Di kamar Cyra...
"Mungkin ini akan terasa sedikit sakit," ucap Qila, sembari mengoleskan obat luka dan salep pereda luka bakar di tubuh Cyra.
"Bahkan aku lupa La, gimana rasanya sakit dan yang mana yang tidak sakit." ucap Cyra dengan muka datarnya, tidak menunjukan expresi apapun.
Qila tau, gimana perasaan Cyra, andai itu terjadi denganya sudah pasti ia juga merasakan hal yang sama, mati rasa.
"Non, lebih baik Non ikuti kemauan tuan, orang tua Non Cyra." ucap Qila memberikan usul, agar Cyra menyerah dengan perinsipnya, dan mengikuti kemauan papahnya.
"Aku takut La, kalo aku membohongi mereka, lalu suami aku kecewa dengan kekuranganku, dan dia marah, bisa sajah aku dianiyaya seperti ini lagi." lirih Cyra dengan terisak, sesak rasanya menjalani kehidupan ini.
Andai bunuh diri tidak berdosa mungkin Cyra sudah lama melakukanya. Namun, ia ingat perkataan ustad saat dulu masih sekolah, bahwa bunuh diri adalah hal yang paling Alloh laknat.
"Non Cyra kan belum mencoba, kalo belum mencoba mana tau hasilnya. Setidaknya kalo Non Cyra bisa keluar dari rumah ini, Non ada kesempatan untuk meminta bantuan dari orang luar, untuk mencari perlindungan, agar Non Cyra mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari di rumah ini." bisik Qila, dengan sangat pelan. Agar suaranya tidak terdengar keluar kamar.
Cyra diam sejenak, mencoba mencerna setiap perkataan yang Qila ucapkan.
"Apa yang kamu bilang ada benarnya juga La, selama ini aku seperti terpenjara di rumah mewah ini, bahkan aku sama sekali tidak tau dunia luar," lirih Cyra sembari termenung meratapi nasibnya yang sangat ironis.
"Iya Non, Qila hanya kasian liat Nona Cyra selalu diperlakukan begini. Kalo Non Cyra tidak pernah mencoba gimana mau tau hasilnya, anggap sajah untuk saat ini Non Cyra berjuang untuk kebebasan Non dari rumah ini. Masalah nanti Non dengan suami Non Cyra bisa dibicarakan lagi. Mana tau suami Non Cyra baik dan mau membatu Non Cyra, mewujudkan Cita-cita Non." crocos Qila, memberi semangat agar Cyra mau mengikuti saranya. Qila kasihan melihat Cyra selalu diperlakukan seperti pembantu. Bahkan seorang pembantu masih mending, setidaknya mendapatka gajih, sedangkan Cyra boro-boro gajih, makan sajah sisa dari anggota keluarganya.
"Betul kata kamu La, aku harus berjuang buat kebebasanku, kalo belum mencoba aku nggak pernah tau hasilnya," ujar Cyra semangat, matanya berkaca-kaca, sembari menatap mata Qila yang juga sudah mulai berembun.
"Ingat Non Cyra harus menjemput kebahagiaan Non. Kebahagiaan Non itu bukan disisi keluarga Non, di rumah ini. Kebahagiaan Non Cyra jauh disana," tutur Qila sembari menujuk keluar rumah.
Cyra mengangguk sembari terisak lirih.
"Kamu nggak apa-apa, di rumah ini sendirian?" tanya Cyra, ragu meninggalkan Qila sendiri rumah yang menyerupai kandang singa, karena para penghuninya menyerupai singa yang sedang kelaparan.
"Ya ampun, Non Cyra nggak usah cemasin Qila, justru yang harus di cemasin itu Non, kalo Qila disini nggak ada yang marahin dan mukul, seperti yang Non alami. Lagian Non Cyra lupa yah, setiap tiga tahun rumah ini mengganti para pekerjanya, dan Qila sudah bekerja lebih dari 2 tahun, berati Qila juga bentar lagi bebas dari penjara ini," bisik Qila menenangkan Cyra, agar jangan mencemaskanya.
"Oh iya yah, sebentar lagi kamu bebas juga. Berati aku harus ikutin saran kamu agar nanti kita bisa bertemu lagi di luar neraka rumah ini," Beo Cyra dengan girang.
"Nah iya, anggap sajah untuk beberapa bulan ini Non Cyra berjuang sendiri. Nanti ketika Qila sudah selesai kerja dari rumah ini, Qila janji akan cari Non Cyra." ucap Qila semangat.
"Janji yah, aku juga nanti apabila suamiku baik, bakal meminta kamu tinggal denganku, supaya aku bisa bersama-sama kamu terus." balas Cyra dengan wajah berseri bahagia.
