"Bisa dikatakan kakak SENIOR dan kalian JUNIORnya."
"Kakak juga pemalu, seperti kalian juga.... bahkan kakak termasuk anak yang penakut, minder, tidak percaya diri.... tidak berani bergaul. Pak guru Arta, dan ibu guru Raila tahu semuanya itu...."
Semua anak masih terrunduk, hanya seorang anak laki - laki yang berani menegakkan kepalanya melihat kearah Hanaria dengan sedikit rasa tidak percaya diri.
"Perasaan seperti itu terbawa hingga kak Hana bersekolah di kecamatan, ketika ikut paman dan bibi kakak, karena berasal dari kampung, kak Hana merasa minder dan malu bergaul dengan teman - teman. Kakak dibully, dikatakan sudah kampungan sombong lagi, dan banyak lagi kata - kata lain yang tidak mengenakkan. Padahal mereka tahu kak Hana adalah orang yang pemalu."
"Bersyukur, paman dan bibi kak Hana mengetahui permasalahan itu saat mereka dipanggil pihal sekolah. Kakak diberi nasihat untuk melawan rasa malu, takut, minder, tidak percaya diri. Awalnya memang tidak mudah, sulit, bahkan ingin menyerah dan pengennya berhenti sekolah."
Nampak beberapa anak - anak mulai berani mendongakkan wajah mereka, memandang kearah Hanaria yang berkisah tentang dirinya.
"Kak Hana teringat pada ayah dan ibu, yang rela berbuat apa saja buat kak Hana dan kakaknya kak Hana supaya bisa sekolah. "
"Orang tua kak Hana memenuhi kebutuhan keluarga kami dari hasil bertani, setiap hari harus berjemur dibawah terik sinar matahari, belum lagi kalau panen gagal."
"Mengingat hal itu, membuat kak Hana bertekad berubah. Sedikit demi sedikit rasa takut, rasa malu, rendah diri kak Hana mulai tinggalkan, tidak ada yang instan, semua butuh proses, yang penting ada kemauan untuk berubah menjadi manusia yang lebih baik." Ucap Hanaria menatap semua anak - anak. Sebagian dari mereka juga menatap kearah dirinya.
"Dihati kak Hana, ada keinginan membahagiakan orang tua. Bagaimana caranya?? Harus dimulai dari diri kak Hana sendiri."
Beberapa murid yang sebelumnya masih ada yang menunduk menyembunyikan wajahnya, kini sudah menegakkan tubuhnya dan mengangkat wajahnya memperhatikan penuturan Hanaria tentang dirinya.
"Kalian juga harus memulainya dari sekarang. Kita memang anak - anak kampung, tapi kita semua sama, punyak hak untuk hidup lebih baik sama seperti anak - anak lainnya. Hanya diri kita sendiri yang bisa memperjuangkan cita - cita kita. Orang tua hanya mendukung dan mendoakan kita. Mau jadi apa saja boleh, yang penting bisa bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, bangsa dan negara kita tercinta."
"Waktu Sekolah Dasar kak Hana punya cita - cita jadi guru, tapi kak Hana punya Hobby menggambar. Dan setiap menggambar, kak Hana suka buat pondok ditepi danau, dihiasi hamparan sawah ayahnya kak Hana."
"Seiring berjalannya waktu, cita - cita kak Hana berubah saat menonton siaran televisi yang mengulas tentang seorang arsitek. kak Hana merasa sangat tertarik menjadi seorang arsitek, sesuai hobby kak Hana yang sangat suka membuat gambar - gambar bangunan rumah, taman, dan lainnya."
" Kak Hana lalu mencari dan membaca beberapa buku tentang arsitek di perpustakaan sekolah mau pun perpustakaan daerah milik pemerintah. Maklum, bila harus membeli, kak Hana tidak punya cukup uang, kiriman dari orang tua terbatas. Tapi semua harus disyukuri." Ucapnya sambil tersenyum.
"Lulus SMU, kak Hana masuk Universitas mengambil jurusan tekhnik sipil. Setelah selesai S1 kak Hana berkerja di salah satu perusahan properti sampai sekarang. Sambil berkerja, kak Hana lanjut kuliah lagi ambil S2 arsitekture. Karena kak Hana berkerja mulai pagi hingga sore hari, jadi ambil kuliahnya jam malam selepas pulaang berkerja, dan sekarang sudah selesai tinggal tunggu wisuda bulan depan."
"Kak Hana hebat..... apa kami bisa seperti kak Hana?" Seorang anak perempuan yang duduk dibarisan ketiga memberanikan diri untuk bersuara.
"Kau juga hebat dik, namamu siapa?" Tanya Hana senang, karena ada diantara para murid itu akhirnya mulai merespon penuturannya yang panjang lebar.
"Yuniar......" Sahutnya pelan, tapi masih bisa terdengar.
