"Untuk bantu - bantu dikit kak, aku kan sudah numpang disini....." Sambil mengaduk susu ibu hamil yang baru ia buat.
"Simpan saja Fir.... tanpa kau disini kakak juga sudah punya budgetnya perbulan."
"Tapi kak.... aku gak enak..... keberadaanku disini pasti menambah biaya pengeluaran kak Hana."
"Sudah kakak bilang, kakak udah punya budgetnya Fir, simpan saja untuk biaya pemeriksaan kandunganmu, juga ongkos mu berangkat bekerja." Hanaria berdiri dan membawa piring - piring kotor untuk dibersihkan diwastafel.
Firlita hanya bisa terdiam, memandang punggung Hanaria yang sedang membersihkan peralatan makan mereka.
"Kau yakin hari ini naik motor sendiri?" Tanya Hanaria mengambil tas ranselnya dimeja makan.
"Iya kak..... kenapa?" Sahut Firlita yang baru saja menghabiskan susu hamilnya.
" Enggak..... siapa tau aja mau bareng,...."
"Kasian kalau kak Hana nganterin aku, nanti terlambat masuk kerjanya, lagi pula aku mau beli beberapa keperluan pribadiku yang sudah pada habis sepulang kerja nanti kak....."
"Okee... kalau begitu kakak duluan ya.... Ini bawa kunci duplikat rumah."
"Hati - hati kak....." Firlita menerima kunci duplikat rumah dan memasukkannya kedalam tas kerjanya.
Hanaria bergegas menuju mobilnya yang terparkir dipojok kiri halaman rumahnya yang sudah ia panasi. Ia mengemudikan mobilnya lambat melewati beberapa blok dalam area komplek perumahan tempat tinggalnya.
Hanaria baru bisa melajukan mobilnya dengan kecepetan sedang ketika sudah berada dijalan raya. Lalu lintas nampak sudah begitu ramai dipenuhi orang - orang yang berangkat berkerja, sekolah dan keperluan lainnya. Tak jarang mobil yang dikemudikannya harus berhenti ditengah - tengah kemacetan lalu lintas kota besar itu.
Hari masih terlalu pagi, saat mobil Hanaria sudah tiba didepan gerbang kantor Agatsa Properti Grup, ia melambatkan mobilnya hingga mengentikannya sejenak, beberapa kendaraan roda dua dan roda empat nampak bergantian memasuki gerbang.
Hanaria mengernyitkan keningnya, saat sebuah mobil sport merah menyala dari arah berlawanan menyeberang jalan dan memasuki gerbang kantor dibantu petugas security.
Kejadian beberapa hari yang lalu kembali terlintas dibenaknya saat melihat mobil sport merah itu.
"Untuk apa mobil itu kemari?" Gumamnya sambil menjalankan mobilnya dengan lambat saat tiba gilirannya memasuki gerbang.
"Tidak..... mungkin saja ada orang lain yang mobilnya mirip dengan pria sombong itu...." Hanaria menghentikan mobilnya diarea parkir pegawai.
Ponselnya tiba - tiba berbunyi, dengan cepat ia meraih dan melihat panggilan dari teman kantornya.
"Hallo Lin ....." Sapanya sesaat setelah menempelkan ponsel pada daun telinganya.
"Kau dimana Han.....?"
"Di parkiran..... ada apa?"
"Tuan Doffy agak terlambat datang, karena harus mengantarkan isterinya kerumah sakit pagi ini, jadi kau diminta menggantikannya menghadap CEO baru kita mengenai beberapa proyek yang sudah berjalan." Jelas Linda.
"Cepatlah kemari." Tambah Linda lagi.
"Iya, sebentar lagi aku tiba, aku baru mau masuk lift." Hanaria menyimpan ponselnya yang sudah terputus didalam sakunya.
Tidak menunggu lama, Hanaria sudah tiba diruangannya. Ia meletakan ranselnya diatas mejanya, lalu menyiapkan laptop dan beberapa berkas yang ia ambil dari lemari besi yang ada dibelakang kursinya.
"Kau beruntung Hana.....".Linda menghampiri Hana dengan tergopoh - gopoh, nada bicaranya terdengar begitu cemburu.
"Beruntung bagaimana??" Tangan Hana masih sibuk menyiapkan berkas - berkas yang akan dia laporkan.
"Kau bisa melihat dari dekat..... betapa tampannya CEO baru kitaaa.... andai saja aku jadi dirimu Hanaa.........Aku akan melihatnya sepuas - puasnya...." Ucap Linda sambil menyentuh wajahnya sendiri dengan kedua tangannya, tatapannya terlihat menerawang jauh entah kemana.
"Linda.... kau tidak perlu jadi diriku untuk bertemu CEO pujaanmu itu.... kau cukup menggantikanku seperti aku menggantikan tuan Doffy.... Bagaimana??" Hanaria menatap wajah Linda yang tiba - tiba melotot mendengar ucapannya.
