"Kak Hana......!"Firlita berlari menghambur kearah Hanaria yang baru saja menutup mobilnya.
"Kau kenapa lagi Fir.....?" Tanya Hanaria yang kaget mendengar tangisan Firlita yang meledak dalam pelukannya.
Firlita tidak bisa menjawab, ia hanya bisa menangis tersedu - sedu. Hanaria yang bingung harus merespon seperti apa hanya bisa membelai rambut Firlita
"Firlita....... Sebaiknya kita masuk kedalam rumahku dulu..... Bagaimana?" Kata Hanaria sambil melihat kesekitarnya.
Firlita mengangguk dan melonggarkan pelukannya dari tubuh jangkung Hanaria.
Hanaria lalu mengambil kunci rumahnya didalam tas ransel bagian depannya.
Ia lalu memasukan anak kunci itu kedalam lubangnya lalu mendorong gagang pintu hingga daun pintu terbuka lebar.
Hanaria memasuki rumahnya, ia meletakkan sepatunya pada tempatnya. Lalu menuju dapur mininya.
"Duduklah Fir...... Kau mau minum apa?" Tanya Hanaria pada Firlita yang mencari posisi untuk duduk dimeja makan.
"Air putiih saja...." Firlita mendudukkan dirinya disalah satu kursi meja makan milik Hanaria.
"Ceritakan.... apa yang telah terjadi....." Hanaria menuangkan air putih kedalam gelas dan menyodorkannya pada Firlita, lalu menuangkan lagi untuk dirinya sendiri.
"Ibu kost memergokiku sedang muntah - muntah dikamar mandi saat ia hendak mengambil tagihan bulanan padaku tadi sore saat aku baru pulang berkerja. Ia langsung memintaku untuk mengakuinya bila aku sedang hamil. Aku terpaksa mengaku, karena takut pada wajahnya yang terlihat begitu menakutkan saat menanyaiku." Firlita meneguk minuman dalam gelasnya.
"Lalu?" Hanaria menanti kelanjutan cerita dari Firlita.
"Aku disuruh pergi dari kost itu, ibu kost tidak ingin kehamilanku dapat mengganggu kenyamanan penghuni lainnya. Aku tidak tahu harus kemana lagi kak.... Aku tidak mungkin kembali ke panti, diriku pasti menjadi beban bagi mereka dengan kehamilanku ini. Aku hanya ingat kak Hanaria, ijinkan aku tinggal disini kak..... ?" Firlita kembali menangis sambil memohon pada Hanaria.
Hanaria memandang Firlita yang menundukkan kepalanya dimeja makan sambil terus menangis. Ia merasa kasihan pada wanita muda dihadapannya itu. Namun ia tidak tahu harus membantu bagaimana pada masalah yang dihadapi oleh sahabatnya itu.
"Terus..... bagaimana dengan tempatmu berkerja, apakah kau masih boleh berkerja disana?" Hanaria menatap wajah sembab Firlita yang sedang memandang gelas yang dipegangnya
"Untuk sementara ini bos tempat ku berkerja juga teman - temanku belum tahu bila aku sedang hamil kak, tapi peraturan disana, seorang SPG yang sedang mengandung diminta untuk mengundurkan diri. Walau aku tidak mengatakannya dari sekarang, tapi beberapa bulan kedepan, perutku pasti sudah terlihat kak. Aku takut kalau aku harus dipecat.......Aku tidak mau bayi ini, dia sangat merepotkanku, dia membuat hidupku menjadi sulit dan sial. Tolong aku untuk menggugurkan bayi ini kak....." Ucap Firlita sambil memukul - mukul perutnya yang belum membuncit dengan wajah putus asa.
"Hentikan Firlita......!" Hardik Hanaria sambil menghempaskan kasar tangan Firlita yang terus memukul perutnya sendiri dengan keras.
"Sebelum kau melakukan perbuatan bodohmu dulu, kenapa kau tidak memikirkan kalau kejadiannya akan seperti sekarang ini. hahhh.....! Sekarang kau memukul perutmu! Bayi itu tidak bersalah ! Kau dan ayahnya yang salah !" Hanaria nampak kesal dan mencecar dengan perkataan yang begitu pedas ditelinga Firlita.
Firlita yang melihat Hanaria yang marah langsung berusaha menahan tangisnya.
"Katakan.....! Siapa laki - laki itu, dia harus bertanggung jawab, jangan membiarkan dirimu menanggungnya seorang diri.....!" Ucap Hanaria berapi - api.
"Kenapa kau diam? Kenapa kau tidak mau menyebutkan namanya Fir..... Apa yang kau takutkan Firlita ?? Apa laki - laki itu mengancammu? Bagaimana aku bisa menolongmu bila kau sendiri bungkam.....?" Hanaria terus berusaha membuat Firlita untuk buka mulut.
