"Pria ugal - ugalan.....!"Seru Hanaria tak kalah kaget.
"Apa yang kau lakukan disini nona jangkung?" Willy serta merta berdiri dari duduknya, wajah kagetnya masih terlihat.
"Apa kau masih mengejarku untuk ganti rugi?" Ucapnya beruntun.
Sekretaris Morin hanya terbengong - bengong menyaksikan ulah majikannya dan Hanaria.
"Enak saja..... saya disini untuk berkerja tuan.....bukan mengikuti anda..... memangnya anda siapa?? Yang tahunya hanya kebut - kebutan dijalan raya....." Hanaria tidak terima mendengar ucapan Wiily, seolah - olah dirinya menguntit pria itu.
"Nona Hana..... apa maksud ucapanmu dengan kebut - kebutan dijalan raya?" Terdengar suara berat dari arah meja kerja CEO.
Hanaria menoleh kearah datangnya suara, ia tidak menyangka pemilik Agatsa Properti Grup tempat ia berkerja sedang duduk dimeja kerjanya bersama asistennya tuan Rudi yang berdiri disampingnya, dan keduanya sedang menatap kearahnya.
Jadi semenjak tadi, tuan Moranno mendengarkan dan menyaksikan semua apa yang telah ia lakukan. Oh my God..... mau taruh dimana wajahnya, pikir Hanaria yang tiba - tiba menjadi gugup.
Yurina segera membungkuk hormat pada sang pemilik perusahaan tempat ia berkerja.
"Tuan.... maafkan atas ketidak sopanan saya, yang tidak menyadari akan kehadiran anda disini tuan." Ucap Hanaria masih membungkuk hormat.
"Jelaskan.... apa maksudmu dengan semua perkataanmu tadi?" Tanya Moranno lagi menatap Hanaria.
Hanaria membenarkan letak berdirinya, ia menatap sejenak pada Willy yang masih berdiri disisi sofa. Wajah Willy berubah gugup memandang Moranno. Ia menatap tajam pada Hanaria, berharap gadis yang ia kenal sebagai nona jangkung itu tidak membuka mulutnya untuk mengatakan apa yang telah terjadi diantara mereka.
"Katakan nona Hana..... karena saya merasa ada sesuatu yang terjadi diantara kalian....." Moranno masih menatap Hanaria yang belum membuka mulutnya.
Hanaria kembali mengatur posisi berdirinya dengan baik, ia juga mengatur napasnya yang sebelumnya terlihat sedikit memburu hingga ia kembali dapat bersikap tenang.
"Tuan..... beberapa hari yang lalu, dihari libur, pria ini kebut - kebutan dijalan raya secara ugal - ugalan. Mau tidak mau saya harus mengejarnya yang telah menyerempet mobil saya menggunakan mobil sport merah menyalanya tuan......" Terdengar suara Hanaria menjelaskan dengan hati - hati karena ia sangat segan pada Moranno yang ia kenal sebagai pemimpin yang sangat bersahaja.Wajah Hanaria menunjuk kearah Willy yang masih berdiri gelisah.
Moranno mengangguk - anggukkan kepalanya mendengar penjelasan Hanaria. Willy terlihat semakin gelisah, ia memang sangat takut pada kemarahan ayahnya.
"Apa kau tahu siapa pria yang kau sebut telah menyerempet mobilmu itu?" Tanya Moranno lagi masih menatap Hanaria.
Hanaria menggelengkan kepalanya. " Tidak tuan."
"Apakah kau tahu, siapa CEO baru yang telah menggantikanku menjadi CEO di Agatsa Properti Grup ini?" Tanya Moranno beruntun.
"Tahu tuan...... tuan Willy..... tuan....." Jawab Hanaria menatap lantai, tidak berani menatap wajah Moranno.
Moranno menghela napasnya sejenak lalu meneruskan kembali pertanyaannya.
"Sepertinya anda hanya tahu namanya saja nona Hana, tapi anda tidak tahu siapa orangnya. Pada hari pertama CEO baru bekerja di perusahaan ini saya melihat anda juga turut berbaris bersama semua pegawai didivisimu dilantai enam. Apa anda tidak mengingat rupa CEO baru anda itu nona Hana?" Moranno masih mencecar Hanaria dengan pertanyaannya.
"Maafkan saya tuan...... Saya tidak melihat rupanya, saya membungkukkan tubuh hingga rombongan tuan dan CEO baru lewat." Jelas Hanaria, masih menatap lantai didekat tumpuan kakinya.
"Sekarang saya mengerti mengapa nona Hana tidak mengenal CEO baru perusahaan ini." Ucap Moranno mengulas senyumnya.
"Pria yang nona Hana sebutkan telah kebut - kebutan secara ugal - ugalan dijalan raya itu, dialah tuan Willy, CEO baru perusahaan Agatsa Properti Grup ini." Ucap Moranno sambil menajamkan matanya pada Willy, membuat putranya itu menundukkan kepalanya.
Sementara Hanaria kembali terkejut mendengar ucapan Moranno yang seakan menjadi mimpi buruk baginya.
Untuk beberapa saat, Hanaria berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh Moranno. Ia mendongakkan wajahnya, memberanikan diri memandang kearah Moranno setelah sekian detik berlalu.
"Tuan..... maafkan saya, saya sungguh - sungguh tidak tahu....." Ucap Hanaria dengan wajahnya yang terlihat sangat gugup.