"Ih.... Hanaaa... yang benar saja, mana bisa aku menjelaskan proyek - proyek itu seperti dirimu dan tuan Doffy, yang ada aku akan gemetaran dihadapan tuan tampan itu..... Ahh, itu pasti jadi pengalaman yang sangat memalukan....." Linda mengedikan bahunya sambil meringis.
Hana tertawa melihat mimik wajah temannya itu.
"Aku pergi dulu ya Lin....." Hanaria berdiri membawa berkas - berkas ditangannya juga laktop yang ia masukan diransel yang ia gendong dipunggungnya meninggalkan Linda yang kembali berhayal.
"Selamat pagi sekretaris Morin......" Sapa Hanaria mengulas senyum pada sang sekretaris.
"Selamat pagi juga nona Hana....." Balasnya dengan senyum manisnya sambil melihat Hana yang baru keluar dari lift dan menghampiri mejanya.
"Tuan CEO ada? Saya dipanggil untuk menghadap?" Hanaria menatap wanita cantik yang berpakaian cukup seksi dihadapannya itu.
"Tuan Willy maksud nona?" Sahutnya sambil mengangkat sedikit alisnya.
"Ya....." Singkat Hana. Ia sempat bingung karena lupa menanyakan pada Linda siapa nama bos baru mereka.
"Apa keperluan anda nona Hana?" Tanyanya dengan wajah meneliti.
"Saya dipanggil untuk membawa beberapa berkas ini......" Hana menunjukan beberapa berkas ditangannya.
"Berikan padaku, aku akan memberikannya pada tuan Willy....." Ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
"Tapi sekretaris Morin..... Saya disuruh untuk ....."
Sekretaris Morin langsung memotong perkataan Hanaria dengan cepat.
"Jangan khawatir, aku akan memberikanya, tuan Willy sangat sibuk pagi - pagi seperti ini. Dia tidak bisa diganggu." Tangan sekretaris Morin masih terulur meminta berkas yang ada ditangan Hanaria.
"Baiklah.... terserah anda saja sekretaris Morin....." Hanaria mengalah dan memberikam semua berkas ditangannya pada sekretaris Morin. Ia lalu kembali menuju lantai enam, ruamg tempat ia berkerja.
"Hana..... kok cepat sekali kau kembalinya?" Linda menatap kearah Hanaria dari mejanya dengan wajah heran.
"Sekretaris Morin meminta berkasku, katanya biar dia saja yang memberikannya pada tuan Willy CEO kita." Hanaria membuka laktopnya dan mulai bekerja.
"Kok sekretaris Morin aneh gitu, apa dia mengerti bagaimana cara menjelaskannya? Aku saja yang ikut bekerja bersamamu tidak berani melakukannya." Ucapnya dari belakang meja kerjanya. Hanaria tidak berkomentar lagi, ia mulai sibuk dengan pekerjaannya.
Kring..... kring.....kring......
Seorang pegawai pria mengangkat telepon yang ada dimeja telepon.
Terlihat ia sedang mendengarkan apa yang dikatakan seseorang dari sambungan telepon, tak lama ia meletakan kembali gagang telepon ditempatnya.
"Nona Hana..... bukankah kau yang menggantikan tuan Doffy karena beliau berhalangan datang pagi ini, kenapa kau menyerahkan tugasmu pada sekretaris Morin?" Kata pria yang baru saja menerima telepon.
"Bukan begitu pak Harison, tadi sekretaris Morin sendiri yang meminta berkas itu padaku supaya ia sendiri yang memberikannya." Hanaria menjelaskan untuk membela diri.
"Saya percaya pada anda nona Hana, supaya anda tidak terkena masalah, sekarang juga.... datanglah keruang CEO, anda sudah ditunggu disana." Perintahnya pada Hanaria untuk bergegas.
"Baiklah pak Harison....." Hanaria lalu segera memberekan laktopnya dan memasukkannya kembali pada ranselnya dan segera membawanya menuju lantai tujuh.
Tok..... tok.... tok.....
"Masuklah...... terdengar suara berat seorang pria yang sudah sangat dikenal Hanaria.
Hanaria meraih kenop pintu dan mendorongnya perlahan.
Saat pintu terbuka, Hanaria melihat sekretaris Morin duduk disofa tamu dengan wajah tertunduk. Seorang pria duduk dihadapannya.
Pandangan Hanaria bertabrakan dengan pria itu yang juga sedang menatap kearahnya membuat keduanya sama - sama terkejut.
"Nona jangkung.....!" Serunya membuat sekretaris Morin menatap kearah Hanaria yang masih berdiri terpaku didepan pintu.
"Pria ugal - ugalan.....!"Seru Hanaria tak kalah kaget.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 311 Episodes
Comments
Ucy (ig. ucynovel)
🌹🌹buatmu thor
2024-02-14
1
Ucy (ig. ucynovel)
sekretarisnya ganjen 😁
2024-02-14
1
Ucy (ig. ucynovel)
siap2 hana terperangah saat tau siapa bosnya😁
2024-02-14
1