"Menurut papah, calon suamiku adalah orang kaya, bahkan keluarga calon suamiku mau menyuntikan dana, agar bisnis keluarga yang tengah diambang kebangkrutan, tidak gulung tikar." Cyra mengingat ingat ucapan papanya.
"Kalo seperti itu sama sajah aku dijual oleh keluargaku." batin Cyra lagi-lagi teriris dengan pelakuan papahnya. "Setidaknya kalo calon suamiku kaya, aku akan minta Qila menjadi salah satu maid di rumahnya agar, setidaknya ada yang perhatian dengaku." gumam Cyra dalam hati.
"Nah gitu dong semangat." cicit Qila, ikut senang karena kini Cyra mau mengikuti saran darinya untuk bisa keluar dari rumah ini.
Qila masih setia mengobati luka di wajah cantik Cyra.
Cyra itu sebenarnya memiliki wajah yang cantik, alis dan bulu mata yang lentik semakin membuat wajahnya sangat mempesona, belum hidung dan bibir tipisnya, tak kalah menghiasi wajah Cyra sehingaga terlihat indah dan rupawan. Tubuh Cyra juga tergolong tinggi 165cm buat wanita asia sudah sangat idaman, serta kulit putih mulus. Meskipun sekarang banyak luka karena kekerasan yang papah lakukan. Setidaknya luka itu akan menghilang lambat laun, bahkan dijaman sekarang menghilangkan luka sudah banyak di lakukan oleh dokter, sehingga apabila Cyra memiliki uang ia bisa pergi ke dokter untuk menghilangkan bekas lukanya.
Kekurangan Cyra hanya satu yaitu kepalanya yang tak berambut dan itu karena kelainan genetik. Bukan kemauan Cyra, tetapi papah dan ibunya mengganggap kelainan yang dimiliki Cyra hanya akan membuatnya malu, sehingga mereka menutup Cyra dari luar, mengurungnya agar tidak ada yang mengetahui Cyra adalah anggota keluarganya.
Entah lah karena alasan itu, atau memang ada alasian lain yang membuat Cyra di perlakukan tidak adil oleh keluarganya.
"Sudah Non," Qila menyudahi mengobati luka di tubuh Cyra.
"Makasih yah La," ucap Cyra dengan tulus.
Rasanya badanya sakit semua, terutama luka melepuh di punggungnya, karena siraman air panas, sangat menyiksa Cyra. Ia harus tidur dengan tengkurap agar luka di punggungnya tidak tergesek benda sehingga menyebabkan semakin sakit.
Namun, ketika tidur tengkurap, wajahnya menyentuh bantal pun sakit, karena luka didahi serta bibirnya yang bengkak karena tamparan menyebabkan bibirnya pecah dan bengkak.
"Huh masa aku harus tidur sembari duduk," dengus Cyra kesal semenjak tadi berusaha memejamkan matanya nggak bisa tidur juga karena rasa sakit yang luar biasa.
Sedangka Qila sudah menyelinap keluar, semenjak tadi, kembali kekamar pembantu di bekalang kamar Cyra.
Cyra akhirnya memutuskan untuk duduk menyadarkan badanya kedepan memeluk bantal.
Ia bertekad agar bisa keluar dari rumah ini. Sekarang Cyra seperti menemukan semangat baru setelah mendapatkan wejangan dari Qila.
"Untung Qila sempet menasehatiku tadi, kalo tidak mungkin besok luka di tubuhku akan bertambah lagi," gumam Cyla, merabah tubuhnya, serta membayangkan tubuhnya yang penuh luka.
Cyra berdiri dan berjalan kearah kaca yang ada di pojok kamarnya. Ia memandang pantulan tubuhnya yang sangat memprihatinkan. Bahkan wajahnya membengkak sebelah dan biru.
Besok ia akan menjadi anak yang manis, mengikuti semua kemauan papahnya, menutup kepala botaknya, dan akan mengenakan cadar agar menutupi luka di wajahnya.
Malam ini Cyra tidak bisa tidur, selain karena rasa sakit di sekujur tubuhnya. Cyra juga nggak bisa tidur karena membayangkan pernikahanya esok hari.
"Huh bahkan aku seperti calon pengantin sungguhan, nggak bisa tidur karena membayangkan pernikahan esok hari," batin Cyra dengan terkekeh menertawakan dirinya sendiri.
...****************...
#Terimakasih buat yang udah mampir di karya kedua ku, jangan lupa tinggalkan jejak yah..
like✅
komen✅
vote✅
beri gift✅
dan tekan fav♥✅
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 269 Episodes
Comments
Dewi Kania
kok ada ya orang tua sejahat itu...
2022-12-25
1
RATNA RACHMAN
semangat cyra..semoga saja suami mu berhati mulia .
2022-11-15
1
Jasreena
knp g kabur aja ...
2022-09-05
3