, BERANINYA KAU MELUKAI PACARKU. MEMANGNYA KAU SIAPA, DASAR B**I SIALAN..!!” umpatnya seraya terus memukuli kepala Ansell, sedangkan Ansell hanya mencoba menahannya dengan kedua sikunya agar kepalanya tidak terlalu terluka.
“Nayeon tenanglah, dia Ansell..” ucap Ahreum seraya menarik kedua tangan Nayeon yang terus saja memukuli kepala Ansell.
“Ansell..?” ucap Nayeon yang menghentikan aktivitasnya sejenak karena mendengar nama tersebut.
“lalu siapa perduli jika dia Ansell, tetap saja dia sudah melukai pacarku..!” teriak Nayeon yang kemudian hendak kembali melayangkan tas kecilnya ke kepala Ansell.
Namun kali ini dihadang oleh sang asisten yang telah memblokir tubuh Ansell agar tidak terkena hantaman tas Nayeon kembali.
***
Di bangku taman.
Setelah baku hantam itu selesai, Ahreum meminta agar Ansell menunggunya disini selagi dirinya pergi ke apotik membeli obat merah untuk mengobati luka memar di kepalanya yang diakibatkan oleh hantaman tas kecil Nayeon.
Yang membuatnya terluka memang bukan tas kecilnya, namun bagian kecil tas tersebut yaitu kunci besi yang melekat pada bagian tengah tas kecil Nayeon.
Hingga luka lecet pun tak dapat terhindari.
“apa kau selalu seperti ini, Ansell..?” ucap Ahreum yang baru saja kembali lalu duduk disebelah Ansell yang tengah meringis kesakitan.
“apa..?!” ketus Ansell.
“kau selalu menyimpulkan semuanya sendiri, seharusnya kau mendengarkanku terlebih dulu.” Ucapnya lembut seraya meneteskan obat merah pada cutton bud lalu mencoba mentap-tap kan nya di kening Ansell yang terluka.
sedangkan Ansell mencoba sekuat tenaga untuk menahan rasa perih itu dihadapan Ahreum, agar tampak seperti lelaki sejati.
“lelaki itu teman kampusku, Jeno Alexander, dan dia juga pacar temanku.” Imbuhnya lagi mencoba menjelaskan.
“ciiih..!” Ansell mendengus kesal seraya memalingkan wajahnya.
Namun Ahreum dengan lembut kembali memposisikan wajah Ansell seperti semula, agar ia bisa melanjutkan pengobatannya pada kening Ansell.
Kedua pasang mata itu pun kembali bertemu, namun kali ini terasa ada yang berbeda dalam hati Ansell.
Seolah ada yang mengusik hatinya, ia benar-benar tidak mengerti perasaan apa yang kini tengah dirasakannya.
Namun yang pasti kini jantung nya berdegup lebih kencang juga kedua pipinya yang mulai merah merona, membuatnya semakin gugup.
“apa kau tak mengingatku..?” ucap Ansell saat Ahreum selesai men tap-tap obat merah pada keningnya, dan kini beralih hendak memasangkan sebuah plaster karakter hello kittty di keningnya.
“maksudmu..?” Ahreum malah bertanya kembali, seraya memasangkan plaster tersebut ke kening Ansell.
“saat pertemuan keluarga, itu bukan pertama kalinya kita bertemu.” Lanjutnya seraya menatap lekat kedua mata belo Ahreum.
“begitu ya,
Tapi maaf aku benar-benar tidak ingat kita pernah bertemu sebelumnya, amm.. aku memiliki ingatan yang cukup buruk, jadi terkadang aku bisa melupakan sesuatu, bahkan jika sesuatu itu sangat penting sekalipun.” Paparnya.
“kau yakin itu benar-benar alasannya..?
Bukannya kau hanya sedang berpura-pura jual mahal denganku.” Tebaknya seraya tersenyum penuh arti.
“iya, memang itu yang terjadi,
Karena lukamu sudah ku obati, aku pergi ya.” Pamit Ahreum seraya memasukan kembali obat merah, cutton bud juga sisa plaster karakter hello kitty yang tidak terpakai ke dalam kantong plastik kecil yang dibawanya tadi.
“kau mau pulang..?” Tanya Ansell.
“tidak, mau ke kampus, aku masih ada kelas malam.” Jelasnya seraya bangkit dari bangku taman.
“kelas malam..?! kok bisa ada kelas malam.” Seru Ansell yang ikut bangkit dari bangku.
“iya, memang ada 1 mata kuliahku yang jadwalnya malam, memangnya kenapa..?” Tanya Ahreum.
“tidak, tidak ada, ya sudah sana pergilah..!” tukasnya seraya memalingkan wajahnya.
Meski merasa kebingungan karena sikap aneh Ansell hingga membuatnya mengernyitkan keningnya, namun ia mencoba untuk tidak perduli lalu berjalan pergi meninggalkan Ansell.
“pak Ansell, anda baik-baik saja, benar tidak perlu ke rumah sakit..?” ucap Abighail yang baru saja hadir sesaat setelah Ahreum meninggalkan Ansell.
“tidak perlu,
Ahreum, kau tahu kampusnya dimana..?” Tanya Ansell yang masih memperhatikan kepergian Ahreum.
“iya pak, nona Ahreum kuliah di Royal collage of music.” Jelasnya.
“oke, kita pergi kesana sekarang..!” perintahnya seraya bergegas menuju mobilnya yang masih terparkir di area parkir café.
“tapi pak, sore ini ada jadwal pak Ansell bertemu dengan pak Bram, untuk membicarakan..”
“tunda sampai besok..!” potong Ansell seraya masuk ke dalam mobilnya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
dark sistem
wkwkwk😂😂
2025-02-23
0
Onti Titi
jungkook 😍
2023-04-12
1
Mam Jes
blng GK suka
2023-03-25
0