"Yuniar juga hebat, sekarang sudah memberanikan diri menyuarakan apa yang ada didalam hati. Teruskan keberaniannya ya dik, jangan berhenti sampai disini. Adik Yuniar bisa seperti kak Hana, bahkan lebih. Yang penting mau belajar, pantang menyerah meraih cita - cita." Ucap Hanaria memberi semangat.
"Yuniar pengennya jadi ibu bidan kak, seperti ibu bidan Elisana, Yuniar mau menolong ibu - ibu melahirkan, dan Yuniar suka lihat adik - adik bayi yang baru lahir." Ucap Yuniar menyampaikan cita - citanya.
"Boleh dik..... itu cita - cita yang sangat mulia. Ingat, cita - cita bisa diraih bila kita mau belajar dengan keras dan pantang menyerah. Orang tua tinggal mendukung kita dalam mencapai tujuan cita - cita kita." Ucap Hanaria.
"Saya mau jadi guru kak.....!" Ucap seorang anak laki - laki lantang.
"Itu juga cita - cita yang mulia. Guru, sering kita dengar orang menyebutnya 'pahlwan tanpa tanda jasa', sangat berperan membantu untuk mencerdaskan anak - anak bangsa, yang kelak akan menjadi pemimpin - pemimpin di negeri ini, minimal memimpin diri sendiri. Bisa kita bayangkan bila tidak ada guru dinegeri kita 'kan?"
"Kalau aku kak, pengennya jadi bapak kepala Dusun...." Ucap seorang anak laki - laki lain yang duduk paling depan.
Semua yang ada didalam ruangan kelas enam SD itu memandang kearah anak laki - laki itu dan langsung tertawa terbahak - bahak, termasuk murid yang bertanya.
"Siapa namamu dik....?" Tanya Hanaria masih menyisakan tawanya.
"Rony kak....." Sahutnya masih tertawa.
"Kalau tidak salah bapak kepala Dusun, pak Budiman itu ayahmu ya dik?" Tanya Hanaria lagi.
"Iya kak....." Jawab Rony sambil menganggukan kepalanya.
"Berarti dik Rony mau melanjutkan tugas ayah?" Tanya Yurina dengan senyum lebar.
"Iya kak......"
"Bagus...... menjadi pelayan warga, pelayan masyarakat.... itu juga cita - cita yang mulia." Ucap Hanaria mengacungkan kedua jembolnya keudara.
"Kak Hana sangat senang.... sekarang kalian sudah berani mengemukakan apa yang ada dihati adik - adik, mengenai cita - cita adik - adik semua. Harapan kakak, kalian harus tetap berani, jangan pernah malu, apalagi rendah diri. Kita semua berhak menjadi apapun seperti yang kita cita - citakan."
"Kak Hana rasa cukup dulu, karena sudah terlalu banyak berbicara. Adik - adik boleh lanjut belajar bersama ibu guru Raila lagi. Untuk hadiah yang kak Hana janjikan tadi, besok kak Hana titipkan pada ibu guru Raila ya, hari ini kakak tidak sempat membawanya. Kak Hana juga sekalian mau permisi untuk pamit pulang, karena ibunya kak Hana masih belum pulih benar kesehatannya. Ingat tetap semangat belajarnya ya adik - adik....!!! Jangan pernah kendor....." Hanaria mengepalkan tangannya dan mengayunkannya tinggi - tinggi keudara.
"SEMANGAT !!!!!" Teriak para murid itu dengan lantang sambil mengepalkan tangan dan mengayunkannya keudara sama seperti Hanaria.
"Baik anak - anak, bapak juga permisi, selamat belajar kembali...." Ucap pak guru Arta berpamitan.
Setelah berpamitan dengan ibu Raila, pak guru Arta dan Hanaria meninggalkan ruangan kelas itu.
"Nak Hana, terima kasih banyak sudah datang ke sekolah ini dan memberi semangat dan motivasi pada para murid kelas enam. Saya melihat mereka begitu bersemangat lebih dari biasanya, semoga saja melalui pertemuan kita hari ini, motivasi anak - anak dalam belajar semakin meningkat."
"Sama - sama pak guru, melihat mereka, saya ingat diri saya yang dulu...." Ucap Hana sambil tersenyum.
"Baik pak, hari sudah mulai siang, waktunya ibu harus makan siang dan minum obat. Jadi saya permisi dulu...."
"Iya nak Hana, semoga ibumu cepat sembuh.... Salam buat ayah dan ibumu ya nak Hana...." Ucap pak Arta.
"Iya pak guru....." Hanaria mencium punggung tangan mantan gurunya itu lalu menuju sepedanya yang terparkir di halaman sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
neng ade
pak guru Arta yang kini menjadi kepala sekolah itu kan anak nya bibi Nur ya thor wah hebat.. lalu apa kabarnya dengan bibi Nur ..
2025-04-03
1
Ucy (ig. ucynovel)
🌹 buatmu thor
2024-02-23
1
Ucy (ig. ucynovel)
jgn di ketawain dong, namanya jg cita2 dek. semoga kesampaian ya dek
2024-02-23
1