"Tuan......Willy......?!." Hanaria terkesiap, muulutnya tak sadar menyebut nama bosnya dengan gugup. Tanpa komando ia segera membungkuk hormat seperti para pegawai lainnya.
"Nona jangkung...... " Suara Willy terdengar jelas karena semua pegawai tidak ada yang bersuara saat melihat kehadiran Willy.
"Hahhh......" Hanaria mendongakkan wajahnya dan kembali menegakkan tubuhnya ditempat ia berdiri. Pegawai lainnya juga ikut mendongak kan wajah, mereka melihat kearah Willy dan Hanaria.
"Maksudku nona Hanaria..... saya minta maaf....." Ucap Willy menatap wanita dihadapannya, dengan tubuh sedikit membungkuk dihadapan Hanaria.
Semua pegawai terkejut, mereka tidak menduga bila pria yang menjadi CEO baru mereka bersikap seperti itu, menunjujkan betapa rendah hatinya pribadinya. Membuat hati semua yang menyaksikannya meleleh dan semakin mengagumi sosoknya.
"Minta maaf untuk apa tuan?" Jawab Hanaria merasa bingung, ia menatap CEO barunya lalu menatap kesekelilingnya.
"Atas insiden beberapa hari lalu dijalan raya." Ucap Willy to the point.
"Iya tuan....... tidak masalah, saya sudah melupakannya. Kalau boleh saya sarankan, tuan harus test ulang pembuatan SIM baru, karena menurut saya tuan belum lulus test mengemudi, saya khawatir akan ada korban baru selain saya....." Ucap Hanaria dengan nada sarkas, ia sengaja memelankan suaranya supaya tidak didengar oleh pegawai - pegawai yang ada diruangan itu.
Wiily menatap pegawai wanitanya itu dengan pandangan tanpa ekspresi. Ia tidak menduga, wanita itu berani berkata sepert itu padanya walau sudah mengetahui siapa dirinya. Ia tetap berusaha menahan dirinya saat mengingat nasihat sang daddy.
Willy maju, membuat Hanaria memundurkan sedikit tubuhnya. Aroma citrus dari tubuh Willy menyapanya kembali membuat Hanaria menahan napasnya.
"Ternyata kau punya nyali juga berbicara seperti itu padaku.... pegawai wanitaku....." Ucap Willy tak kalah pelan di telinga Hanaria.
Tak dapat dipungkiri, saat posisi mereka menyisakan jarak beberapa inchi, membuat naluri kewanitaan Hanaria merasakan aliran - aliran aneh, walau ia berusaha menahan napasnya, aroma citrus yang menyegarkan itu tetap dapat menembus indera penciumannya, membuat Hanaria sedikit terpesona pada pria yang ada dihadapannya itu.
Willy memundurkan tubuhnya kembali, lalu menatap kesekeliling ruangan. Jelas sekali beberapa pasang mata para pegawai wanitanya memandang wajahnya tak berkedip dengan tatapan mendamba. Sementara para pegawai pria tidak berani menatap lama kearahnya.
"Baiklah, lanjutkan pekerjaan kalian kembali....."Setelah berkata demikian, Willy segera meninggalkan meja Hanaria. Semua pegawai termasuk Hanaria membungkuk hormat hingga Willy menghilang dibalik pintu ruangan kerja mereka.
Hanaria menggeleng - gelengkan kepalanya, saat melihat beberapa teman wanitanya masih terpana akan pesona yang ditinggalkan sang CEO baru didekat meja mereka berdiri sambil menghirup aroma citrus yang masih sangat terasa aromanya.
Entah berapa liter ia menumpahkan parfum pada tubuh dan pakaiannya, pikir Hanaria sambil kembali duduk untuk melanjutkan pekerjaanya.
"Hanaa......!! " Beberapa pegawai wanita menghambur kemeja Hanaria, tak ketinggalan Linda salah satu diantaranya.
"Memangnya apa yang terjadi padamu dan CEO tampan kita?" Tanya Shasie nampak penasaran.
"Tidak ada........" Sahut Hanaria santai, ia sempat terkejut dan merasa begitu pengap dikelilingi teman - teman wanitanya yang membutuhkan penjelasan darinya.
"Lalu kenapa ia kemari untuk minta maaf?" Sambung Laras dengan wajah penuh tanya.
Hanaria menatap wajah teman - temannya satu - persatu yang siap melontarkan banyak pertanyaan yang tentu menyita waktunya, apa lagi bila itu ada kaitannya dengan CEO idola mereka, tentu saja tidak akan mereka lewatkan, sedangkan ia harus mengerjakan pekerjaan desain villa yang belum kelar.
"Memangnya harus sekarang ya kita bahasnya....??." Tanya Hanaria polos sambil mengedip - ngedipkan matanya.
"Iyaaaa..... Harus sekarang......!!!!" Jawab mereka serempak membuat pegawai lain menatap mereka karena merasa terganggu.
"Oke.... oke...... aku cerita, tapi kalian janji setelah ini cepat pergi dari sini, aku lagi bangak kerjaan....." Ucap Hanaria sambil mengangkat kedua tangannya keudara.
"Saat pulang setelah mengantarkan temanku yang bernama Firlita diminggu sore yang lalu, mobil sport merah menyala melewati mobilku dengan kecepatan tinggi, ia sedikit menyerempet. Aku lalu mengejarnya." Keempat wanita itu menyimak dengan penuh minat, dan langsung tahu siapa pemiliknya.