Firlita masih terdiam ditempat duduknya, entah apa yang membuatnya tidak mau mengatakan siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
"Baiklah...... Kalau kau tidak mau buka suara, itu artinya.... kau siap menerima semua konsekuensi yang ada akibat kehamilanmu tanpa suami itu. Artinya kau sudah memutuskan untuk menanggungnya seorang diri. Tapi yang perlu kau ingat..... kau tidak boleh menangis lagi, tidak boleh memintaku untuk membantumu mengaborsi bayimu, atau mengeluh apapun tentang anak dalam kandunganmu itu lagi." Ucap Hanaria menatap wajah polos didepannya itu.
"Mengenai keinginanmu tinggal dirumah ini.... Selepas magrib aku akan membawamu bertemu pak RT, semoga saja ia mengijinkanmu tinggal disini. Aku mau mandi dulu. Bila kau lapar, kau lihatlah bahan makanan yang ada didalam kulkas." Hanaria berdiri dari duduknya, ia menuju kamarnya yang pintunya langsung menghadap dapur mininya.
Hanaria masuk kekamar mandinya yang berada didalam kamarnya, ia membuka kran air, membiarkan air dari kran mengguyur rambut hitamnya yang berombak. Pikiranya masih membahas dengan dirinya sendiri akan masalah yang dihadapi Firlita, hingga akhirnya ia menyelesaikan mandinya tanpa menemukan solusi bagi sahabatnya itu.
"Fir..... kau tidak masak untuk dirimu?" Hanaria yang menggunakan pakaian santai ala rumahan melihat dimeja makan belum ada makanan apa - apa, sedangkan Firlita masih duduk berdiam diri dikursinya seperti saat ia meninggalkannya untuk mandi.
"Aku tidak suka bau masakan kak.... bawaannya selalu mual....." Ucap Firlita memberi alasan.
"Bakklah, kau mandi dulu dikamarku sana......" Hanaria mulai membuka kulkasnya, mengeluarkan beberapa bahan sayuran dan beberapa ikan air tawar.
"Firlita......!" Sentak Hanaria saat melihat Firlita masih berdiam diri dimeja makan.
Firlita tersentak mendengar panggilan Hanaria yang mengagetkannya.
" Kak Hana membuatku kaget saja, aku bisa jantungan tau....." Sungut Firlita dengan memanyunkan wajahnya.
"Apa kau tidak mendengarkanku, saat aku menyuruhmu mandi, kau tau ini sudah hampir senja..... Atau kau beralasan tidak mau mandi karena bawaan bayimu?" Hanaria menatap Firlita dari depan kulkas yang masih terbuka.
"Aku... aku dingin kak, semenjak hamil aku sering merasa kedinginan waktu jam mandi pagi, begitupun saat jam mandi sore....." Ucapnya jujur.
"Aku tidak mau mendengar alasan apapun.....! sekarang juga kau harus mandi, cepat mandi......!" Suara Hanaria yang sedikit keras menggema diruangan dapur mini itu membuat Firlita segera bergegas menuju kamar Hanaria yang tertutup rapat.
Hanaria mulai mengolah sayuran dan ikan yang sudah bersih dari dalam kulkas dengan cepat. Tidak lupa ia mengupas beberapa buah untuk membuat jus.
Saat makanan sudah dihidangkan diatas meja makan, Firlita keluar masih menggunakan handuk yang melilit didadanya.
"Kak.... tadi aku tidak sempat membawa baju ganti, boleh aku pinjam baju kak Hana?"
"Ambil saja dilemari pakaianku yang kau anggap pas ditubuhmu, dan cepatlah kemari, kita akan makan malam bersama."
Firlita kembali masuk kekamar, selang beberap menit ia kembali dengan kaos milik Hanaria yang mirip dress ditubuhnya.
"Kak, kebesaran......." Firlita menunjukan dirinya dihadapan Hanaria, membuat wanita jangkung itu tertawa melihatnya.
"Tak apalah.... sementara saja.... size kita brdua memang berbeda jauh Fir..... Ayo duduk, kita makan dulu, aku sudah lapar." Hanaria mempersilahkan Firlita duduk dihadapannya.
" Tadi kau mengatakan kalau.kau sering merasa mual kalau mencium bau makanan, ini kubuatkan jus alpukat untukmu, jus ini dapat mengurangi rasa mual pada wanita hamil." Hanaria mendekatkan gelas jus pada Firlita.
"Kak Hana..... terima kasih.... kau begitu memperhatikanku seperti seorang kakak....." Lirih Firlita hampir menangis.
"Sama - sama Fir..... Sudahlah, tidak usab bersedih lagi, ayo kita makan......" Ajak Hanaria mempersilahkan Firlita mengambil makanan diatas meja.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Setia R
Aduuuh, jangan tambah dosamu dengan membunuh bayi yang tak bersalah!
2024-12-04
1
Setia R
Dua iklan dan dua🌹 untuk kak author!
2024-12-04
1
Setia R
sudah punya istri mungkin!😩😩😩
2024-12-04
1