Tok .... tok.... tok....
Seorang guru perempuan dan murid - murid yang tengah belajar sama - sama menoleh kearah pintu masuk.
"Selamat pagi bu guru Raila....." Sapa pak guru Arta.
"Iya..... selamat pagi bapak kepala sekolah...." Ibu guru Raila balas menyapa, ia segera menghampiri Hanaria dan pak guru Arta yang masih berdiri didepan pintu.
"Maafkan kami bila mengganggu kegiatan belajar mengajarnya bu...." Ucap pak guru Arta sopan saat ibu guru Raila sudah didekat mereka.
" Tidak apa - apa pak...... Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya ibu guru Raila menatap pak guru Arta.
"Ibu guru Raila, apa anda masih ingat dengan orang yang datang bersama saya ini?" Kata pak guru Arta. Ibu guru Raila lalu memandang wajah Hanaria yang berdiri disebelah pak guru Arta. Ia melihat dengan seksama dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, lalu kembali lagi ke ujung rambut.
"Siapa ya pak.... tapi wajahnya tidak terlihat asing??" Ibu Raila mengerutkan keningnya, wanita yang berusia sedikit lebih muda dari pak Arta itu belum bisa mengenali wanita muda yang berdiri disisi atasannya itu.
"Hanaria..... bu Raila..... anak pak Muri yang pernah menjual kebunnya pada saya, saat saya baru dipindah tugaskan menjadi guru didusun ini. Hanaria dulu pernah menjadi murid disekolah ini juga, dan ibu juga pernah menjadi guru wali kelasnya juga bukan.....?" Jelas pak guru Arta antusias.
"Benarkah......?? Astagaa.....kau kah itu Hana..... kau tinggi sekali Hana.... ibu sampai pangling, pantas saja ibu merasa wajahmu tidak asing tadi....." Ucap ibu Raila sambil memegang kedua pundak Hanaria.
"Iya bu..... saya murid ibu dulu......" Hanaria lalu meraih tangan ibu Raila dan mencium punggung tangannya.
"Syukurlah Hana, kita bisa bertemu lagi, sepertinya semenjak kau lulus, ibu tidak pernah melihatmu lagi."
"Iya bu guru, Hana ikut paman dan bibi yang tinggal dikecamatan, karena hanya disana SMP yang terdekat."
"SMU dikecamatan juga?" Tanya ibu Raila lagi.
"Iya bu guru...."
"Perguruan tingginya di kota bu Raila hingga bekerja disalah satu perusahaan properti ternama dikota itu sebagai seorang arsitek...." Tambah pak guru Arta bangga.
"Kau hebat Hana....." Puji ibu Raila ikut kagum mendengar penuturan pak Arta.
"Lihat ini......" Pak guru Arta memperlihatkan design gambar yang telah diberikan Hanaria padanya saat diruang kerjanya.
"Apa ini pak guru Arta.....?" Tanya ibu Raila yang masih awam melihat gambar - gambar yang ditunjukkan pak guru Arta.
"Ini design yang dibuat Hanaria, bangunan rumah, tata taman hias, kebun - kebun dan beberapa petak sawah saya, ini persiapan untuk masa pensiun saya nanti bu Raila." Jelas pak guru Arta sambil memperlihatkan lembaran demi lembaran pada ibu guru Raila yang turut memperhatikan penjelasannya.
"Nah.... ini lengkap dengan Rencana Anggaran Biayanya bu Raila...." Tambahnya lagi dengan memperlihatkan lembaran - lembaran akhir yang ada ditangannya.
"Ini.... semua Hana yang buat?" Tanya ibu guru Raila seolah tidak percaya.
"Iya.... itu semua yang buat Hanaria, hanya dalam tempo semalam. Anak murid yang pernah sekolah di sekolah ini bu Raila....." Ungkap pak guru Arta membenarkan.
"Maafkan ibu Hana, bila ibu sepertinya tidak percaya, maklum, gambarnya sangat bagus dan juga begitu rapi, seperti seorang ahli saja...." Ucap ibu guru Raila maaih terpukau, sambil menatap wajah Hanaria.
"Hanaria memang ahlinya bu Raila.... ibu Raila juga boleh memesan pada Hanaria bila ingin membuat rumah baru lagi...." Kelakar pak guru Arta.
"Pak guru terlalu berlebihan, saya masih belajar dan perlu banyak belajar lagi....." Hanaria merendah, ia merasa tidak nyaman dipuji sedemikian hingga.
"Iya Hana.... kau memang sangat berbakat sampai - sampai ibu tidak menduga kalau kau yang membuatnya, murid yang pernah kami ajar membaca dan menulis, yang suka duduk disudut - sudut karena takut disuruh maju kedepan mengerjakan hasil PR." Ucap ibu Hanaria dengan senyum mengembang saat mengingat masa Hanaria masih menjadi anak didik mereka.