"Itu kan mobil tuan Willy......!" Celetuk Linda disertai anggukan ketiga temannya sambil berdiri mengelilingi Hanaria yang duduk dikursinya.
"Apa kau berhasil mengejarnya?" Tanya Norsa tak sabaran.
"Tentu saja..... Hanaaa.....!! Kalian tahu kan bagaimana kemampuan mengemudiku??"Ucap Hanaria dengan bangga, keempat temannya mendecih iri.
"Lalu.... Lalu.... selanjutnya bagaimana? bagian sebelumnya tidak penting......" Shasie yang begitu tidak sabaran sedikit memaksa.
"Kalian ini sebenarnya mau dengar bagian yang mana? Tadi maksa - maksa minta cerita, sekarang malah bilang gak penting, gimana sih?!" Hanaria terlihat sedikit senewen.
"Pokus pemilik mobil sport merah.....!!!" Ucap mereka kembali serempak tanpa menghiraukan wajah Hanaria yang berubah malas. Suara keempat wanita itu kembali mengusik ketenangan para pegawai lainnya.
"Jangan berisik ini masih jam kerja nona - nona cantik....." Tegur Horison salah satu pegawai pria muda menatap kearah mereka sambil mengulas senyum.
Keempat wanita itu menoleh kearah pria itu sambil mengerlingkan mata nakal mereka membuat sang pria gelagapan.
"Maaf ya Hanaa, tadi aku bercanda aja bilang gak penting, masalahnya aku kepengen cepat tahu benang merahnya dari isi ceritamu.... ayo cerita lagi dong, lanjutkan ya Hana, jangan biarkan kami mati penasaran mendengarkan kisahmu yang belum tuntas....." Bujuk Laras dengan wajah memelas, didukung ketiga temannya yang lain dengan wajah yang tidak kalah memelasnya.
"Mati penasaran dengan pemilik mobil sport merah menyala itu kan.....?!" Ucap Hanaria sarkas, ia tahu benar kemana arah cerita yang diinginkan keempat teman wanitanya itu.
"Hmmm...... sebenarnya iya juga sih.....kok kau bisa tahu sih Hanaa?" Kata Norsa cengengesan karena ketahuan.
"Ya tahu lah..... si bos udah keluar aja, kalian berempat masih menatapnya seolah si bos masih ada didepan mata. Keliatan banget deh..... Sadarlah..... si bos bukan level kita, nanti kalian kecewa......" Ucap Hanaria sok menasehati.
"Kau itu Hana.... gak tahu barang bagus apa, gak papalah kita bermimpi dulu, siapa tahu mimpinya bisa jadi nyata, iya gak?? Ayo dilanjut Hana....." Linda menimpali dengan wajahnya yang masih bersemangat untuk mendengarkan cerita Hanaria, ketiga temannya mendukungnya dengan masih setia berdiri didekat Hana.
Hanaria mendesah, ia terpaksa harus melanjutkan ceritanya, kalau tidak, keempat temannya itu pasti terus mengganggunya.
"Baiklah....." Keempat temannya kembali memperhatikan wajah Hanaria yang memulai ceritanya.
"Setelah aku berhasil mengejarnya, aku mengedor - ngedor pintu mobilnya supaya ia segera keluar."
"Kau berani sekali Hana?" Mata Laras membulat.
"Terpaksa..... kau tahukan Laras, aku harus menghemat luar biasa untuk mendapatkan rumah sederhana dan mobil itu, jadi aku tidak mempunyai biaya tambahan untuk memperbaiki mobil yang bukan karena keteledoranku.
"Oke... kami mengerti.... tolong dilanjut ceritamu nona jangkung?" Ucal Shasie sengaja meledek.
"Nona jangkung?? Panggilan apa itu?" Sela Hanaria tampak tidak suka.
"Tadi aku sempat mendengar tuan Willy yang tampan itu memanggilmu seperti itu, hehee....." Ucap Shasie geli seolah menertawakan Hanaria.
"Iya, kami juga mendengarnya......." Kata ketiga temannya yang lain membenarkan, dan ikut terkekeh. Hanaria menatap mereka tak suka sambil mengatupkan mulutnya.
"Sorry....sorry.......sorry....... Tolong dilanjut lagi nona jangkung..... Hanaa maksudnya......." Ucap Linda berusaha menahan tawanya.
"Pemilik itu, yang ternyata tuan Willy keluar dari mobilnya, saat itu aku memang tak tahu siapa dia....." Lanjut Hanaria.
"Tunggu..... tunggu.....tunggu..... kau pasti menatapnya dengan wajah terpana, mengagumi wajah tampannya.... lalu berdiri kaku dan bingung harus berbicara apa...... Benarkan??" Potong Norsa dengan mata menerawang.
"Semua yang kau khayalkan itu tidak terjadi padaku. Aku justru menatapnya galak, meminta ganti rugi padanya, dan membawanya kebengkel terdekat. Bayangin aja..... aku harus mengerahkan kemampuan mengemudiku untuk mengejarnya, untung saja lalu lintas saat itu terbilang sepi. Jadi aku tidak sempat mengagumi tuan Willy yang kalian sebut tampan dan keren itu.... " Ucap Hanaria menggebu - gebu, namun keempat temannya melengos mendengar ucapan Hanaria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Teteh Lia
Betul, jangan mau rugi. apalagi Willy kan banyak duit.
2024-02-21
1
Teteh Lia
Giliran Willy maju, Hanaria yang mundur 🤭
2024-02-21
1
Ucy (ig. ucynovel)
🌹🌹 buat othor
2024-02-16
1