7 hari kemudian, ditaman kota.
Pagi yang cerah untuk para pengunjung taman kota melakukan segala aktivitas, baik bersepeda maupun berjogging.
Tak ketinggalan juga dengan Ilona yang memutuskan untuk berjogging diakhir pekan yang biasanya ia gunakan hanya untuk tiduran seharian, karena mengingat jadwal kerjanya yang padat dari senin sampai sabtu membuatnya merasa lelah untuk melakukan aktivitas yang menguras energi.
“sial!! Kenapa juga aku harus terperdaya dengan permainannya, jatuh cinta dengkulmu!! Sudah ku chat, ku telfon masih juga belum merespon, AUUGHH!! Memalukan sekali.” Gerutunya, sebab sudah 1 minggu dari terakhir Ilona bertemu dengan Ansell, lelaki itu masih belum juga merespon pesan atau menelfonnya kembali, seolah ditelan bumi ia menghilang begitu saja.
“dasar lelaki bre***k, baji****, penipu, penjahat wanita, ouugh sh***!!” umpatnya yang kemudian diakhiri dengan menendang bangku taman dengan segenap kekuatan yang ia miliki, alhasil kakinya sendirilah yang merasa sakit hingga ia pun merengek seraya memegangi satu kakinya tersebut.
Sedangkan orang-orang yang tengah berjogging melewatinya hanya menatapnya keheranan seraya menggelangkan kepalanya, dan ada juga yang merasa hal itu lucu hingga tertawa kecil sembari berjalan melewatinya.
“aduuhh..” ringis Ilona sembari masih memegangi ujung kakinya yang barusan menendang bangku taman yang terbuat dari besi.
Sadar menjadi pusat perhatian, dirinya pun menundukan kepalanya kemudian berjalan perlahan dengan sedikit menyeret satu kakinya yang masih terasa sakit untuk menjauh dari keramaian publik.
Sampai kedua matanya menemukan sebuah truck kopi yang biasa stay ditaman kota, ia pun berniat untuk menghampirinya selain ingin membasahi kerongkongannya ia juga ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak setelah berlari 3 putaran mengitari taman kota.
“ice Americano 1 ya.” Pinta Ilona pada sang penjual truck kopi tersebut.
“oke, 20.000 kak.” Respon sang penjual seraya menatap Ilona untuk menunggu pembayaran.
Ilona pun langsung merogoh dompet kecil yang ia taruh di saku sweater besarnya tersebut, kemudian mengeluarkan 1 lembar 20.000 dan memberikannya pada sang penjual.
“ditunggu ya kak.” Ucap sang penjual seraya memberikan sebuah struk pada Ilona.
Ilona pun mengangguk lengkap dengan senyum tipisnya kemudian berjalan menuju kursi yang disediakan oleh penjual truck kopi tersebut.
Selang 5 menit, pesanan Ilona pun telah selesai, karena tidak ada pelanggan lainnya sang penjual pun dengan senang hati mengantarkan sendiri pesanan Ilona ke mejanya, hingga Ilona tidak harus bersusah payah berjalan kembali menghampirinya.
“eh, terimakasih kak.” Ucap Ilona sembari menundukan sedikit kepalanya saat minumannya diletakan diatas mejanya lengkap dengan senyum ramahnya.
“iya sama-sama.” Timpalnya kemudian kembali menuju posisinya.
Tanpa berlama-lama, Ilona langsung membuka plastik sedotan dan menusukannya pada minumannya.
“hufftt..” keluhnya setelah beberapa kali menyedot ice Americano, ia pun kembali menaruhnya di meja.
“apa semua lelaki yang kaya seperti itu ya, mudah sekali mempermainkan hati gadis polos sepertiku, dan bodohnya aku , masih juga belum bisa melupakannya! Hikss, menyedihkan.” Gumamnya seraya kembali menyedot minumannya, kemudian menyandarkan tubuhnya dengan kekuatan penuh hingga membuat penutup minuman tersebut terlepas, dan kursi yang didudukinya pun hampir terjengkang ke belakang akibat tingkah randomnya tersebut.
Beruntung sebelum kursi itu benar-benar terjatuh ke belakang, seseorang dari belakang tiba-tiba menahan sandaran kursi tersebut dan mengembalikan kursi ke posisinya semula, membuat Ilona berhasil keluar dari masa-masa krisisnya.
Tapi tidak dengan tumpahan minuman yang kini sudah terlanjur membasahi seluruh tubuh dan wajahnya, ia pun kembali meratapi nasib sweaternya yang kini basah kuyup akibat tingkah randomnya setelah meletakan cup minuman yang sudah habis tak tersisa diatas meja.
“hey..
Apa kau senang sekali menumpahkan minuman?” celoteh seseorang yang menolongnya tersebut kemudian berjalan ke hadapan Ilona.
“hiiikkksss!!” rengek Ilona seraya menghambur ke pelukan lelaki tersebut yang tak lain adalah Ansell.
“kau kemana aja sih!! Kau yang menyuruhku untuk menghubungimu, pagi, siang, malam aku mengirim pesan dan juga menelfonmu setiap hari tapi tak pernah sekali pun kau respon!!”