Moranno hanya menganggukkan kepalanya, ia dapat melihat kegugupan diwajah gadis itu.
"Tuan Willy..... maafkan saya......" Ucap Hanaria dengan menangkupkan kedua tangannya didepan wajahnya menghadap ke arah Willy sambil membungkuk hormat.
Willy hanya terdiam melihat apa yang dilakukan Hanaria padanya, karena ia tahu ayahnya pasti akan meberikan disiplin baru padanya nanti.
"Nona Hanaria..... apa tuan Willy sudah menyelesaikan tanggung jawabnya dalam memperbaiki mobilmu?"
"Iya tuan........" Hanaria sudah tidak berani banyak bicara lagi.
"Baiklah...... Saya pikir, cukup dulu pembicaraan kita akan hal ini, bila ada yang masih kurang, kita akan melanjutkannya lagi nanti." Putus Moranno.
"Sekarang, sesuai tujuan kami memanggil anda kemari, tolong jelaskan tentang semua proyek yang sedang berjalan. Tuan Doffy telah memintamu untuk menggantikannya." Ucap Moranno sambil membolak - balikkan beberapa berkas yang sudah ada diatas mejanya.
"Baik tuan...." Hanaria segera menuju meja LCD proyektor, lalu mengeluarkan laktopnya dari tas ranselnya dan segera menghidupkannya.
Dengan cekatan jari - jemari Hanaria bermain diatas keyboard laktopnya yang sudah menyala, lalu menghubungkannya dengan mesin LCD yang langsung menyorot kelayar yang dapat dilihat oleh Moranno, asisten Rudi, Willy dan sekretaris Morin.
Hanaria mulai menampilkan beberapa proyek pembangunan yang sedang berjalan dilayar proyektor. Detail - detail pekerjaan ditampilkannya satu persatu dalam bentuk gambar sambil memberikan penjelasan pada setiap gambar yang ia sajikan dilayar proyektor.
Moranno memperhatikan layar proyektor sambil mencocokkan pada berkas - berkas yang diberikan sekretaris Morin sebelumnya. Sementara asisten Rudi, Willy dan sekretaris Morin memperhatikan semua yang dijelaskan Hanaria lewat layar monitor proyektor dihadapan mereka.
"Untuk proyek jalan tingkat provinsi jelaskan secara detail, karena besok tuan Willy akan langsung ke lokasi proyek untuk memastikan pekerjaan sesuai laporanmu nona Hana." Perintah Moranno sambil membuka berkas terakhir ditangannya.
"Pekerjaan pembangunan jalan provinsi ini sudah rampung delapan puluh persen. Sesuai kontrak kerja , jalan dengan panjang enam kilometer ini harus selesai dalam tempo seratus delapan puluh hari kerja. Sekarang sudah seratus dua puluh enam hari kerja, tinggal lima puluh empat hari kerja lagi."
"Bangunan - banguna pendukung, seperti beronjong, dinding penahan tanah, galian drainase dan kerb, hampir disemua titik sudah finishing, hanya dinding penahan tanah di Sta. 5+534 saja yang masih belum selesai, karena ada perbaikan akibat retakan tuan." Jelas Hanaria sambil menunjuk setiap detail gambar kerja yang sudah ia buat.
"Oke.... cukup nona Hana...... Apa kau sudah merasa sudah jelas Willy dengan penjelasan nona Hana? Tanyakan bila ada yang masih belum kau pahami." Moranno menatap Willy dari meja kerjanya.
"Sudah dad......" Sahut Willy cepat.
"Sekretaris Morin....."
"Iya saya tuan......" Sekretaris Morin segera menyahut saat Moranno memanggil namanya.
"Buatlah jadwal kunjungan ke lokasi proyek, lalu sesuaikan dengan jadwal yang sudah ada untuk tuan Willy."
"Baik tuan......" sahut sekretaris Morin masih dengan sikap hormatnya.
"Satu lagi, lakukanlah yang menjadi tugasmu, jangan mengambil alih tugas orang lain tanpa kau dimintai bantuan, mengerti?" Ucap Moranno dengan suara datar.
"Mengerti tuan..... maafkan saya....... " Wajah sekretaris Morin bersemu merah menahan rasa malu.
"Kau boleh kembali kemeja kerjamu......."
"Baik tuan......." Sekretaris Morin membungkuk hormat lalu meninggalkan ruangan itu.
"Nona Hana..... anda juga boleh kembali berkerja..... berkas - berkas yang kau bawa ini, kau tinggalkan saja dulu diruangan ini untuk dipelajari tuan Willy." Moranno menatap kearah Hanaria.
"Baik tuan..... saya permisi....." Hanaria membungkuk hormat lalu pergi membawa laktop yang sudah ia masukan kedalam ranselnya.
"Asisten Rudi kau boleh tunggu diruang sebelah, aku ingin bicara empat mata dengan putraku Willy."
"Baik tuan..... asisten Rudi bergegas meninggalkan keduanya dengan tidak lupa membungkuk hormat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
neng ade
seru nih.. ternyata Willy udah menjadi CEO mengganti kan daddy nya 😁😍😍😍
2025-04-03
1
Setia R
mampus lu!
2024-12-04
1
FT. Zira
🌹 dulu deh🤭🤭
2024-02-14
1