"Hana jadi malu bu bila mengingat masa - masa itu, waktu itu Hana termasuk murid yang pemalu, juga penakut...." Hanaria ikut tersenyum demikian pula dengan pak guru Arta.
"Ayah dan ibumu juga hebat Hana.... mereka berdaya upaya menyekolahkanmu hingga kau menjadi seperti ini. ibu sering bertemu ibumu, dan mendengar ia bercerita tentang kesedihannya saat kau menempuh pendidikan diluar kampung ini, dan sekarang.... semuanya sudah berbuah manis." Kenang ibu Raila lagi.
"Jadi begini ** guru Raila, maksud saya membawa Hana kemari..... Supaya ia bisa memberi motivasi pada anak - anak didik kita, khususnya yang kelas enam, supaya mereka tambah semangat belajarnya bu Raila....." Jelas pak guru Arta.
"Saya setuju pak Arta.... mari kita masuk......" Ucap ibu guru Raila mempersilahkan.
"Anak - anak, ibu minta letakkan dulu alat - alat tulis kalian dan tutup bukunya, kita istirahat sejenak. Ada sesuatu yang akan disampaikan oleh bapak kepala sekolah." Ibu guru Raila memberi instruksi pada anak - anak didiknya yang sedang belajar.
"Selamat pagi anak - anak semua....." Sapa pak guru Arta menatap ramah pada semua anak - anak.
"Selamat pagi bapak kepala sekolah....." Sahut anak - anak serempak dengan penuh semangat.
"Anak - anak coba sampaikan apa yang menjadi cita - cita kalian saat ini....." Pak guru Arta menatap semua murid, mereka tiba - tiba terdiam dan tertunduk karena takut mendapatkan pertanyaan. Hal yang demikian sudah sering terjadi pada murid - murid disekolah itu.
"Ayo, lihat bapak jangan menunduk, kalian harus percaya diri, tidak perlu malu atau pun takut...." Semua anak - anak masih tertunduk, tidak ada yang berani mendongakkan kepalanya.
Pak guru Arta menatap sejenak kearah Hanaria dan juga ibu guru Raila yang ikut berdiri didepan kelas.
"Apa yang membuat kalian tertunduk, apa kalian takut menjawab pertanyaan bapak tentang cita - cita kalian?" Masih belum ada jawaban, suasana nampak begitu hening.
"Pak guru, dan ibu guru.... bolehkah saya bicara pada mereka?" Tanya Hana setengah berbisik. Pak guru Arya dan ibu guru Raila mengangguk secara bersamaan.
"Halo adik - adik semua....." Sapa Hanaria sambil melambaikan kedua tangannya dengan suara riang, semua murid kelas enam itu masih menunduk, bahkan mematung tak berani bergerak.
"Kalian pasti mengenal kakak kan.....karena beberapa dari antara kalian sering kakak lihat lewat didepan rumah kakak. Ayo siapa yang bisa menyebut nama kakak, kakak kasih hadiah, bagaimana??" Masih hening.
"Ayo.... kakak serius..... kakak pasti kasih hadiah..... ayo buruan.....!!" Seru Hanaria bersemangat. Seorang anak laki - laki sedikit melirikkan matanya melihat kearah Hana lalu cepat - cepat menunduk lagi.
"Ayo.... adik laki - laki yang duduk dibangku nomor dua pada deretan kiri dekat dinding." Panggil Hana yang menangkap basah anak laki - laki itu melirik kearahnya.
Anak laki - laki itu terpaksa mendongakkan wajahnya melihat malu - malu dan terkesan sedikit takut.
"Jangan takut.... kakak nggak gigit kok, kakak malah mau kasih hadiah....." Ucap Hanaria tersenyum ramah.
"Siapa nama kakak?" Hanaria menatap wajah anak laki - laki itu.
"Kak..... Hanaaaa......" Jawabnya pelan dan kikuk
"Iya, benar.....!! Siapa lagi yang tahu nama kakak, tunjuk tangannya keatas...." Pinta Yurina sambil menyapu seluruh ruangan kelas dengan senyum ramahnya.
Masih terdiam, tidak ada yang berani menjawab, selain anak laki - laki sebelumnya. Hanariah mendesah pelan.
"Adik - adik, tiga belas tahun yang lalu, kakak pernah menjadi salah satu murid di sekolah ini, sama seperti kalian saat ini." Ucap Hanaria kembali menyapu seluruh ruangan kelas dengan tatapan matanya.
"Bisa dikatakan kakak SENIOR dan kalian JUNIORnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Teteh Lia
5 iklan 🌹🌹 buat Hanaria
2024-02-22
1
Ucy (ig. ucynovel)
🌹🌹 buatmu thor
2024-02-22
1
Ucy (ig. ucynovel)
13 thn yg lalu dan gurunya masih ingat kamu han, kamu pasti.juara kelas
2024-02-22
1