“YAAK!!” bentak Ilona seraya melepas pelukannya sejenak.
“kau yang menggodaku duluan, seolah kau benar-benar menginginkanku, tapi kau malah menghilang begitu saja, kau tak boleh seperti ini, ini tidak benar..”
Belum sempat Ilona menyelesaikan kalimatnya Ansell lebih dulu menarik lengan Ilona dan memeluknya kembali seraya mengusap lembut bagian belakang kepala Ilona, lengkap dengan senyum tipisnya seolah ia benar-benar merasa dibuat gemas dengan rengekan Ilona tersebut.
“maaf ya, ponsel ku rusak parah karena tertindas mobil, aku belum sempat memulihkan data karena harus buru-buru pergi dinas ke luar negeri selama seminggu ini.” Ansell menjelaskan.
“begitukah?” respon Ilona seraya melepas pelukannya agar ia bisa menatap wajah Ansell.
“iya benar, ini aku baru sampai di Jakarta beberapa jam yang lalu.” Ucap Ansell seraya menyeka air mata Ilona dan juga ingusnya yang mulai mengalir hampir mengenai bibir atasnya.
“iih inguussmu..” goda Ansell sembari mengelapkan kembali jemarinya yang basah ke sweater Ilona.
😡😡😡
“YAAAKKK!!!” rengek Ilona kembali lengkap dengan pukulan kecil yang ia layangkan ke dada bidang Ansell.
Ansell hanya bisa tertawa melihat tingkah Ilona yang menggemaskan tersebut.
“kau tak kedinginan? Bajumu basah semua tuh, wajahmu juga seperti orang yang tercebur di got hahaha!!” goda Ansell sembari mencubit pelan salah satu pipi Ilona yang chuby.
“yaaak, berhenti menggodaku!!” rengek Ilon seraya memanyunkan bibirnya.
“oke oke, ayo kita ke apartemenku.” Ajak Ansell seraya merangkul Ilona kemudian berjalan pergi menuju mobilnya.
“eyyy, kita baru saja mengenal masa langsung..” respon Ilona sembari diam-diam tersenyum nakal, meski perkataannya memberitahukan jika ia ingin menolak, namun tetap saja langkahnya tidak bisa ia kendalikan hingga akhirnya ia pun menuruti kemana pun Ansell membawanya.
“memangnya apa yag kau fikirkan?
Aku hanya ingin kau mandi, lalu mengganti pakaianmu, baru kita bisa jalan-jalan kan.” Lanjut Ansell yang lagi-lagi membuat kedua pipi Ilona memerah.
“ough, sial, kau benar-benar!! YAAK!!” geram Ilona seraya mendorong Ansell yang mulai menertawainya.
“hahahaha!! Tapi kalau kau membayangkan hal seperti itu, aku bisa mewujudkannya kok.” Tambah Ansell lengkap dengan senyuman nakal dan kedipan matanya, yang membuat Ilona naik pitam dan hendak melayangkan tinjunya kembali.
Namun kali ini Ansell malah berlari kecil untuk menghindari Ilona, membuat Ilona terus mengejar sembari menunjukan kepalan tinjunya lengkap dengan kedua mata yang berapi-api, sedangkan Ansell malah tak hentinya tertawa sembari sesekali menoleh ke belakang.
***
Waktu 5 tahun memang bukanlah waktu yang singkat bagi Ansell, mungkin pada awalnya ia tampak bisa langsung move on dari Ilona dan beralih menggantikannya dengan Ahreum.
Namun setelah ia mengetahui kebenaran dibalik pengkhianatan mantan kekasihnya itu, hatinya mulai kembali goyah, rasa penyesalan pun menjalar memenuhi fikirannya, ditambah disaat-saat terkhir Ilona dirinya benar-benar diluar kendali hingga memperlakukan mantan kekasihnya itu dengan kasar, ia mencekik juga mendorongnya hingga terjatuh.
Semakin membuat fikirannya kacau dan hatinya terasa amat sakit, meski sekuat tenaga ia mencoba menahannya, namun air matanya pecah kala bayangan Ilona tengah tersenyum, tertawa dan merengek padanya tiba-tiba saja muncul dalam pandangannya terus menerus.
Sampai kepalanya terasa mau pecah, ia tak bisa menghentikan bayang-bayang mantan kekasihnya tersebut, alhasil ia pun mendorong semua komputer dan juga beberapa ponsel yang berada dimeja hingga hancur berserakan dilantai ruangannya.
Drreeddd.. drreedd.. meski layar ponselnya retak akibat terjatuh dari atas meja, namun tampaknya ponsel tersebut masih bisa berfungsi. Perlahan Ansell mendekati ponsel yang tengah bergetar tersebut masih dengan isakan tangis yang sudah tak bisa dikendalikan.
Ia pun meraihnya dan meletakannya di telingnya,
“pak Ansell.” Panggil seseorang ditelfon yang membuka pembicaraan mereka berdua.
“Abi, pesankan tiket ke Amerika untukku sekarang juga!” perintahnya dengan nada suara yang bergetar.
***
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments