"Saya tidak bisa menjamin..... saya hanya bisa mengijinkan untuk sementara waktu saja ya mbak Hana, namun nanti bila para warga kelak merasa keberatan saya mohon maaf bila adiknya mbak Hana terpaksa harus meninggalkan komplek ini." Ucap pak RT Firman memandang kearah Hanaria dan Firlita yang duduk dihadapannya diruang tamu rumahnya.
"Iya, saya mengerti pak RT. Saya berterima kasih karena pak RT sudah mengijinkan adik saya untuk tinggal bersama saya walau hanya sementara waktu. Kalau begitu kami permisi dulu pak, terima kasih untuk waktunya.... mari....." Hanaria dan Firlita berpamitan pada pria paruh baya tersebut.
Pak RT mengantar mereka hingga diteras rumahnya, ia menatap kepergian kedua gadis muda itu yang mengendarai motor matic. Nalurinya sebagai seorang ayah merasa kasihan mengingat nasib Firlita, gadis itu masih sangat muda, belum genap dua puluh tahun, tapi harus mengalami masalah sebesar itu. Ia mendesah dengan napas berat, seolah anak gadisnya yang tertimpa masalah itu.
"Pak.... kok berdiri disitu? Masuk pak sudah malam, nanti masuk angin bila terlalu lama diluar." Panggil seorang wanita setengah baya seumuran dengannya dari depan pintu rumahnya.
Pak RT Firman langsung membalikkan tubuhnya dan segera masuk.
"Apa yang sedang bapak pikirkan?" Tanya sang isteri setelah menutup dan menguncinya dari dalam.
"Tidak ada bu, bapak hanya kasihan pada gadis muda itu. Dan semoga saja putri kita selalu dapat menjaga dirinya dengan baik ya bu...." Kata pak RT Firman sambil menyesap teh yang baru saja di tuangkan isterinya.
"Amin....." Sahut isterinya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
...***...
Jam menunjukan pukul sebelas malam, saat Hanaria dan Firlita baru saja pulang mengambil barang - barang milik Firlita di kostnya.
"Biarkan aku saja yang mengangkat koper - koper berat ini, kau bawa saja barang - barang yang ringan itu." Kata Hanaria sambil mengeluarkan barang - barang milik Firlita dari dalam mobil.
Hanaria membawa semua barang milik Firlita menuju kamar tamu yang berseberangan dengan kamarnya. Rumah sederhanya hanya terdiri dari satu ruang tamu, dua kamar tidur dilengkapi kamar mandi dan toilet sederhana didalamnya, satu ruang makan sekaligus ruang santai untuk menonton televisi dan dapur disudut ruang makan itu.
Yah, rumah yang terbilang kecil dan sangat sederhana untuk dirinya yang masih setia menjomblo.
"Semoga kau merasa nyaman dan betah dikamar ini Fir..... Tabunganku baru bisa membeli rumah sederhana seperti ini." Ujar Hanaria sambil mengatur koper - koper disudut tempat tidur.
"Ini sudah lebih cukup kak..... Mendingan kak Hana, lah aku.... belum bisa beli apa - apa, hanya cukup untuk kebutuhan sehari - hari dan bayar kost." Cengirnya. Keduanya sama - sama tertawa.
"Kita tidur dulu yuk, kakak sudah mengantuk, besok kita harus berkerja. Mengenai barang - barangmu ini, besok - besok saja kau rapikan masuk kedalam lemari saat kau punya waktu luang. Ingat jangan terlalu lelah, jaga kandunganmu dengan baik."
"Terima kasih banyak kak..... Oya, boleh kah aku pinjam motor kakak untuk berangkat kerja besok?"
"Apa kau sudah punya SIM?"
"Sudah kak.... motor saja yang belum, hehe...." Tawanya dengan sedikit rasa malu.
"Kau boleh menggunakannya yang penting hati - hati, STNK ada didompet kunci yang tergantung diruang makan."
"Terima kasih kak....."
Hanaria beranjak dari kamar yang berukuran lebih kecil dari kamar huniannya itu, yang kini menjadi kamar hunian Firlita.
Ia langsung masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya walau hari sudah terlalu larut malam untuk mandi, lalu mengganti pakaiannya.
Hanaria tidak terbiasa langsung tidur setelah berpergian, ia harus membersihkan tubuhnya supaya tidurnya lebih nyaman.
...***...
Hanaria dibangunkan oleh suara berisik Firlita didapur. Ia mengerjap - ngerjapkan matanya, ia baru tersadar bahwa kini ia tidak tinggal sendiri, ada Firlita yang tinggal bersamanya.
Ia segera membuka pintu yang langsung menghubungkannya dengan ruang makan.
Nampak Firlita sedang memuntahkan semua isi perutnya diwastafel dapur dipagi - pagi buta.
Hanaria segera mendekat dan memijat tengkuk Firlita.
"Minumlah air putih ini." Hanaria menyodorkan segelas air putih hangat yang ia tuang dari dispenser yang ada didekat wastafel.
Firlita menerima gelas yang diberikan Hanaria lalu segera meminumnya hingga setengah dari gelas itu.
"Terima kasih kak...." Ucap Firlita dengan napas terengah - engah. Wajah pucatnya mengeluarkan keringat dingin.
"Apakah kau selalu begini setiap pagi?" Hanaria membopong tubuh Firlita untuk duduk dikursi yang ada dimeja makan.
"Iya kak, hampir sebulan ini aku sudah mengalaminya." Firlita menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi dibelakangnya.
Hanaria menatapnya dengan perasaan iba. Ya, beginilah nasib seorang gadis yang mengandung seorang diri pikirnya.
"Bila kau sudah merasa baikkan, mandilah dengan segera supaya tubuhmu terasa segar. Kakak akan membuatkan sarapan dulu." Hanaria bergegas menuju kulkas. Ia mengeluarkan sayuran dan beberapa potong ikan yang pastinya sudah dibersihkan sebelum disimpan dalam kulkas.
Kecintaannya pada lauk yang berjenis ikan, membuat Hanaria selalu memiliki persedian berbagai macam jenis ikan dikulkasnya.
Untuk beberapa waktu Hanaria larut dalam kesibukkannya mengolah bahan - bahan yang ada, aromanya mulai tercium memenuhi ruang makan yang terbilang berukuran kecil.
Untuk menuju meja makan dari tempat memasak, Hanaria hanya membutuhkan beberapa langkah saja membawa hasil masakannya untuk disajikan diatas meja.
Kembali membersihkan dapur dan mencuci peralatan masak, juga tidak membutuhkan lebih dari sepuluh langkah. Itulah gambaran ruang makan yang ia miliki, ya cukup kecil, sehingga tidak membutuhkan energi besar untuk bekerja didapurnya itu.
Hanaria segera masuk kekamarnya untuk mandi dan bersiap berkerja.
Tak berselang lama ia sudah rapi dengan seragam kerja dengan atasan putih berpadu dengan garis - garis biru laut dari divisinya.
"Firlita..... ayo sarapan......!" Panggil Hanaria setengah berteriak.
Firlita membuka kamarnya, ia juga sudah mengenakan seragam SPGnya yang masih muat ditubuhnya.
"Hmmmm... aromanya enak sekali...." Firlita mendengus - denguskan hidungnya ke udara mengikuti datangnya aroma masakan.
"Kakak masak apa?" Tanya Firlita sambil memandang beberapa menu hidangan diatas meja.
"Ini Sup ikan Salmon..... untukmu yang sedang mengandung."
"Ini ikan gabus bakar, dan ini sambelnya lengkap dengan perasan jeruk nipis untuk menggugah selera. Terus ini tumis kangkung." Hanaria menunjuk satu demi satu hasil masakannya pagi itu.
"Seperti menu makan siang aja kak....hehee....." celotehnya sambil menarik kursi.
"Iya, kakak terbiasa menu seperti ini, kenyangnya terasa lebih lama. Kalau sarapan roti sesekali saja pas lagi kepingin, tapi cepat laper lagi."
"Ayo dimakan......." Ajaknya sambil memberikan satu piring dihadapan Firlita.
"Bagaimana rasanya Fir....?" Tanya Hanaria saat Firlita mencocol ikan gabus bakar kedalam sambal dan memasukan kemulutnya.
"Hm..... enak kak.... amisnya gak kerasa. Aku biasanya gak suka ikan air tawar, karena bau amisnya lengket, tapi ini beda.....terus sambelnya juga seger karena ada perasan jeruknya."
"Syukurlah kalau kau suka..... ayo dilanjut....." Keduanya menikmati sarapan pagi sambil sesekali meminum air putihnya karena kepedasan.
Selesai sarapan pagi, Firlita merogoh tas kerjanya. Ia mengeluarkan empat lembar angka lima puluh ribuan dan meletakannya diatas meja lalu menggesernya kedekat Hanaria.
"Apa ini Fir....." Tanya Hanaria yang baru saja menghabiskan air putih digelasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Setia R
wah kuat juga Hana!
2024-12-04
1
Teteh Lia
Wah, menu sarapan yang lengkap ini mah ..
2024-02-19
1
FT. Zira
keknya malah nyaman rumah yg begitu deh. 😌
2024-02-13
1